Menghadapi Depresi, Keke Kania Berhasil Membangun Chic&Darling

Keke Kania tidak menyangka, depresi yang dialaminya paska kelahiran anak pertama justru bisa menjadi pemicu untuk membangun bisnis.

keke kania

Kania Annisa Anggiani sudah membayangkan masa-masa menyenangkan ketika hamil anak pertamanya, Lulla, pada 2012. Anak pertama menurutnya adalah memulai lembaran baru kehidupan.

Dia bertekad mengurus putri pertamanya sendiri. Apalagi dokter medeteksi ada sedikit masalah dalam kehamilannya. Niat untuk memberikan ASI eksklusif sampai dua tahun pada si buah hati pun dicanangkan. Keke, sapaan Kania, menganggap usia dua tahun adalah periode emas pertumbuhan anak. Dia tak mau kehilangan momen-momen penting pertumbuhan putri pertamanya. Mulai dari merespons terhadap panggilan, belajar berjalan, hingga belajar bicara. Karena itu pikiran untuk memiliki pengasuh untuk anaknya dibuang jauh-jauh.

Kania pun memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan yang ditekuninya. Padahal, kariernya selama 15 tahun di media TV sudah menempatkannya pada posisi produser. Tekadnya bulat. Anak adalah yang utama. Suaminya pun mendukung.

Terapi ketika depresi menghampiri

Bulan pertama setelah melahirkan dilewati Keke dengan mulus. Namun, perjalanan mengasuh anak tidak semudah yang dibayangkannya. Pada suatu pagi ketika tengah mandi, Kania diserang rasa ketakutan. Depresi menyergapnya secara tiba-tiba. Dia gemetar dan hanya bisa menangis. Kania menyadari bahwa batinnya tidak gembira. Dia khawatir tidak bisa balik lagi seperti dahulu sebagai orang yang riang, produktif, dan energik.

Kekhawatiran tersebut menyelimutinya selama berbulan-bulan. Api semangat yang biasa membakarnya tiap pagi, padam sudah. Rutinitas memandikan anak, memberi makan anak, dan meninabobokan anak membuatnya merasa seperti robot. Kania merasa tidak ada lagi waktu untuk dirinya sendiri. Ia merasa depresi sampai akhirnya ia mencari tahu dan sadar sedang mengalami postnatal depression atau postpartum depression. Kondisi ini dialami orang tua setelah anaknya lahir.

Dengan dukungan keluarga dan suami, Kania belajar melewati masa-masa sulit tersebut. Dia pun berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi depresi yang dialaminya. Dokter lantas menganjurkan agar Kania mencari kesibukan di luar aktivitas mengurus Lula. Dia pun mencari cara agar bisa mengembalikan kepribadiannya yang riang. Salah satu jurus ampuhnya adalah mulai berbisnis. Upaya Kania keluar dari depresi tersebut melahirkan Chic & Darling. “Jadi saya niat diawal itu bukan bisnis melainkan terapi,” kata dia.

Inspirasi dari instagram dan blog

Promosi dari mulut ke mulut pembeli membuat produk Chic & Darling dikenal. Kania juga merawat pelanggannya dengan cara membuat produk yang lebih unik dan lucu. Ucapan terima kasih kepada pelanggan pun tak jarang dikirim. Tujuannya, agar para pelanggan merasa diapresiasi.

Karena saat itu Instagram sedang heboh, Kania memanfaatkan media sosial tersebut untuk bisnisnya. Kebetulan dia juga aktif di Instagram. Dari Instagram, dia bisa mendapatkan inspirasi tanpa harus keluar rumah. Kegemarannya berselancar melihat narablog-narablog di luar negeri juga menginspirasinya untuk memulai bisnis dari rumah.

Awalnya Kania menulis blog. Setelah itu dia membuat kerajinan tangan. Dia memang kebetulan bisa menjahit. Bantal dari kain perca dibuatnya. Dan jumlahnya kian bertambah. Ketika teman dan saudaranya melihat bantal-bantal tersebut teronggok di rumah Kania, mereka tertarik. Ketertarikan teman-temannya tersebut membuatnya senang. Perlahan-lahan dia bisa melupakan depresi yang dialaminya. Karena banyak yang berminat, Kania punya ide untuk menjual kriya yang dihasilkannya lewat Instagram. Brand-nya diberi nama Chic & Darling.

Pesanan yang didapat dari Chic & Darling makin menjadi suntikan semangat untuknya. Kania merasa dirinya punya punya manfaat bagi orang lain. Sejak itu, seperti kata orang, “life will never be the same again”. Hidupnya berubah.

Sembari mengurus anak, Kania menggarap Chic & Darling secara serius. Dia memburu bahan-bahan untuk kerajinannya hingga ke Bandung. Desain pun dibikinnya sendiri. Agar produknya berkualitas, dia membawa desain dan bahan ke penjahit.

Terus berusaha naik level

Promosi dari mulut ke mulut pembeli membuat produk Chic & Darling dikenal. Kania juga merawat pelanggannya dengan cara membuat produk yang lebih unik dan lucu. Ucapan terima kasih kepada pelanggan pun tak jarang dikirim. Tujuannya, agar para pelanggan merasa diapresiasi. Cara lain untuk menjaga pelanggan setianya adalah memberi bocoran sebelum produk baru diluncurkan.

Kini, produk Chic&Darling sudah berkembang tidak hanya bantal. Ada karpet, tas, pecah belah, hingga scarf. Produksinya pun sudah mencapai lebih dari 500 ribu per bulan. Untuk memenuhi jumlah produksi tersebut, Chic&Darling bermitra dengan konveksi untuk produksi. Omzetnya sekitar Rp 300-600 juta per bulan. Kania juga sudah mampu mempekerjakan 8 karyawan untuk administrasi, IT, dan pemasaran.

Untuk ke depan, Kania ingin terus menambah jenis produk Chic&Darling. Dia juga ingin menjadikan Chic&Darling sebagai one stop shopping untuk kebutuhan dekorasi rumah dan gaya hidup. Mirip seperti brand Muji dari Jepang. Dia pun berharap mengembangkan Chic&Darling ke pasar internasional.

Dari sekadar terapi untuk depresi, bisnisnya terus berkembang menjadi sebuah brand terpandang di dunia home and decor. Inovasi pun terus ia gali sebagai usaha untuk membawa usahanya ke level yang lebih tinggi. Keberhasilan ini membuat Keke kerap ditanggap sebagai pembicara seputar topik pengembangan bisnis dan pemberdayaan perempuan.

Terbukti, menjalani mimpi pun bisa dilakukan dari rumah, seperti yang dilakukan oleh seorang Keke Kania. #LoveLife dan jalani mimpi Anda!

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!