Belajar dari pengalaman Yasa ketika terpuruk, dia ketakutan untuk menghadapi kenyataan karena pikirannya dipenuhi kekhawatiran.
“Saya ada di titik enggak berani buka handphone, takut orang finance bilang ‘Pak, udah waktunya bayaran’, takut ditelpon supplier, takut ditelpon mitra saya bilang, ‘Tolong bayar utang’, serba ketakutan,” kenangnya.
Nyatanya ketika dia menghadapi satu per satu, semua tidak seperti yang dia takutkan. “Ternyata supplier saya mau support. Ternyata karyawan saya juga tidak meninggalkan saya,” lanjut Yasa.
Dari sana dia belajar, kadang kita membuat asumsi sendiri tentang masa depan padahal itu belum tentu terjadi. Secara fisik kita ada di masa ini, tapi pikiran kita terlalu sibuk mengembara memikirkan hal di masa depan, dan sayangnya hal yang negatif pula.
Cobalah hidup di masa kini.
Cara yang Yasa lakukan untuk berada di masa sini-kini adalah meditasi untuk bisa lebih hadir dan fokus pada apa yang sedang dijalani.