#LoveLifeTalks: Menemukan Diri Sendiri dengan Yasa Singgih

Bagaimana bisa menemukan tujuan dalam hidup melalui self discovery? Berikut 8 hal penting untuk menemukan diri sendiri dari Yasa Singgih.

Menemukan Diri Sendiri dengan Yasa Singgih

Siapakah kamu?

Seorang akuntan. Seorang manajer. Seorang pemilik usaha. Pertanyaan sederhana itu mungkin terdengar mudah dijawab.

Tapi, apakah kamu mengenal siapa dirimu yang sebenarnya?

Pertanyaan soal jati diri dan makna dalam kehidupan bisa muncul dalam fase yang tak terduga dari hidup kita. Bisa jadi kita perlu sebuah perjalanan untuk menyingkap siapa diri kita sebenarnya.

Melalui #LoveLifeTalks, pengusaha muda Yasa Singgih bercerita tentang “A Journey of Self-Discovery” yang ia mulai di usia 19 tahun.

“Sebenarnya saya itu siapa sih? Mau apa sih saya itu? Itu saya pikirin saat saya berumur 19 tahun. Quarter life crisis yang agak kecepetan waktu itu. Awal-awal kuliah saya lumayan galau sebenernya, saya pengen jadi apa sih, saya ingin apa sih di dunia ini, saya ingin hidup seperti apa sih, saya bertanya-tanya karier apa yang ingin saya tempuh untuk memenuhi apa yang saya mau.”

Di usia yang sangat muda, Yasa menemukan satu petunjuk tentang apa yang diinginkannya dalam hidup yaitu berbagi dengan sesama manusia. “Banyak journey orang yang menghabiskan 30, 40, 50 tahun hidupnya untuk cari materi, nanti umur 50 tahun baru aktif di sosial,” Yasa mencontohkan. “Kalau memang tujuan akhirnya berbagi, kenapa tidak dari awal umur 20 saja,” sambungnya.

Dia pun menceritakan pengalamannya latihan menjadi biksu selama dua pekan di Kota Kaoshiung, Taiwan. Berbagai aktivitas yang tadinya membuatnya menderita, akhirnya malah menuai hal berharga dalam hidupnya. Mulai dari tidak makan daging, bangun jam 4 pagi, hingga mencabuti rumput dan mencari sampah adalah kegiatannya setiap hari.

“Setiap hari makan nggak enak akhirnya itu udah biasa aja. jadi enak enak aja, yang awalnya bangun jam 4 pagi itu merasa menderita banget, ini enggak, happy banget. Pas 2 minggu, kita udah berdamai dengan penderitaan itu,” imbuhnya.

Dari pengalamannya itu, sebuah proses self discovery telah terjadi dalam hidup Yasa.

“Akhirnya saya menemukan bahwa purpose dalam diri saya ada tiga. Yaitu selalu memberi dampak positif, menjadi inspirasi, dan menjadi saluran rezeki. Tiga hal itu harus selalu saya lakukan dalam hidup,” kata Yasa.

Bagaimana kita bisa menemukan tujuan dalam hidup melalui self discovery? Apakah kita bisa menemukannya seperti Yasa? Menurutnya, ada 8 hal penting dalam perjalanan hidup yang menuntun kita untuk menemukan diri sendiri.

8 Hal Penting dalam Menemukan Diri Sendiri dari Yasa Singgih

1. Money is not happiness

Uang dan materi bukanlah penentu kebahagiaan. Itulah hal pertama yang ditemukan oleh Yasa dalam self journey-nya. Menurutnya, kebahagiaan itu adalah saat di mana kita bisa berdamai dengan penderitaan kita, bisa berdamai dengan diri kita sendiri.

2. Self-discovery adalah sebuah proses, bukan tujuan

Jangan mengira, mencari jawaban dalam kehidupan kamu itu bisa dilakukan dalam satu momen saja. Self discovery is a never-ending process. Bisa jadi kita baru menemukan jawaban, atau menemukan jawaban yang berbeda dalam fase-fase hidup kita yang berikutnya.

Yasa pun bukan hanya sekali melakukan self discovery yang berujung pada suatu kesadaran akan purpose. “Itu (tiga tujuan) self discovery yang pertama pas umur 19 tahun, yang kedua saya ngobrol lagi sama diri saya pas saya 23-24,” lanjutnya.

Kadang kita berharap bisa mendapat jawabannya langsung sebagai satu paket lengkap. Tapi, bukan begitu kehidupan ini berjalan. Self discovery pun sebuah perjalanan, sebuah proses, yang harus dikerjakan keping demi keping layaknya sebuah puzzle.

3. Saat kamu terpuruk, bisa jadi kamu akan menemukan jawaban baru

Yasa justru menemukan proses self discovery saat berada di titik terendah dalam perjalanan bisnisnya. Saat itu, ia sudah dikenal banyak orang sebagai pebisnis muda. Dirinya sedang membangun karier dengan kondisi jatuh bangun. Dalam rentang usia 19-24 tahun banyak hal terjadi dalam kehidupannya merintis usaha. “Mengalami roller coaster berkali-kali… Waktu itu saya ada hutang di bisnis saya kurang lebih Rp1,5 M.”

Saat itu ia sudah lupa dengan ilmu-ilmu meditasi yang dipelajarinya pada saat ia berusia 19 tahun. Dia pun mengakui bahwa ketika hidup menempatkan kita dalam situasi terpuruk, kadang kita merasa benar-benar lost. Tidak tahu bagaimana caranya bangkit lagi.

Lost begitu saja. Bangun jam 1, jam 2, mau ke kantor tidak punya tenaga. Diam di ranjang sampai jam 4, jam 5 cuma melihat daftar utang. Malamnya bertekad, besok semua harus diselesaikan, tapi akhirnya terulang lagi, tidur pagi lagi. Seperti lingkaran setan.” ungkap Yasa.

Ia tidak berangkat ke kantor karena tidak berani menghadapi karyawan, klien. Takut menghadapi kenyataan. Fisiknya tidak sehat begitu pun pikirannya.

Lalu bagaimana Yasa bisa kembali menemukan jalan menuju tujuan hidupnya? Kamu yang saat ini berada di titik terbawah dalam hidup, lanjutkan untuk tetap bergerak. Resep dari Yasa yang disarikan berdasarkan pengalaman hidupnya.

4. The power of habit

Hidup tidak akan langsung berubah dalam satu malam. Ingatlah bahwa self discovery itu bagaikan menyusun keping puzzle.

Wajar jika kita berharap ingin cepat-cepat keluar dari masa terpuruk kita, dan menanti akan datangnya hari dimana semua akan menjadi cerah sepenuhnya. Tapi hari itu tidak akan datang secara tiba-tiba.

Langkah yang kerap orang lupakan setelah menyusun rencana hidup adalah memulainya dari hal-hal yang kecil, tapi berprogress. Satu habit (kebiasaan) akan bisa membawa perubahan ke hal-hal lain seperti efek domino.

Yasa di saat terpuruk misalnya, berhasil mengeluarkan dirinya dari “lingkaran setan” yang membuatnya terus berada di titik terbawah dengan memulai bergerak ke hal terkecil.

“Dari Yasa yang hancur, jadi Yasa yang hancur tapi suka meditasi 15 menit, lalu Yasa yang hancur plus meditasi 15 menit dan olahraga 10 menit, ditambah terus jadi Yasa yang makan sehat, Yasa yang datang ke kantor, Yasa yang mengontak supplier, hingga akhirnya Yasa yang baik,” paparnya.

5. Moment of silence

Manusia membutuhkan sebuah momen berdiam, tidak melakukan apa-apa di tengah kesehariannya yang padat. Meditasi sebagai resep utama Yasa, dirasakannya bisa membantu ia kembali take control of his thought.

Yasa mempelajari sebuah ibarat bahwa di pikiran kita semua, ada seekor “monyet” yang selalu melompat dan mencari perhatian pikiran kita. Monyet itu adalah distraksi. Challenge kita disini adalah menyuruh monyet itu untuk diam selama beberapa waktu agar kita bisa mendapatkan moment of silence.

Dirinya memperkenalkan apa yang disebutnya ‘memerhatikan napas’. Meski bukan pakar meditasi, Yasa yang pernah belajar langsung dari biksu-biksu di Taiwan ini ternyata tahu banyak soal meditasi.

Meditasi dengan mengatur napas itu diakuinya bukan perkara mudah. Awalnya, akan susah memaksa diri berkonsentrasi. Tiba-tiba kita tersadar, sedang memikirkan masalah-masalah di kantor, atau tugas-tugas atau berbagai keruwetan hidup lainnya.

Lalu, bagaimana caranya agar bisa sukses meditasi yang membawa pengaruh pada konsentrasi dan secara jangka panjangnya, pada kehidupan? Jawabannya, lagi-lagi mulailah dari hal sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.

Yasa menyarankan, mulai duduk diam dan memperhatikan napas dari dua menit saja. Terus tingkatkan hingga lima menit, tujuh menit, dan akhirnya bisa sukses mencapai 15 menit seperti Yasa. “Dua menit itu susah lho awalnya. Masih detik-detik awal, tiba-tiba sadar kok lagi mikir makanan, eh pikiran kok melenceng. Balik lagi atur napas,” tuturnya.

Meditasi seperti apa yang sukses? Banyak orang belum merasa pengaruh meditasi terhadap kehidupan sehari-hari. Menurut Yasa, janganlah cepat menyerah. Sebab meditasi adalah latihan pikiran, bukan latihan otot. Hasilnya tidak bisa langsung kelihatan saat itu juga. Bisa jadi kamu belum menyadari bahwa ada yang berubah.

Misalnya, kamu yang biasanya sudah lelah saat membaca selama satu jam kini masih merasa fokus menjelang dua jam. Atau kamu yang biasanya mudah emosi hingga meledak-ledak saat menyetir, kini merasa lebih tenang. Lama-kelamaan kamu juga dapat merasakan efek meditasi jika melakukan secara disiplin.

6. Be present

Belajar dari pengalaman Yasa ketika terpuruk, dia ketakutan untuk menghadapi kenyataan karena pikirannya dipenuhi kekhawatiran.

“Saya ada di titik enggak berani buka handphone, takut orang finance bilang ‘Pak, udah waktunya bayaran’, takut ditelpon supplier, takut ditelpon mitra saya bilang, ‘Tolong bayar utang’, serba ketakutan,” kenangnya.

Nyatanya ketika dia menghadapi satu per satu, semua tidak seperti yang dia takutkan. “Ternyata supplier saya mau support. Ternyata karyawan saya juga tidak meninggalkan saya,” lanjut Yasa.

Dari sana dia belajar, kadang kita membuat asumsi sendiri tentang masa depan padahal itu belum tentu terjadi. Secara fisik kita ada di masa ini, tapi pikiran kita terlalu sibuk mengembara memikirkan hal di masa depan, dan sayangnya hal yang negatif pula.

Cobalah hidup di masa kini.

Cara yang Yasa lakukan untuk berada di masa sini-kini adalah meditasi untuk bisa lebih hadir dan fokus pada apa yang sedang dijalani.

7. Ciptakan rasa aman

Kita bisa fokus menjalani masa kini jika kita sudah merasa sudah melakukan hal terbaik untuk menghadapi situasi terburuk di masa depan. Menurut Yasa, memiliki situasi finansial yang aman adalah salah satu hal terpenting dalam menciptakan rasa aman dalam hidup yang kita jalani sekarang.

Untuk itu, kesadaran Yasa tentang pentingnya asuransi sudah muncul sejak usianya masih sangat muda. Dia membeli polis asuransi pertamanya saat usianya 17 tahun. “Sejak punya KTP sudah langsung beli insurance. Soalnya saya punya pengalaman di keluarga, ada yang meninggal mendadak,” ungkap Yasa.

Yasa pun tumbuh di keluarga yang membiasakan diri untuk mempersiapkan segala kemungkinan terburuk. Orangtua Yasa juga menerapkan konsep proteksi masa depan. “Misalnya waktu saya dan keluarga liburan naik pesawat, kami sudah menyiapkan dahulu surat wasiat ke notaris, mempersiapkan jika salah satu atau bahkan seluruh anggota keluarga meninggal,” ujar Yasa.

Dia pun mengaku kesadarannya lebih meningkat lagi ketika dia sudah memiliki banyak karyawan.  “Artinya ada risiko, something can happen gitu, apa pun itu. Harus mulai memilirkan bagaimana supaya keluarga saya, orang-orang yang saya tinggal nanti, karyawan-karyawan saya tinggal, that’s why saya butuh keamanan, saya butuh feel secure,” paparnya.

Yasa bercerita tentang Flexi Life, asuransi jiwa yang ia miliki untuk mengamankan kondisi keuangannya dari hal-hal yang tak terduga. Ia merasa Flexi Life cocok untuk mereka yang tahap hidupnya bisa berubah-ubah, seperti dirinya sendiri. Karena asuransi jiwa ini bisa diatur sendiri harga premi-nya dan besar Uang Pertanggungan-nya hingga Rp 5 Miliar hanya melalui klik di website (ilovelife.co.id).

8. Jangan jadikan pencapaianmu sebagai beban untuk terus berkembang

Ketika kita sampai di suatu titik di mana kita meraih suatu pencapaian atau kesuksesan dalam hidup, tentunya kita merasa bahagia, bangga, dan berbagai hal positif lainnya. Tapi, kamu harus hati-hati juga karena seringkali prestasi yang kita raih itu menjadi suatu hal yang dapat membebanimu juga.

Bisa jadi kamu akan memasang pencapaian itu menjadi standar, lantas tidak berani melangkah dan mengambil risiko. Kamu menjadi terlalu berhati-hati karena takut tidak bisa menyamai atau melebihi pencapaian itu. Atau mungkin juga karena kamu takut kali ini kamu gagal dan merusak nama baikmu sebagai orang yang sudah meraih kesuksesan.

Lalu, bagaimana agar tidak menjadi seperti itu ya? Yasa pun sempat membagikan pengalamannya menghadapi situasi semacam ini. Saat ia berhasil masuk dalam daftar 30 Under 30 Asia majalah Forbes pada 2016, nama Yasa mulai diperhitungkan di dunia bisnis. Saat itu, usia Yasa baru 20 tahun, paling mudah dibandingkan founder perusahaan lainnya yang masuk ke daftar pebisnis termuda Asia yang bergengsi itu.

“Awalnya tentu bangga, tapi di sisi lain ada perasaan ‘sebenarnya saya beneran pantes gak sih ada di sini. Saya merasa ini beban yang cukup besar,” tutur Yasa. Dia pun mulai merasa tidak nyaman dengan titel yang diraihnya. Salah satunya, karena dia khawatir akan ekspektasi orang terhadapnya.

Langkah yang diambil Yasa saat itu adalah mencoba menjadi dirinya sendiri, apa adanya, tanpa menyematkan title bergengsi apa pun. Dia berusaha membuat orang melihatnya berdasarkan apa yang sedang dikerjakannya, bukan semata prestasi yang pernah diraihnya. “Saya melangkah lebih bebas, lebih ringan.”

Setelah mengetahui bahwa self-discovery adalah sebuah proses, dan setelah mendapat perspektif baru dari 8 hal diatas, apa langkahmu selanjutnya?

Go ahead and discover yourself. #iGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!