Pada 2017, platform iklan dan konten digital ramah anak TotallyAwesome mengumumkan hasil survei yang dilakukan sejak 2016 tentang uang jajan anak-anak di Asia Pasifik. Menurut lembaga tersebut, sebagian besar anak usia 6–14 tahun di Asia Tenggara mendapatkan uang jajan secara reguler dari orang tuanya.
Khusus di Indonesia, lebih dari 65 persen anak mendapat uang jajan setiap hari untuk berbagai kebutuhan; makanan (76%), minuman (68%), mainan (50%), snack (35%), dan buku (35%). Rata-rata jumlah uang jajan yang diterima anak Indonesia Rp550 ribu per bulan, jauh lebih kecil dari jumlah yang diterima anak-anak di Australia (Rp1,7 juta) dan di Singapura (Rp1,4 juta).
Sebagian orang tua merasa tidak perlu memberikan uang saku kepada anak. Alasannya, mereka tidak ingin anak-anaknya jajan sembarangan atau jadi terbiasa menghabiskan uang alias boros. Di sisi lain, ada juga orang tua yang merasa perlu memberikan uang saku agar anak dapat jajan dan tidak kelaparan selama di sekolah. Sebenarnya, perlu atau tidak memberikan uang saku kepada anak?
Pertama-tama, perlu dipahami bahwa memberikan uang saku kepada anak bukan berarti sekadar memberikan uang jajan. Lebih dari itu, pemberian uang saku merupakan salah satu bentuk pengajaran mengenai cara mengelola uang kepada si Kecil. Dengan memberikan uang saku, orang tua dapat: