Waspadai “Bocor Halus” Pengeluaran di Bulan Puasa, Ini Strategi Mengendalikannya

Apa saja pengeluaran kecil penyebab “bocor halus” saat Ramadhan? Adakah tips untuk mengantisipasinya?

Pengeluaran LatteFactorSelamaBulanPuasa

Ada yang suka merasa saat bulan puasa pengeluaran jadi lebih besar dari biasanya? Padahal sepertinya tidak beli macam-macam. Ya! “Bocor halus” atau pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya kecil jadi kita suka tidak menyadarinya. 

Pengeluaran saat puasa memang rentan terjadi secara tak disadari. Apa saja pengeluaran kecil penyebab “bocor halus” saat Ramadhan? Adakah tips untuk mengantisipasinya? Simak ulasan berikut.

Pada hakikatnya, puasa di bulan Ramadhan tak berarti hanya menahan diri dari haus dan lapar tetapi juga untuk bisa mengendalikan hawa nafsu. Salah satu hawa nafsu yang perlu dikendalikan tak hanya amarah, tetapi juga hawa nafsu menuruti “lapar mata”. Karena sebenarnya kita jadi membeli sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu kita perlukan. Selain mubazir, mengikuti “lapar mata” juga bisa membuat dompet kamu menipis secara tak disadari.

Pengeluaran Receh Saat Puasa

Tak dipungkiri, salah satu hal yang bikin kangen suasana puasa di bulan Ramadhan adalah berburu takjil saat ngabuburit atau menjelang buka puasa. Deretan penjual takjil saat menunggu bedug Magrib membuat kita tergoda untuk membeli berbagai macam makanan pembuka tersebut, padahal bisa saja kita hanya sedang “lapar mata”.

Selain godaan dari jajanan takjil, ada beberapa hal yang bisa membuat anggaran pengeluaran membengkak secara tak disadari selama bulan puasa ini.

Berikut beberapa hal yang sering dianggap pengeluaran receh tapi ternyata bisa signifikan jika diakumulasi:

1. Jajan takjil saat ngabuburit

Setelah menahan lapar dan dahaga hampir 12 jam, godaan untuk membeli makanan-makanan pembuka untuk buka puasa memang kadang tak tertahankan. Tentu kamu tetap boleh membeli takjil atau makanan ringan tersebut. Namun, kadang saat sedang lapar dan haus, berbagai aneka takjil bisa saja dibeli dalam satu waktu yang sama. Padahal saat berbuka puasa seringkali tak semua jajanan tersebut langsung masuk ke dalam perut. Pengeluaran untuk jajan takjil memang terasa receh, tapi jika kamu akumulasikan, nilai pengeluarannya lumayan juga lho menguras isi dompet kamu.

Katakanlah kamu “hanya” mengeluarkan Rp20.000 untuk satu jenis jajanan takjil. Namun karena sedang “lapar mata” kita bisa membeli hingga tiga jenis takjil. Maka anggaran untuk jajan hari itu bisa bertambah menjadi Rp60.000. Dan jika kamu terus melakukannya setiap hari, misalnya saja rata-rata kamu mengeluarkan Rp50.000 per hari untuk takjil, maka selama satu bulan pengeluaran kamu untuk takjil bisa mencapai Rp1,5 juta rupiah. Jika dilihat secara harian tentu tak seberapa, tetapi saat diakumulasikan dalam sebulan lumayan juga kan pengeluarannya.

2. Menumpuk stok makanan menjelang bulan Ramadhan

Menjelang bulan puasa, banyak orang  yang suka berburu stok bahan makanan ke supermarket. Tentu hal ini sah-sah saja untuk dilakukan. Selain menghemat tenaga, belanja stok makanan menjelang puasa juga bisa menghemat waktu kamu agar tidak bolak-balik ke supermarket. Namun, terkadang bahan makanan yang dibelanjakan suka lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan. Terutama stok cemilan ataupun aneka bahan untuk membuat minuman dan makanan segar. Peluang terjadinya “bocor halus” pengeluaran untuk kegiatan ini sangat terbuka lebar.

3. Berburu diskon

Ada sebagian orang yang suka tak tahan melihat tulisan promo atau diskon suatu barang. Bawaannya pengen langsung beli saja dan sangat merasa sayang jika melewatkan kesempatan tersebut. Apakah kamu  salah satunya? Ya, godaan lain yang perlu diwaspadai bisa menjadi penyebab “bocor halus”  pengeluaranmu saat puasa adalah berburu barang diskon. Entah itu makanan, pakaian, perlengkapan ibadah, pernak-pernik rumah, tanaman, bahkan hingga alat elektronik. Memang membeli barang saat ada tawaran potongan harga tentu akan menguntungkan. Namun, hal itu hanya berlaku untuk barang yang memang kita butuhkan. Tapi, kalau kita jadi tergoda membeli barang hanya karena diskonnya besar padahal tidak kita perlukan, hal itu bukannya membuat kita hemat tapi membuat kita mengeluarkan pengeluaran yang tidak perlu.

Misalnya saja ada diskon untuk produk mixer pembuat kue. Dari harga Rp1,5 juta, diskon menjadi Rp1 juta. Promo itu tentu sangat menarik. Sangat menguntungkan bagi kamu yang hobi membuat kue dan kebetulan mixer yang lama baru saja rusak. Namun, jika kamu sebenarnya tidak terlalu suka membuat kue, tetapi tetap membeli mixer karena sayang dengan potongan harga yang ditawarkan maka sebenarnya kamu bukan sedang menghemat pengeluaran Rp500.000 tetapi jadi menambah anggaran pengeluaran Rp1 juta. Sayang sekali jika dibeli dan hanya dipakai sesekali atau bahkan akhirnya tidak terpakai.

4. Penggunaan AC terus menerus

Puasa di masa pandemi membuat orang mau tidak mau lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Penggunaan AC (air conditioner) secara terus menerus pun sangat rentan terjadi. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang bisa membuat pengeluaran kamu bengkak secara tak disadari juga. Selain pemakaian listrik jadi meningkat, AC yang dihidupkan selama 24 jam non-stop apalagi selama berhari-hari bisa berisiko membuat AC juga mudah bocor dan rusak. Jika seperti ini maka bisa timbul pengeluaran tak terduga lainnya.

5. Buka Bersama

Meskipun sedang pandemi, undangan buka bersama bisa saja muncul baik dari teman dekat maupun keluarga. Potensi pembengkakan anggaran untuk buka bersama juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan.

6. Persiapan Lebaran

Sebagian dari kita juga tetap akan merayakan lebaran dengan keluarga di rumah. Tentunya beberapa rutinitas menyambut lebaran seperti memesan kue kering, menyiapkan makanan khas lebaran seperti ketupat dan opor juga menghias rumah dengan berbagai tanaman, aksesoris rumah juga mengecat rumah tetap dilakukan.

Tips Mengantisipasinya

Pengeluaran-pengeluaran receh di atas bisa termasuk dalam kategori Latte Factor. Istilah tersebut dipopulerkan oleh perencana keuangan dan penulis buku Finish Rich yaitu David Bach. Latte Factor merujuk pada pengeluaran kecil yang bersifat rutin akibat kebiasaan. Dasar terjadinya pengeluaran ini juga lebih banyak bersifat emosional yang sebenarnya tidak terlalu penting dan bisa ditiadakan.

Menurut Bach, Latte Factor ini harus diperhatikan agar orang lebih sadar dalam menggunakan anggaran dananya, sehingga pengeluaran yang tak terlalu perlu bisa lebih dikendalikan. Lalu, bagaimana untuk mengantisipasi “bocor halus” akibat Latter Factor selama puasa di masa pandemi ini?

1. Buat Anggaran Belanja

Mungkin sebagian dari kamu sudah rutin membuat anggaran belanja bulanan. Memasuki bulan Ramadhan, tak ada salahnya juga kamu membuat anggaran belanja yang baru, menyesuaikan dengan momentum berpuasa. Anggarkan semua keperluan termasuk anggaran untuk pengeluaran-pengeluaran receh tadi.

2. Batasi Anggaran Pengeluaran Receh

Salah satu cara untuk mengendalikan “bocor halus” akibat Latte Factor, kamu bisa mulai membatasi berapa besar anggaran yang boleh digunakan untuk hal-hal yang dianggap receh seperti jajan takjil dan lainnya. Kamu bisa menganggarkannya secara harian atau bulanan. Jika perlu, pisahkan anggaran tersebut, bisa di rekening terpisah atau sesederhana di taruh di amplop terpisah. Sehingga jika saldo di tempat tersebut sudah habis artinya jatah kamu membeli hal-hal receh tadi juga sudah tidak ada. Hal ini sangat membantu terutama bagi kamu yang suka tak tahan dengan godaan jajan.

3. Catat Pengeluaran Harian

Agar lebih tertib dalam pengelolaan anggaran, kamu bisa mencatat dana yang sudah kamu keluarkan. Hal ini juga memudahkan kamu untuk memantau apakah pengeluaran yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana awal. Catatan keuangan ini juga sangat bermanfaat untuk mengevaluasi ulang penggunaan dana kamu.

4. Pikirkan Lagi Sebelum Membeli

Terkadang kita sering terjebak pada pengeluaran receh yang tak terkendali karena didorong oleh emosional sesaat. Oleh karena itu, kamu bisa mulai membiasakan diri untuk berpikir ulang sebelum membeli. Apakah itu benar-benar kamu butuhkan atau hanya sekedar lapar mata sesaat.

Jika semua sudah tercatat dan terencana, maka pengeluaran kamu pun bisa lebih terukur. Jangan lupa juga untuk tetap mengumpulkan kembalian-kembalian receh, karena meskipun sesaat terlihat kecil tetapi jika kamu kumpulkan dalam jangka waktu panjang bisa jadi jumlahnya lumayan untuk menambah tabungan kamu.

Mulailah alokasikan juga pengeluaran receh yang kurang diperlukan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat seperti tabungan, investasi, atau untuk membayar premi asuransi sebagai perlindungan kesehatan diri kamu dan keluarga.

Salah satu asuransi yang perlu bermanfaat bagi kamu adalah asuransi jiwa. Astra Life memiliki produk asuransi jiwa online, Flexi Life. Asuransi ini sangat fleksibel karena preminya bisa kamu #AturSendiri sesuai perubahan tahap hidupmu dan mencakup perlindungan atas risiko COVID-19. Cakupan perlindungannya juga bisa hingga Rp5 miliar.

Namun, misalnya kamu seorang wanita berusia 30 tahun, untuk saat ini kamu menargetkan untuk memiliki uang pertanggungan sebesar Rp2,5 miliar dulu, maka kamu hanya perlu mengeluarkan Rp430.000 per bulan. Jumlah ini bahkan bisa lebih sedikit dari anggaran biaya takjil yang kamu keluarkan dalam sebulan seperti ilustrasi di atas kan?

Kalau kamu penasaran, kamu bisa kunjungi langsung ilovelife.co.id untuk mempelajari informasi lebih lengkap lainnya. Jika ingin melakukan simulasi, kamu juga bisa coba-coba mengkalkulasi dulu biaya premi dan uang pertanggungan yang kamu inginkan di sini.

Jangan lupa follow Instagram @AstraLife untuk mendapatkan tips-tips berguna lainnya. Urusan Sehat No Worries. #IGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!