Dear Milenial, Sebelum Masuk Pasar Modal, Pahami Ini agar Tidak FOMO

Pandemi membuat pasar modal rontok. Akibatnya, para milenial banyak menjajal pasar saham. Agar tidak FOMO, pahami ini dulu sebelum masuk pasar modal.

Dear Milenial, Sebelum Masuk Pasar Modal, Pahami Ini agar Tidak FOMO

Pandemi virus corona tak hanya memukul sektor usaha riil, tetapi juga pasar modal. Sepanjang tahun 2020, pandemi telah mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 5,09%, dengan penurunan terdalam terjadi di awal masa pandemi. IHSG sempat menyentuh level 3.973 pada 24 Maret 2020, meluncur tanpa tertahan sebesar 37% dari posisi di awal tahun.

Namun, saat pasar sedang turun seperti ini merupakan waktu terbaik untuk membeli saham. Karena, banyak saham yang tadinya mahal, kini harganya “diskon”. Tak heran, jumlah investor yang masuk ke pasar modal bertambah. Menurut catatan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah rekening investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) per November 2020 mencapai 1,5 juta single investor identification (SDI), atau tumbuh 28%.

#FunFact: milenial mendominasi pasar modal, tapi literasi keuangan rendah

Jika dirinci berdasarkan kelompok umur, maka mayoritas investor di dalam negeri saat ini merupakan generasi milenial. Dalam catatan KSEI, per akhir Juli 2020 jumlah investor yang berumur di bawah 30 tahun setara dengan 46,1% dari total investor pasar modal. Jika kategorinya diperlebar menjadi investor berusia di bawah 40 tahun, maka persentasenya meningkat menjadi 70,8% dari total investor.

Namun sayangnya, meski generasi milenial mendominasi pasar modal dalam negeri, literasi keuangan kaum ini masih rendah. Hasil survei literasi keuangan yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 memperlihatkan literasi keuangan milenial berusia 18 tahun hingga 25 tahun hanya mencapai 32,1%. Sedangkan generasi milenial yang berusia 26 tahun hingga 35 tahun memiliki tingkat literasi keuangan sebesar 33,5%.

Rendahnya literasi keuangan masyarakat Indonesia secara keseluruhan terlihat dari temuan riset bahwa hanya 6% masyarakat yang memiliki dana pensiun. Selebihnya menggantungkan kebutuhan finansial di masa tuanya pada keturunan masing-masing.

Jika tingkat literasi keuangan generasi milenial di tahun 2019 masih rendah, lantas mengapa mereka bisa menjadi mayoritas investor di pasar modal pada tahun berikutnya? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita mencari tahu terlebih dahulu mengapa jumlah investor ritel meningkat tajam.

Alasan yang mudah dicerna untuk memahami pertumbuhan investor ritel adalah meningkatnya dana dingin semasa pandemi. Ketika berbagai kebijakan pembatasan sosial berlaku, maka konsumsi masyarakat menjadi melandai. Dana lebih atau excess fund menjadi meningkat. Dana lebih ini misalnya berasal dari dana liburan yang nganggur, dana jalan-jalan ke mal yang tidak terpakai, dana hajatan yang banyak sisa, dana les anak yang tidak terpakai, atau dana ekspansi bisnis yang tertunda.

Fenomena FOMO meningkatkan investor milenial di pasar modal

Sebagian besar milenial memakai dana lebih ini untuk ditabung atau diputar di berbagai instrumen investasi, seperti saham, reksa dana, dan obligasi. Dalam logika awam, tentu pandangan ini tidak salah. Namun dalam konteks perencanaan keuangan, bisa jadi langkah itu tidak tepat. Apalagi, kalau kita melakukan investasi semata-mata hanya karena tidak ingin ketinggalan tren. Fenomena ini dalam era digital biasa disebut fear of missing out (FOMO).

Akhirnya, tak sedikit yang membeli saham karena terpengaruh oleh pom-pomers, alias influencer saham, atau sekadar mengikuti rekomendasi grup trading saham berbayar. Ketika rekomendasi itu salah, investor pemula menyesal karena merugi. Fenomena ini pun ditangkap oleh investor kawakan Indonesia, Lo Kheng Hong.

Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Januari 2021, Lo berkata, sebaiknya investor membeli saham bukan karena influencer atau ikut-ikutan teman, tetapi benar-benar memahami fundamental perusahaan yang sahamnya dibeli. Tidak ada jalan lain untuk masuk pasar modal selain mempelajari analisa fundamental dan analisa teknikal.

Sebaiknya jangan berinvestasi semata-mata hanya karena ikut rekomendasi teman atau tidak ingin ketinggalan tren (FOMO). Karena ketika rekomendasi itu salah, investor pemula menyesal karena merugi.

Pahami piramida perencanaan keuangan sebelum masuk ke pasar modal

Jika kamu milenial dan berniat memperdalam investasi saham, ada baiknya memahami piramida perencanaan keuangan agar tidak terjebak ke dalam fenomena FOMO. Dengan memahami piramida perencanaan keuangan, kamu bisa melakukan perencanaan keuangan berdasarkan prioritas dari yang paling dasar, hingga yang paling akhir. Piramida keuangan terdiri dari enam aspek penting, seperti digambarkan dalam infografis berikut.

Source: Finansialku.com

1. Arus kas

Di tahap yang paling dasar, kamu perlu memprioritaskan arus kas atau cash flow. Ibarat darah dalam tubuh, arus kas berfungsi memastikan agar kehidupanmu bisa tetap berjalan. Mengelola arus kas bertujuan mengamankan kebutuhan finansial jangka pendek. Yang termasuk tahapan pengelolaan arus kas adalah membuat anggaran, membuat catatan keuangan, memiliki dana darurat, dan mengendalikan utang. Para perencana keuangan menganjurkan, dana darurat yang sehat ialah minimal enam kali pengeluaran bulanan. Sementara agar arus keuangan sehat, kendalikan rasio utang dibandingkan penghasilan di angka maksimal 35%.

2. Manajemen risiko

Setelah mengamankan arus kas, kamu bisa melangkah ke tangga berikutnya dalam piramida keuangan, yakni manajemen risiko. Asuransi adalah produk yang bisa membantumu meminimalisir kerugian finansial akibat terjadi risiko, seperti risiko kematian, risiko sakit, atau risiko cacat sehingga kehilangan penghasilan. Asuransi yang perlu kamu pertimbangkan antara lain asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi penyakit kritis, dan asuransi umum. Pastikan uang pertanggungan (UP) atau manfaat yang kamu peroleh sesuai dengan kebutuhan.

3. Investasi

Jika kamu sudah memenuhi kebutuhan proteksi di atas, barulah kamu dapat melangkah ke tangga selanjutnya, yakni investasi. Di tahap ini, perencanaan keuangan bertujuan untuk mengembangkan aset dana agar dapat memenuhi kebutuhan dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Ada banyak tujuan keuangan yang bisa kamu penuhi dengan berinvestasi, misalnya rencana menabung dana pensiun, dana kuliah anak, atau traveling. Dalam berinvestasi, kamu perlu menyesuaikan instrumen investasi dengan profil risiko pribadi, imbal hasil, jangka waktu, dan tujuan keuangan yang hendak dicapai.

4. Dana hari tua

Menyiapkan dana hari tua ialah langkah keempat yang bisa kamu rencanakan dalam piramida keuangan. Dengan menyiapkan dana hari tua, kamu bisa memastikan dirimu bisa hidup layak dan sejahtera di masa tua. Untuk membentuk dana hari tua, kamu bisa menyiapkan tabungan selama masa produktif atau menyiapkan passive income yang bisa mendatangkan penghasilan saat kamu memasuki masa pensiun.

5. Distribusi kekayaan

Ini adalah prioritas terakhir dari perencanaan keuangan. Dengan melakukan perencanaan distribusi kekayaan, seseorang bisa memastikan bahwa hartanya bisa berpindah ke orang yang tepat, dalam jumlah yang tepat, dengan cara yang diinginkan, dan tidak melanggar peraturan yang ada. Ada dua cara yang bisa dipakai dalam distribusi kekayaan, yaitu hibah dan warisan.

6. Perencanaan pajak

Setiap tahap piramida keuangan di atas perlu disertai dengan perencanaan pajak atau tax planning yang matang. Perencanaan pajak bertujuan agar seseorang bisa membayar pajak yang paling minimal dengan cara yang tidak bertentangan dengan aturan pajak. Contoh manfaat tax planning misalnya, memilih produk investasi yang pajaknya paling murah, memilih bentuk warisan yang pajaknya paling rendah, dan sebagainya.

Miliki asuransi kesehatan sebelum kamu berinvestasi

Dengan memahami piramida keuangan di atas, semoga kamu bisa memenuhi tahapan-tahapan perencanaan keuangan dari yang paling dasar, hingga yang paling akhir. Dengan kata lain, sebelum melangkah ke investasi, pastikan kamu punya asuransi yang melindungi dana investasi dan tabunganmu jika suatu saat terjadi risiko. Karena, jika kamu tidak punya asuransi, bisa-bisa suatu saat tabungan dan investasimu terkuras untuk menutup biaya pengobatan yang besar, misalnya. Nah, asuransi kesehatan bisa melindungimu agar terhindar dari hal tersebut, loh.

Agar kamu bisa leluasa berinvestasi di pasar modal dengan rasa aman, kamu perlu melindungi diri dengan asuransi kesehatan. Saat ini, kamu bisa melengkapi kebutuhan proteksi kesehatanmu dengan Flexi Health dari Astra Life, perlindungan kesehatan yang #DapatSantunanNoWorries hingga Rp1 juta per hari dan bisa double claim dengan asuransi kesehatanmu yang lain. Berguna untuk meringankan beban finansial dari berbagai biaya tak terduga ketika dirawat di rumah sakit, seperti mengganti pemasukanmu yang hilang ketika kamu sakit, biaya pendamping transportasi dan makan pendamping, juga biaya obat-obatan atau vitamin yang tidak ditanggung. Flexi Health juga dilengkapi dengan santunan rawat inap ICU hingga Rp2 juta per hari, santunan penyakit kritis Rp50 juta, dan UP meninggal dunia hingga Rp500 juta. Tak hanya itu, asuransi ini bisa kamu miliki tanpa cek medis. Tertarik? Silakan kunjungi laman berikut.

Selamat berinvestasi di pasar modal dan jangan lupa lindungi diri dengan asuransi kesehatan dengan Astra Life karena Urusan Sehat No Worries #iGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!