Menyambut Tahun Macan Air 2022, Investasi Apa yang Oke?

Investasi apa yang makin cuan di tahun macan air 2022 ini?

Durasi baca: 6 menit

Tren-Investasi-di-Tahun-Macan-Air-2022

Awal tahun biasanya jadi momen untuk menyusun resolusi keuangan, salah satunya soal berinvestasi. Apalagi, iklim investasi semakin membawa angin segar bagi para investor.] Memang sih, di awal kasus Omicron pertama di Indonesia, IHSG sempat melemah dan terjadi penurunan bursa di Amerika Serikat. Kendati demikian, secara keseluruhan angka IHSG mengalami kenaikan sebesar 10% secara year to date (ytd) dan menempati urutan keempat di kawasan Asia Tenggara, unggul dari Malaysia dan Filipina. Lebih jauh, Macquarie Sekuritas memproyeksikan laba emiten (earning per share/EPS) bisa tumbuh di angka 20-25%, sehingga diperkirakan target IHSG bisa menyentuh level 7.400 di tahun 2022. 

Tema besar pemulihan ekonomi memang menjadi isu utama yang diusung oleh pemerintah saat ini. Pemerataan vaksin di seluruh provinsi, kebijakan finansial dan fiskal, pertumbuhan struktural yang kuat diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi negara di tahun ini.

Di tahun 2022 yang juga merupakan tahun macan air ini, menurut Master Xiang Yi, seorang master feng shui, kondisinya akan lebih baik di tahun sebelumnya. Sebab, shio macan memiliki 3 garis positif dalam perhitungan feng shui. Sehingga, diharapkan tahun macan air 2022 ini bisa membawa perkembangan yang positif juga.

Dengan melihat fakta-fakta di atas, pastinya kita berharap investasi di tahun 2022 ini juga akan mendapatkan angin segar. Untuk itu, kali ini kita akan membahas proyeksi instrumen investasi di tahun 2022 yang barangkali bisa menjadi pertimbangan kamu dalam mengembangkan portfolio ataupun mulai berinvestasi.

Bakal Seperti Apa Investasi di Tahun 2022?

Menurut data ekonomi global, dunia juga mulai berjalan ke arah kondisi normal. Tapi, di sisi lain, ada tantangan baru berkaitan dengan pembukaan ekonomi di berbagai negara, tak terkecuali di negara kita.

Pembukaan kegiatan ekonomi ternyata menimbulkan ketidakseimbangan. Salah satunya berefek pada permintaan, atau demand, yang mengalami kenaikan. Sayangnya, di sisi suplai, prosesnya relatif lambat dalam beradaptasi dengan keadaan.

Efeknya bisa kita rasakan sejak beberapa bulan terakhir, ketika harga-harga berbagai komoditas naik baik sektor energi maupun makanan yang kemudian memicu terjadinya kenaikan tingkat inflasi. Untuk mengatasinya, pemerintah telah menyiapkan sejumlah kebijakan fiskal dan finansial.

Melihat gambaran ekonomi kita sekarang, kita bisa jadi bertanya-tanya, bakalan seperti apa ya investasi tahun 2022 ini? Apakah akan ada angin segar untuk portofolio investor, atau justru malah membuat ‘rapor merah’? Simak selengkapnya dalam uraian berikut ini:

1. Percepatan vaksinasi membawa efek positif

Dilansir dari website vaksin.kemenkes.go.id (diakses tanggal 7 Januari 2021), total capaian vaksinasi dosis pertama per Desember 2021 sebanyak 77,28%, sedangkan dosis kedua sebesar 54,51%. Dan diperkirakan pada bulan Maret 2022, target 99% dosis vaksin untuk populasi dewasa akan terwujud. 

Berkat percepatan vaksinasi, angka kasus positif COVID-19 yang semakin terkendali. Efeknya pun membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih leluasa untuk beraktivitas dan juga dirasakan di sisi ekonomi domestik. Kegiatan ekonomi mulai kembali dibuka, arus mobilitas menuju normal, sekolah sudah mulai beroperasi kembali, dan masih banyak hal lain yang mendorong kondisi ke arah perbaikan. Bank Indonesia pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 akan ada di angka 4,7% – 5,5%.

Di sisi investor, pemerataan vaksin akan mempengaruhi kepercayaan dan memiliki efek pemulihan bisnis di berbagai sektor.

2. Investor lebih optimis

Di kuartal III 2021 memang ada sedikit perlambatan ekonomi domestik dan global akibat gelombang pandemi varian Delta. Kendati demikian, laju perbaikan ekonomi tetap diupayakan. Tercatat pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2021 diperkirakan di atas 5%. Hal ini didukung dengan menguatnya aktivitas konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi, dan ekspor yang tinggi.

Berdasarkan sebuah penelitian dilakukan oleh The Economist untuk mengukur vulnerability index terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat, ekonomi Indonesia dikatakan cukup kuat, tidak ada indikator yang menunjukkan kerentanan. Meski demikian, negara kita harus tetap menjaga Forex Reserve, External Debt, dan Current Account Balance.

Hal ini bisa menjadi alasan kuat bagi investor untuk lebih optimis dalam mengembangkan portofolionya di tahun 2022, walaupun kondisi pandemi belum tahu kapan usai.

3. Efek tapering The Fed ternyata tidak terlalu signifikan

Kabar tapering off oleh The Federal Reserve Bank, atau biasa disebut The Fed – Bank Sentral Amerika Serikat, sudah berembus sejak awal tahun 2021. Namun, rencana ini baru direalisasikan akhir bulan November 2021.

Apa sih tapering yang sering menjadi momok bagi pasar keuangan ini?

Tapering adalah pengurangan stimulus moneter yang dilakukan oleh bank sentral ketika kondisi perekonomian bisa dikatakan belum pulih dan masih membutuhkan suntikan dana likuiditas.

Di tahun 2013 silam, tapering dilakukan oleh The Fed dan efeknya sangat mengguncang pasar keuangan. Indeks saham rontok, imbal hasil (yield) surat utang negara naik, dan yang mengerikan, nilai tukar mata uang terus melemah terhadap dolar AS. Inilah yang menjadi momok di pasar keuangan. Ketakutan akan hal sama terulang kembali membayangi pelaku pasar dan perekonomian global.

Namun, ternyata tapering di akhir November 2021 kemarin tidak seburuk perkiraan. Indonesia sudah siap. ‘Amunisi’ untuk menghadapinya terbilang cukup banyak, mulai dari cadangan devisa yang tinggi, valuasi aset finansial yang menarik, dan transaksi berjalan defisitnya tidak besar.

Untuk jangka panjang dan menengah, dampak ini terbilang minim. Pasalnya, bursa memiliki berbagai sentimen positif lain yang berpengaruh, seperti percepatan vaksinasi, kasus COVID-19 yang menurun dan laporan emiten kuartal III yang membaik. Sehingga, ketika tapering terjadi, efek di perekonomian nasional tidak sedalam di tahun 2013.

4. Tren Investasi Mudah, Praktis, dan Likuid

Literasi keuangan dilakukan secara masif oleh berbagai lapisan mulai dari pemerintah, perbankan dan lembaga non-perbankan. Efeknya bisa dilihat secara nyata makin banyak masyarakat yang teredukasi tentang investasi dan pengelolaan keuangan.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah investor pasar modal per 29 Desember 2021 meningkat signifikan 92,7% menjadi 7,48 juta investor dibandingkan tahun sebelumnya. Ini adalah peningkatan yang sangat drastis jika dibandingkan dengan jumlah investor di tahun 2017. Secara demografi, investor ritel dikuasai oleh kalangan milenial dan Gen-Z. Dengan kata lain, rentang usia investor kurang dari 40 tahun mulai mendominasi pasar modal. 

Selain literasi keuangan yang berjalan baik, peningkatan jumlah investor ini tak lepas dari hadirnya digitalisasi yang sangat memudahkan masyarakat melakukan investasi. Bermodalkan internet dan ponsel saja, kamu sudah berinvestasi.

Tren investasi mudah, praktis dan likuid akan terus berlangsung di tahun 2022. Diprediksi kalangan milenial dan Gen-Z yang tertarik pada saham-saham yang mengutamakan Environmental Social Governance (ESG) atau Green Investment masih akan bertahan. Ini sejalan dengan profil risiko juga demografi milenial yang lebih suka dengan investasi jangka menengah dan panjang.

6 Rekomendasi Instrumen Investasi yang Menjanjikan di Tahun 2022

1. Reksa dana

Investasi mudah yang menjadi primadona belakangan ini, reksa dana, diprediksi akan terus diminati.

Bagi para pemula di dunia investasi dengan profil risiko konservatif hingga moderat, reksa dana adalah pilihan yang tepat. Di jenis investasi ini, ada manajer investasi yang akan mengelola dana investor.

Untuk memudahkan kamu dalam memilih reksa dana, berikut ini beberapa reksa dana yang bisa dijadikan acuan sesuai profil risiko :

  1. Konservatif : reksa dana pasar uang adalah pilihan tepat, dari tahun ke tahun instrumen ini menunjukkan tren positif. Obligasi dan deposito tetap disarankan untuk reksa dana jenis ini.
  2. Moderat : reksa dana pendapatan tetap dengan instrumen seperti sukuk , surat utang atau obligasi dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun. Reksa dana campuran juga bisa dipilih untuk profil risiko moderat.
  3. Agresif : reksa dana saham tentunya sangat cocok dengan profil risiko agresif. Jenis reksa dana ini diprediksi akan membukukan kinerja terbaik di tahun 2022. Reksa dana campuran disarankan apabila kamu merasa kurang nyaman dengan fluktuasi saham yang terlalu tinggi sebagai portofolio utama.

Memang sekarang ini ada banyak perusahaan sekuritas yang muncul, dan bisa dijadikan rujukan dalam membeli reksa dana. Namun, kamu bisa membeli di beberapa platform yang sudah diakui legalitasnya seperti Bibit, Stockbit, IPOT dan Bareksa.

Cara membelinya pun sangatlah mudah. Pastikan kamu sudah mengunduh dan mendaftar di salah satu platform lalu mengisi kuisioner untuk menentukan kamu tipe profil risiko yang mana. Lalu, silahkan memasukkan rencana keuangan agar dipilihkan jenis reksa dana apa yang cocok untuk kamu. Dan belilah sesuai budget yang dimiliki.

Pilihan reksa dana saham dan campuran diprediksi akan menjadi pilihan utama para investor. Ini tak lepas dari penanganan COVID-19 yang mulai terkendali. Industri pun mulai bangkit dan akan berdampak positif terhadap pasar saham.

2. Obligasi

Investor tipe pencari ‘safe haven’ masih dapat memilih obligasi negara berupa ORI dan SBN sebagai instrumen yang akan menjanjikan di tahun 2022. Alasannya karena mudah diperjualbelikan, relatif sangat rendah risiko (dijamin oleh negara), relatif stabil, dan imbal hasil besar dibandingkan deposito.

Melihat dari sisi ekonomi, fundamental dari negara kita cukup baik, dengan terbukti bisa bertahan di tengah gelombang pandemi COVID-19. Selain pemerataan vaksinasi, faktor ekspor komoditas di tahun 2021 yang mencetak nilai fantastis pun turut memperkuat perekonomian.

Tahun ini menurut rencana, pemerintah akan meluncurkan enam obligasi negara. Pastikan kamu sudah tahu mitra distribusi untuk obligasi negara dan cek informasi lengkapnya di website Kemenkeu.

Membeli obligasi negara itu tidaklah sulit. Ada dua pilihan untuk membelinya yaitu melalui pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana berarti kamu membeli langsung di bank atau perusahaan sekuritas yang menjadi mitra resmi pemerintah. Sedangkan pasar sekunder, kamu bisa membeli melalui perbankan, mekanisme bursa atau manajer investasi.

3. Saham 

Perbaikan ekonomi secara masif di tahun 2022 akan menjadi katalis utama dari IHSG. Tentunya, hal ini membuka peluang investasi saham di tahun ini terbuka lebar.

Di tahun 2021 saat gelombang pandemi masih tinggi, investasi saham justru mengalami pertumbuhan. Ini tak lepas dari dukungan dari berbagai perusahaan sekuritas dan manajemen aset yang rutin melakukan inovasi dan peningkatan pelayanan. Peran mereka dalam berinovasi dan menjaga kestabilan inilah yang memicu masyarakat untuk mengenal juga belajar investasi saham.

Jelang akhir tahun 2021 dan awal 2022, kita masih berhadapan dengan varian Omicron. Namun, sejauh ini kenaikan kasus di Indonesia belum naik secara signifikan seperti negara lain. Kinerja emiten dan manajer investasi di akhir tahun yang melakukan windows dressing memberikan efek positif terhadap pasar modal.

Saham masih akan menjadi pilihan investasi yang legit bagi investor di tahun 2022. Milenial dan Gen-Z diprediksi masih akan tertarik dengan saham dari perusahaan yang bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti saham perusahaan teknologi digital. Lalu ada saham perbankan, juga saham perusahaan unicorn yang diperkirakan akan melejit di tahun 2022.

Tapi sebelum membeli saham, perlu dipertimbangkan untuk mempelajari fundamental perusahaan, agar terhindar dari FOMO (Fear of Missing Out), karena dapat berdampak pada risiko yang harus dihadapi.

4. Cryptocurrency

Tahun 2021 bisa dikatakan tahun cryptocurrency atau mata uang kripto. Secara mengejutkan, mata uang kripto menjadi buah bibir di mana-mana. Bahkan kaum milenial dan Gen Z terlihat sangat tertarik dengan mata uang digital satu ini.

Kehebohan yang dilakukan oleh mata uang kripto tak pernah surut dalam rentang satu tahun. Mata uang kripto terus bermunculan, tapi bitcoin masih tetap paling perkasa.

Belum lagi tren NFT yang membuat banyak orang berlomba-lomba menjual hasil karya secara digital. Secara langsung memberikan dampak positif yaitu makin banyak yang mengenal mata uang kripto.

Alasan utama mengapa investasi ini diminati tak lain karena imbal hasil yang akan didapatkan sangat besar dibandingkan jenis investasi lainnya. Di samping itu, kemudahan transaksi, berlaku universal, transparan, berada di jaringan blockchain yang sulit diretas, merupakan alasan mengapa banyak yang beralih ke investasi ini.

Ada data yang cukup mengejutkan dalam hal ini, yaitu jumlah investor cryptocurrency di tanah air ternyata lebih besar dibandingkan investor saham!

Di tahun 2022, tren investasi cryptocurrency masih akan tetap berlanjut. Apalagi setelah munculnya rencananya sejumlah perusahaan bursa cryptocurrency baru yang akan diresmikan oleh BAPPEBTI di tahun ini.

Namun, jangan tergiur dari cuannya saja. Cryptocurrency dikenal memiliki volatilitas yang sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk investor dengan profil risiko agresif. Apabila kamu ingin terjun ke investasi ini, pastikan sesuai dengan profil risikomu, serta lakukan analisis fundamental dan teknikal dengan baik.

5. Emas

Emas adalah jenis investasi yang everlasting. Jenis investasi ini disukai karena bisa menjadi safe haven; relatif likuid, bisa mempertahankan nilainya dalam jangka waktu panjang, dan bisa melawan tingkat inflasi. 

Selama tahun 2021, nilai emas memiliki performa yang positif. Dari awal hingga akhir tahun nilainya fluktuatif, tapi tidak pernah anjlok. Hingga 24 Desember 2021, nilai emas ada di angka Rp. 933.000,-/gram.

Di tahun 2022, dilansir dari Kontan.co.id, Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures memprediksi harga logam mulia akan ada di angka Rp 1.000.000,-/gram. Emas fisik ada di posisi Rp. 1.100.000,- hingga 1.200.000,-/gram.

Nah, bagi kamu yang memiliki emas dan logam mulia angka tersebut bisa dibilang sangat baik untuk dijual. Namun, kembali lagi ke rencana keuangan kamu. Apakah membutuhkan dana? Emas yang dimiliki bisa dijual. Tapi, jika tidak ya sebaiknya ditahan saja.

Emas cocok untuk kamu yang ingin melakukan diversifikasi investasi karena risiko yang rendah tapi nilainya mengalami kenaikan secara rata-rata per tahunnya.

6. Properti

Sejak pandemi, investasi properti memang mengalami kelesuan. Kendati demikian, jenis investasi ini masih tetap menarik di tahun baru 2022.

Properti adalah instrumen investasi yang everlasting juga selain emas. Memang sih, untuk membelinya membutuhkan modal besar. Tapi, imbal hasil yang akan kamu peroleh pun sepadan di kemudian hari. Pasalnya, hunian akan selalu menjadi kebutuhan utama masyarakat.

Di tahun 2022, tren properti diprediksi akan memberikan sinyal yang cukup baik. Namun, daya beli masyarakat belum bisa pulih seperti normal. Sehingga kondisi pasar pun akan masih bergantung kepada kebijakan dari pemerintah seperti suku bunga dan insentif pajak.

Sektor perumahan masih menjadi pilihan. Generasi milenial lebih memilih membeli apartemen dengan harga terjangkau dibandingkan rumah tapak yang memiliki jarak tempuh 1-2 jam perjalanan dari pusat kota. Untuk perumahan sendiri, permintaan pasar untuk rumah dengan kisaran harga Rp 300 juta sampai Rp 1 miliar masih tinggi.

Ingin Memulai Investasi atau Mencoba Instrumen Investasi Baru di Tahun 2022?

Tak ada kata terlambat dalam memulai berinvestasi dan juga bagi kamu yang ingin diversifikasi. Rekomendasi instrumen investasi di atas bisa jadi pilihan. Namun, ada beberapa hal juga yang perlu kamu siapkan, antara lain:

1. Kenali Profil Risiko

Sebelum memulai investasi, kamu harus mengetahui terlebih dulu profil risiko pribadimu sendiri.

Profil risiko adalah seberapa besar seseorang bisa menoleransi tingkat risiko dari investasi. Untuk profil risiko sendiri ada tiga jenis yaitu:

a. Konservatif

Tipe ini adalah tipe investor dengan profil risiko yang paling rendah. Investor di tipe ini menginginkan jenis investasi sangat rendah risiko, imbal yang relatif stabil, dan cenderung memiliki ketakutan apabila investasi pokoknya berkurang.

b. Moderat

Investor tipe ini memiliki profil risiko sedang, memiliki tujuan keuangan jangka menengah dan sudah siap dengan imbal hasil fluktuatif, tetapi masih ragu-ragu mengambil risiko.

c. Agresif

Investor dengan tingkat profil risiko agresif sangat siap menghadapi risiko modal berkurang atau bahkan hilang, demi imbal hasil yang tinggi juga.

2. Gunakan ‘Uang Dingin’

‘Uang dingin’ artinya uang yang dipakai untuk berinvestasi merupakan dana yang sudah kamu sisihkan dari pendapatan sesuai alokasinya. Hindari menggunakan pos-pos dana seperti dana darurat, dana pendidikan atau berutang ke orang lain demi investasi.

3. Cari Tahu Legalitas Lembaga Terkait

Waspadalah terhadap berbagai penawaran menggiurkan yang datang. Agar tidak terjerat investasi bodong, kamu perlu tahu legalitas dari lembaga penyelenggara investasi.

Kamu bisa cek ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) apakah lembaga tersebut sudah terdaftar atau belum. Kalau belum terdaftar, maka sebaiknya jangan menginvestasikan danamu di lembaga tersebut.

4. Manajemen Risiko

Yang namanya investasi pasti ada risiko mengiringinya. Disarankan untuk tidak mengalokasikan seluruh dana yang kamu punya ke dalam satu jenis investasi. Lakukan diversifikasi untuk meminimalkan risiko yang akan terjadi.

Pertumbuhan dan pemulihan ekonomi tentunya diharapkan bisa berjalan normal kembali di tahun 2022. Walaupun sekarang ini sudah ada varian baru Omicron, tapi pemerataan vaksin diharapkan bisa mengimbangi laju ekonomi.

Bagi kamu yang ingin berinvestasi, sebaiknya bisa melindungi diri lebih dulu dengan asuransi.  Karena kamu bisa mendapatkan perlindungan jiwa dan kesehatan.Untuk kamu yang ingin berinvestasi dan mendapatkan perlindungan ekstra, kamu bisa memilih Flexi Life sebagai solusi. Flexi Life adalah produk asuransi jiwa yang memberikan perlindungan terhadap risiko meninggal dunia dengan uang pertanggungan hingga Rp 5 miliar. Kamu hanya butuh 5 menit saja untuk registrasi. Semua prosesnya bisa dilakukan secara online tanpa harus melakukan pengecekan medis terlebih dulu. Praktis banget, ‘kan?

Untuk kamu yang tertarik dengan Flexi Life dan produk asuransi Flexi lainnya, bisa cek informasi lengkapnya di laman ilovelife.co.id. Dan jangan lupa untuk terus mengikuti update seputar gaya hidup dan dunia keuangan di Instagram @astralifeid. Urusan Sehat, No Worries. #iGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!