8 Konser Musik di Alam Terbuka yang Sayang untuk Dilewatkan

Pergelaran musik di alam terbuka jelas menghadirkan pengalaman berbeda. Berikut ini delapan konser musik di alam terbuka yang bisa kamu coba tonton.

Kurnia Bahari
|
07 March 2017
|
Life

8 Konser Musik di Alam Terbuka yang Sayang untuk Dilewatkan

Pergelaran musik di alam terbuka jelas menghadirkan pengalaman berbeda. Berikut ini delapan konser musik di alam terbuka yang bisa kamu coba tonton.

Kurnia Bahari
|
07 March 2017
|
Life

Bayangkan kamu berada di tengah alam terbuka. Di bawah naungan awan dan (mungkin) gemerlap bintang, kamu disuguhi musik yang enak di telinga. Suasana alam yang syahdu seakan memadu dengan lagu, berkonspirasi untuk menumbuhkan suasana yang tak terlupakan di hati. Pergelaran musik di alam terbuka jelas menghadirkan pengalaman berbeda. Apalagi jika dilatari pemandangan alam yang aduhai. Kesannya akan melekat erat. Berikut ini delapan konser musik di alam terbuka yang bisa kamu coba tonton.

Jazz Gunung

Pagelaran ini diprakarsai Kua Etnika dan Sigit Pramono, seorang bankir sekaligus pemilik Java Banana Kafe and Gallery pada 2009. Jika pada pertunjukan perdana digelar di halaman samping Java Banana Kafe dan Gallery, tahun lalu digelar di kawasan dataran tinggi Bromo, Jawa Timur.

Tempat pertunjukan di amfiteater terbuka Jiwa Jawa Resort di Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Kapasitasnya sekitar 400 penonton. Selain disuguhi pemandangan Gunung Bromo yang molek, acara berlangsung intim lantaran tidak terlalu sesak.

Tahun 2017 ini, Jazz Gunung Bromo akan diselenggarakan pada 17-20 Agustus. Info jadwal dan tiket bisa diperoleh di website www.jazzgunung.com.

Ijen Summer Jazz Java Banana

Perhelatan ini sebenarnya merupakan bagian rangkaian dari Jazz Gunung. Jika Jazz Gunung memperkenalkan Gunung Bromo, Ijen Summer Jazz bertujuan mempopulerkan kawasan Gunung Ijen dan Banyuwangi. Kawah Gunung Ijen sendiri dikenal sebagai salah satu dari dua tempat di dunia yang memiliki blue fire, selain Islandia. Penyelenggara Ijen Summer Jazz pun sama dengan Jazz Gunung. Lewat Ijen Summer Jazz, panitia ingin mengawinkan jazz dengan musik suku Osing di Banyuwangi.

Ijen Summer Jazz digelar di Amfiteater Jiwa Jawa Resort Ijen dengan kapasitas penonton 300 orang. Tahun ini, Ijen Summer Jazz diselenggarakan pada 6-7 Oktober.

Banyuwangi Beach Jazz Festival

Banyuwangi Beach Jazz Festival yang digelar di Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur. Jika Ijen Jazz Summer menyasar pecinta Jazz tulen, Banyuwangi Beach Jazz menargetkan anak-anak muda secara umum. Karena itu, Banyuwangi Beach Jazz mengolaborasikan musik daerah dengan sentuhan jazz kontemporer. Festival ini digelar sejak 2013.

Tahun ini, Banyuwangi Beach Jazz Festival dihelat 2 September.

Prambanan Jazz

Pertunjukan ini terinspirasi konser Andrea Bocelli di Tuscany, Italia, pada 2008. Dalam pergelaran tersebut, terlihat bebatuan ditumpuk mirip candi sebagai latarnya. Dari konser Bocelli, penggagas Prambanan Jazz Syahrul Alimi berpikir membuat konser dengan latar candi. Acara digelar di luar ruangan untuk mendapatkan pengalaman berbeda dibanding konserdi dalam gedung.

Prambanan dipilih karena menjadi mahakarya candi Hindu terbesar di Indonesia. Akses ke Prambanan pun lebih mudah dari Bandar Udara Adisutjipto ketimbang Borobudur. Pertunjukan ini digelar pertama kali pada 2015.

Tahun ini, Prambanan Jazz digelar pada 20-21 Agustus dengan artis seperti Boyz II Men dan Rick Price.

Ngayogjazz

Berbeda dengan Prambanan Jazz, Ngayogjazz ingin mendekonstruksi kesan bahwa jazz itu elite dan mahal. Konser ini diinisiasi Djaduk Ferianto bersama musikus Yogya lainnya seperti Hattakawa, Wendra, Aji Wartono, Bambang, dan Hendi.

Ngayogjazz pertama digelar pada 2007 di Padepokan Bagong Kussudiardja. Ngayogjazz kedua dihelat di Tembi, Bantul, pada 2008 dan Ngayogjazz 2009 di Gabusan, Bantul. Pelaksanaan Ngayogjazz 2010 mundur karena Gunung Merapi meletus pada akhir Oktober tahun itu. Ngayogjazz baru muncul pada Januari 2011 di pelataran rumah pelukis Djoko Pekik di Sembungan, Bantul. Ngayogjazz kembali digelar pada tahun yang sama pada November di Kotagede, Yogyakarta.

Jazz di Atas Awan

Konser ini merupakan rangkaian dari Dieng Culture Festival. Jazz di Atas Awan memanfaatkan panorama Dataran Tinggi Dieng yang elok. Saat musim kemarau ketika matahari terbenam, fragmen munculnya pucuk-pucuk Candi Arjuna di atas awan kabut dianggap menyejukkan mata.

Kabut yang cukup tebal menjadi latar panggung yang menakjubkan saat pergelaran. suhu udara Dieng yang dapat mencapai 2-5 derajat Celsius. Acara ini pertama kali digelar pada 2013.

Eco Music Camp

Eco Music Camp digelar di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Sukamantri, Bogor. Konsepnya, penonton berkemah. Para peserta selama tiga hari dapat menikmati pagelaran dari musisi lokal hingga mancanegara, dari berbagai genre musik seperti religius hingga jazz. Selain panggung musik, diadakan pula workshop dan coaching clinic. Ada pula diskusi serta pemutaran film.

Ruang Rupa Record (RRREC) Fest in the Valley

Festival ini dikemas dalam format paket liburan akhir-pekan yang berisikan program seperti pertunjukan musik, pemutaran film layar tancap, residensi seniman, workshop, bincang-bincang, program anak, dan teater.

Pagelaran ini digelar di Tanakita Camping Ground, Situgunung, Sukabumi, Jawa Barat. Mayoritas pengisi acara festival adalah band-band indie dari Indonesia maupun manca negara. Pada 2015, band yang tampil di antaranya Orkes Moral Pengantar Minum Racun, Efek Rumah Kaca, Stars and Rabbit, Polka Wars, dan Silampukau.

Dengan berbagai macam pilihan konser di alam terbuka, mulai dari di candi, di gunung, di pantai, mana yang membuat kamu tertarik? Sebelum memesan tiket dan mengatur perjalanan, pastikan kamu sudah melengkapi diri dengan perlindungan dari asuransi yang tepat, ya!