Hindari 6 Kesalahan Ini Ketika Membeli Asuransi Jiwa

Membeli asuransi jiwa kita tak ubahnya menyiapkan warisan kepada keluarga. Nah, agar tidak salah beli, kenali kesalahan umum dalam membeli asuransi jiwa.

Kekita beli asuransi jiwa kita tak ubahnya menyiapkan warisan kepada keluarga jika suatu hari nanti kita meninggalkan mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu manfaat itulah yang membuat masyarakat kini semakin sadar akan pentingnya membeli asuransi jiwa terbaik. Sayangnya kesadaran ini tidak diikuti dengan kehati-hatian atau kecermatan dalam memilih produk asuransi.

Akibatnya, beberapa kesalahan dalam memilih produk asuransi jiwa pun kerap terjadi. Nah, agar tidak salah beli, kenali kesalahan umum dalam membeli asuransi jiwa, di bawah ini:

1. Salah menentukan uang pertanggungan

Jangan lupa, manfaat asuransi jiwa ialah agar dapat menjaga kondisi keuangan keluarga tetap stabil jika hal yang tidak diinginkan terjadi pada diri kita. Maka dari itu, jumlahnya harus disesuaikan dengan pengeluaran rutin keluarga per bulan, jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan, serta jenjang pendidikan yang kita harapkan akan dicapai oleh anggota keluarga.

Penting pula untuk mengevaluasi produk asuransi jiwa beserta uang pertanggungan ini secara berkala. Karena, jumlah uang pertanggungan yang kita rasa cukup lima tahun lalu, belum tentu cukup saat ini. Adalah anggapan yang keliru bila kita berpikir membeli asuransi jiwa cukup sekali saja. Asuransi jiwa produk yang seharusnya terus berkembang untuk menyesuaikan kebutuhan kita dan keluarga.

Kesalahan yang biasa ditemukan ketika konsumen membeli asuransi jiwa ialah memilih produk dengan uang pertanggungan yang tidak mencukupi kebutuhan.

2. Keliru menentukan penerima manfaat

Hal yang lumrah bagi setiap orang tua adalah meninggalkan harta untuk anak-anaknya. Tapi, kesalahan umum yang terjadi pada mereka yang memiliki asuransi adalah menunjuk anak yang belum dewasa (di bawah usia 21 tahun) sebagai penerima manfaat. Pasalnya dalam kebijakan asuransi, anak di bawah umur 18 atau 21 tahun tidak bisa mengambil atau mengklaim manfaat asuransi kamu.

Anda dapat menunjuk mereka sebagai penerima manfaat, namun tunjuklah seorang wali yang sah bagi anak yang masih di bawah umur. Misalnya, kakak kandung atau sepupu Anda. Lebih baik lagi jika wali tersebut adalah seseorang yang dapat Anda percayai.

Siapa sebetulnya yang berhak dicatatkan menjadi penerima manfaat dalam polis asuransi jiwa ketika Anda wafat? Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), terdapat 4 golongan besar ahli waris yang berhak menerima manfaat pertanggungan dari asuransi jiwa yang kita pilih ialah, pertama, suami atau istri yang hidup terlama beserta anak atau keturunannya (Pasal 852 KUHPerdata). Kedua, orangtua atau saudara kandung pewaris. Ketiga, keluarga dalam garis lurus ke atas sesudah bapak dan ibu pewaris. Keempat, paman atau bibi , baik dari pihak ayah atau ibu; keturunan paman dan bibi sampai derajat keenam dihitung dari pewaris; saudara dari kakek dan nenek beserta keturunannya sampai derajat keenam dihitung dari pewaris.

3. Membeli produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan

Konsumen kerap diiming-imingi produk asuransi jiwa yang menawarkan beragam manfaat. Contohnya, jika suatu produk asuransi jiwa berbasis investasi, kita biasanya ditawarkan imbal hasil fantastis. Atau, kita juga bisa ditawarkan produk asuransi dengan rider atau manfaat tambahan yang beraneka ragam. Tampaknya menarik, tapi belum tentu kita butuhkan.

Akibatnya, nasabah mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu. Ambil contoh, karena tergiur akan produk yang diproyeksikan akan memberikan imbal hasil fantastis atau memiliki rider beraneka ragam, kita membeli tiga produk asuransi jiwa dengan total pertanggungan Rp 1 miliar. Padahal, pertanggungan yang kita butuhkan ialah sebesar Rp 2 miliar. Jika kita fokus mencari produk asuransi jiwa yang sesuai dengan kebutuhan kita, tentu kita bisa memangkas pengeluaran yang mubazir.

4. Percaya ilustrasi

Menyambung poin nomor 3, harap diingat, proyeksi investasi yang digambarkan di atas kertas kepada Anda itu hanyalah gambaran. Bukan harga pasti! Adalah kesalahan fatal jika Anda mempercayai angka ilustrasi tersebut, bahkan sampai ke titik koma. Tidak ada jaminan bahwa di akhir masa berlakunya asuransi, Anda akan mendapatkan jumlah yang tertera di sana. Anda juga harus berpikir konservatif dengan tidak membiarkan angan Anda melambung tinggi jika imbal hasil investasi yang Anda terima jauh di bawah proyeksi tadi.

Menurut Sapto Rahardjo, financial motivator dalam bukunya “Berpikir Menjadi Sukses & Sejahtera”, ada tiga tingkat imbal hasil yang umumnya dijadikan gambaran oleh agen asuransi bagi nasabah; yakni rendah (5%), sedang (10%), dan tinggi (15%). Kemudian,Peraturan OJK No. 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi di Pasal 53, mengatur bahwa “Perusahaan dan/atau perusahaan pialang asuransi wajib menyampaikan informasi yang akurat, jelas, jujur, dan tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi kepada calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta sebelum calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi dengan Perusahaan. Sehingga, sebaiknya ilustrasi yang digambarkan kepada nasabah juga yang realistis, tidak berlebihan.

5. Hanya memperhatikan biaya premi

Membandingkan harga asuransi yang akan dibeli memang wajar dilakukan. Layaknya membeli produk, harga menjadi bahan pertimbangan. Namun, adalah keliru jika Anda mengutamakan biaya premi termurah ketika membeli asuransi. Dalam hal asuransi, harga tidak serta merta berbanding lurus dengan manfaat yang akan diperoleh.

Sebaliknya, jangan pula mudah terbujuk rayu agen asuransi yang mematok premi di jumlah tertentu. Maklum, apabila kita mengenal baik agen asuransi, misalnya sahabat atau keluarga, kita akan sulit mengelak ketika mereka mengeluarkan jurus, “Kamu pasti bisa deh bayar premi segini.”

Anda juga perlu mempertimbangkan biaya polis (biaya yang digunakan untuk menutup pengeluaran administrasi penerbitan polis dan juga pengeluaran rutin dalam mengelola polis), biaya asuransi, rating asuransi, serta manfaat kematian yang didapatkan dengan premi tersebut. Jangan lupa untuk membandingkan produk serupa dengan produk dari perusahaan asuransi lainnya agar kita bisa menentukan produk yang paling menarik dan sesuai dengan kebutuhan kita.

Ketika misalnya Anda memilih asuransi yang berbasis investasi atau unitlink, maka lakukan juga perbandingan antara satu produk asuransi jiwa dengan lainnya berdasarkan biaya premi, biaya asuransi, suku bunga yang diberikan, serta imbal hasil investasi yang diproyeksikan. Di Astra Life, Anda dapat membeli asuransi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda mulai dari Rp300 ribu per bulan.

6. Buru-buru menutup polis lama sebelum membeli polis baru

Kesalahan ini biasa dilakukan mereka ingin mengganti asuransi lamanya dengan asuransi yang baru. Pastikan kita telah membuka polis asuransi jiwa baru sebelum menutup polis lama. Karena, ketika Anda telah menutup polis lama, Anda tidak dapat mengetahui kapan polis baru Anda beserta manfaatnya akan terbit dan berlaku.

Itu dia enam kesalahan memilih asuransi jiwa yang kerap terjadi. Pastikan Anda tidak terburu-buru dalam memilih dan jangan ragu untuk membandingkan setiap produk asuransi jiwa dari suatu perusahaan asuransi dengan produk yang sama dari perusahaan asuransi yang lainnya agar tidak salah pilih. Untuk mengetahui produk-produk Astra Life, Anda bisa cek di sini. #AyoLoveLife dan selamat memilih!

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!