Wewey Wita meraih emas setelah berhasil menaklukkan pesilat Vietnam, Thi Them Tran, pada final nomor 50-55 kg putri di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta. Wanita kelahiran 5 Februari 1993 ini melalui tulisannya di salah satu media daring, bercerita tentang hidupnya yang penuh perjuangan di Indonesia.
Lahir sebagai putri dari pasangan Ani Rohimah (asli Tasikmalaya) dan Yeo Meng Tong alias Atong Wijaya yang keturunan Tionghoa. Awalnya, kehidupan keluarga Wewey berkecukupan, hingga suatu hari bisnis ayahnya bangkrut. Sejak itu, keluarganya harus bertahan tinggal di kontrakan sempit di Ciamis dengan kemampuan finansial terbatas dan utang yang membengkak. Untuk membantu finansial keluarganya, Wenny kecil kerap menjual gundu yang dimenangkannya ketika bermain dengan teman laki-laki. Ia pun pintar menemukan hadiah berupa uang Rp5.000,00 dalam bungkus jajanan.
Wewey mulai berlatih pencak silat setelah guru olahraganya saat SD mendaftarkannya di pertandingan bela diri yaitu silat. Nasib memang menunjukkan cahayanya, Wenny yang hanya belajar teknik dan etiket dasar pencak silat selama dua hari itu berhasil menang dengan skor 3-2 dalam pertandingan pertamanya itu juga sebagai juara terbaik. Sejak itulah ia menggeluti pencak silat secara serius.
Prestasinya di pencak silat meraih gemilang, mulai dari Popwilnas, Popda, Popnas, hingga Porda membela Kabupaten Ciamis. Pada pertandingan Pekan Olahraga Daerah (Porda), Wewey yang baru berusia 14 tahun mendapat medali emas, ini menjadi titik mula kesuksesannya. Dengan kemenangan itu, harusnya Wenny berhak mendapat bonus Rp10 juta, tetapi yang ia terima hanya Rp7,5 juta. Barulah selepas itu ia bergabung dengan PPLP di Bandung hingga kini.