Kisah Inspiratif 4 Atlet Indonesia yang Sukses di Asian Games

Di balik gemilangnya atlet peraih medali emas di Asian Games 2018, ada perjuangan hidup yang inspiratif. Berikut kisah hidup 4 atlet tersebut

Atlet Medali Emas

Perhelatan Asian Games 2018 ditutup dengan meriah dan megah di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Indonesia memang patut merayakan pencapaiannya di Asian Games 2018 ini. Selaku tuan rumah, Indonesia berhasil mengantongi 31 medali emas, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu dengan total 98 medali. Keberhasilan ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-4 dari 45 negara yang berpartisipasi, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang berhasil mengakhiri Asian Games 2018 di posisi 10 besar.

Keberhasilan ini datang dari para atlet yang telah berlatih dan berjuang keras. Bukan hanya perjuangan untuk Asian Games 2018, namun juga perjuangan hidup mereka yang begitu menginspirasi, antara lain:

Wewey Wita – Medali Emas untuk Pencak Silat

Wewey Wita meraih emas setelah berhasil menaklukkan pesilat Vietnam, Thi Them Tran, pada final nomor 50-55 kg putri di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta. Wanita kelahiran 5 Februari 1993 ini melalui tulisannya di salah satu media daring, bercerita tentang hidupnya yang penuh perjuangan di Indonesia.

Lahir sebagai putri dari pasangan Ani Rohimah (asli Tasikmalaya) dan Yeo Meng Tong alias Atong Wijaya yang keturunan Tionghoa. Awalnya, kehidupan keluarga Wewey berkecukupan, hingga suatu hari bisnis ayahnya bangkrut. Sejak itu, keluarganya harus bertahan tinggal di kontrakan sempit di Ciamis dengan kemampuan finansial terbatas dan utang yang membengkak. Untuk membantu finansial keluarganya, Wenny kecil kerap menjual gundu yang dimenangkannya ketika bermain dengan teman laki-laki. Ia pun pintar menemukan hadiah berupa uang Rp5.000,00 dalam bungkus jajanan.

Wewey mulai berlatih pencak silat setelah guru olahraganya saat SD mendaftarkannya di pertandingan bela diri yaitu silat. Nasib memang menunjukkan cahayanya, Wenny yang hanya belajar teknik dan etiket dasar pencak silat selama dua hari itu berhasil menang dengan skor 3-2 dalam pertandingan pertamanya itu juga sebagai juara terbaik. Sejak itulah ia menggeluti pencak silat secara serius.

Prestasinya di pencak silat meraih gemilang, mulai dari Popwilnas, Popda, Popnas, hingga Porda membela Kabupaten Ciamis. Pada pertandingan Pekan Olahraga Daerah (Porda), Wewey yang baru berusia 14 tahun mendapat medali emas, ini menjadi titik mula kesuksesannya. Dengan kemenangan itu, harusnya Wenny berhak mendapat bonus Rp10 juta, tetapi yang ia terima hanya Rp7,5 juta. Barulah selepas itu ia bergabung dengan PPLP di Bandung hingga kini.

Lena Lena dan Leni Leni – Medali Perunggu untuk Sepak Takraw

Lena dan Leni, dua gadis kembar yang diunggulkan dalam cabang olahraga Sepak Takraw ini lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Surtina, hanyalah seorang buruh tani, sementara sang ibu, Toniah, sehari-hari adalah ibu rumah tangga. Kedua orangtuanya sempat membujuk mereka untuk bekerja sebagai TKW daripada melanjutkan sekolah, seperti cerita yang dimuat di situs resmi Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Namun, mereka yakin kalau pendidikan adalah hal utama.

Demi menutupi biaya sekolah, Lena dan Leni menjadi buruh cuci piring di kantin SMP mereka. Hingga melanjutkan ke bangku SMA, ikut tim sepak takraw seakan menjadi “napas baru”, karena atlet-atlet sepak takraw digratiskan biaya sekolahnya. Sayangnya, meski sudah digratiskan keduanya juga harus tetap memiliki peralatan sekolah semisal seragam, sepatu, dan lainnya. Tak kehabisan akal dan usaha, setiap pagi, Lena dan Leni akhirnya mengais barang rongsokan di tepi sungai untuk kemudian dijual pada pengepul.

Demi menutupi biaya sekolah, Lena dan Leni menjadi buruh cuci piring di kantin SMP mereka. Hingga melanjutkan ke bangku SMA, ikut tim sepak takraw seakan menjadi “napas baru”, karena atlet-atlet sepak takraw digratiskan biaya sekolahnya. Sayangnya, meski sudah digratiskan keduanya juga harus tetap memiliki peralatan sekolah semisal seragam, sepatu, dan lainnya. Tak kehabisan akal dan usaha, setiap pagi, Lena dan Leni akhirnya mengais barang rongsokan di tepi sungai untuk kemudian dijual pada pengepul.

Kisah inspiratif si Kembar ini pun menarik perhatian Titik Soeharto. Melalui akun Instagram-nya, Titik bercerita dan mengunggah foto Lena dan Leni saat masih kecil. Ia menulis, “Perjuangan yang tak mudah namun tetap harus dijalani demi masa depan yang lebih baik. Karena giat berlatih, mereka pelan-pelan bisa menuai prestasi sepak takraw. Mulai dari level Porda, PON, Sea Games, hingga level Asian Games.”

Sejak bergabung dengan tim sepak takraw pada 2006, lalu pada 2007 keduanya lolos menjadi atlet nasional, sudah banyak prestasi yang diraih. Mulai dari medali perunggu Asian Games 2014 di Incheon, medali emas di King’s Cup pada 2016, hingga kini pada Asian Games 2018 mereka berhasil meraih perunggu.

Jafro Megawanto – Medali Emas Paragliding

Jafro Megawanto, sebagai penerbang putra Indonesia, mencetak nilai sempurna 0,00 di babak keempat nomor Ketepatan Mendarat cabang olahraga Paragliding (Paralayang) di Asian Games 2018. Bahkan, Presiden Jokowi, di akun Facebook resminya dengan bangga menceritakan lebih dalam perjalanan Jafro sebelum menjadi atlet.

Risiko cedera selalu ada saat berlatih dan bertanding, namun selalu ada perlindungan yang bisa Anda manfaatkan.

Presiden Jokowi menulis, “Sebelum menjadi atlet paralayang, Jafro Megawanto hanyalah seorang anak muda yang bertugas melipat dan merapikan parasut para atlet. Setiap hari melihat atlet paralayang, melipat parasut, diam-diam Jafro memendam mimpi untuk menjadi pilot paralayang. Kesempatan itu datang ketika ia akhirnya ikut berlatih di sekolah paralayang, lalu menjadi atlet. Hari ini, Jafro Megawanto bahkan meraih lebih dari sekadar mimpi menjadi atlet paralayang. Di venue paralayang di kawasan Gunung Mas Puncak tadi, Jafro meraih medali emas Asian Games 2018 dalam nomor ketepatan mendarat perorangan. Selamat Jafro Megawanto untuk emas ke-7 bagi Indonesia.”

Jangan pernah ragu untuk meraih setiap mimpi Anda. Anda pun bisa menjadi atlet-atlet kebanggaan Indonesia seperti mereka. Meski ada risiko dalam mewujudkannya, seperti risiko cedera saat berlatih dan bertanding, namun selalu ada perlindungan yang bisa Anda manfaatkan. Mulai dari penanganan cedera yang tepat oleh para ahlinya, Anda juga bisa berikan perlindungan.

Saat ini sudah tersedia perlindungan ASLI iSport Protection (iSport) dari Astra Life, yaitu asuransi pertama di Indonesia yang menyediakan perlindungan khusus bagi Anda yang hobi berolahraga. iSport adalah produk asuransi yang ditujukan bagi orang-orang yang gemar berolahraga, profesional maupun yang hanya sebatas hobi. Anda bisa memilih manfaat yaitu penggantian biaya fisioterapi dan biaya pemulihan akibat kecelakaan saat olahraga, juga manfaat santunan patah tulang akibat kecelakaan saat olaharaga.

#AyoLoveLife dengan terus aktif berolahraga mewujudkan mimpi atau meneruskan gaya hidup sehat Anda. #BeBetterYou dengan tetap memberikan perlindungan dari iSport!

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!