Makanan Praktis di Masa Pandemi, Yakin Gizi Anak Terpenuhi?

Pilihan makanan praktis siap saji bagi anak seringkali menjadi “penyelamat” sebagian orang tua untuk memenuhi kebutuhan asupan bagi anak-anaknya.

Kesehatan Gizi Anak

Kegiatan dari rumah yang terasa tak berkesudahan di masa pandemi ini, membuat sebagian orang tua mengambil jalan pintas untuk memberikan makanan praktis siap saji bagi anak-anaknya. Dengan cara itu, anak-anak tentu bisa tidak kelaparan. Tetapi apakah yakin kebutuhan gizinya sudah terpenuhi?

Pilihan makanan praktis siap saji bagi anak seringkali menjadi “penyelamat” sebagian orang tua untuk memenuhi kebutuhan asupan bagi anak-anaknya agar tidak kelaparan di tengah padatnya aktivitas. Apalagi bagi orang tua yang harus mengerjakan banyak peran di masa pandemi. Sebagai pendamping anak home learning sekaligus menjalani kewajiban work from home. Kesibukan tak hanya dirasakan bagi orang tua yang bekerja kantoran, tetapi juga bagi yang berbisnis dari rumah, bahkan tak luput dari seorang ibu rumah tangga.

Praktis Jadi Pilihan

Sebenarnya memang ada beberapa alasan mengapa godaan untuk memberikan makanan olahan praktis dan cepat saji semakin besar di masa pandemi. 

Tak bisa dipungkiri bahwa rumah menjadi pusat kegiatan dari orang tua dan anak-anak saat ini. Adanya aktivitas working from home dan learning from home di waktu yang hampir bersamaan membuat konsentrasi kita sebagai orang tua akan terbagi dalam satu waktu. 

Padatnya aktivitas tersebut bisa membuat kamu tidak punya waktu untuk memasak setiap waktu. Terlebih bagi keluarga yang tidak memiliki asisten rumah tangga. Oleh karena itu, makanan olahan yang praktis dan cepat saji seperti nugget, bakso, sosis akan menjadi salah satu pilihan.

Potensi Obesitas

Namun ternyata, konsumsi makanan olahan bagi anak menjadi salah satu perhatian UNICEF. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memberikan bantuan dan dukungan bagi anak-anak itu mengungkapkan bahwa konsumsi makanan olahan secara berlebihan tidak baik bagi kesehatan anak dan berpotensi membawa masalah obesitas.

Dalam website resminya, UNICEF pada awal Maret 2021, menekankan bahwa gizi yang baik bukan hanya tentang memiliki cukup makanan untuk dimakan, tetapi juga mendapatkan makanan yang tepat untuk dimakan.

Sayangnya, pengetahuan orang tua dalam menyediakan pilihan makanan untuk keluarga dipandang masih terbatas. Perwakilan UNICEF Debora Comini mengungkapkan ada terlalu banyak anak-anak dan remaja di Indonesia yang memiliki sedikit pilihan sehat dan bergizi yang tersedia. 

“Terlalu banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan memadai untuk mengambil keputusan terbaik terkait pilihan makanan keluarga mereka,”

UNICEF menyoroti obesitas pada anak menjadi salah satu masalah yang harus diwaspadai. Berdasarkan data Indonesian Family Life Survey (RAND Corporation), selama dua dekade terakhir terjadi peningkatan dua kali lipat untuk jumlah orang dewasa dengan berat badan berlebih atau obesitas di Indonesia. 

Adapun, Survei Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) 2018 menunjukkan tingkat obesitas anak juga meningkat. Satu dari lima anak usia sekolah dasar dan satu dari tujuh remaja di Indonesia tercatat mengalami masalah obesitas.

UNICEF mengatakan masalah obesitas meningkat pesat di Indonesia, baik di rumah tangga kaya maupun miskin. Salah satu penyebabnya adalah beralihnya pola makan masyarakat ke produk olahan yang seringkali lebih tinggi lemak dan gula. Apalagi, untuk orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan. Akses untuk mendapatkan makanan olahan lebih mudah dan banyak. Selain dari sisi kepraktisan, rasa makanan olahan juga relatif disukai oleh kebanyakan anak-anak.

Perlu Diatur Batasan dan Pilihan Gizi

Lalu, apakah makanan olahan tidak boleh menjadi pilihan? Tentu boleh-boleh saja, tetapi frekuensi pemberiannya perlu diatur.

Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa makanan olahan cepat saji tidak terlalu baik karena bisa mengurangi kandungan gizi atau nutrisi setelah melalui proses tertentu seperti pemanasan, pengeringan, pengalengan, pembekuan, pengemasan, dan sebagainya. 

Kandungan gula dan lemak yang lebih tinggi, rendahnya serat, serta adanya kemungkinan zat pengawet menjadi hal-hal yang membuat makanan olahan cepat saji tidak direkomendasikan untuk terlalu sering dimakan.

Selain membatasi frekuensi pemberian, orang tua juga perlu membaca lebih rinci kandungan atau nilai gizi dari makanan olahan yang akan dibeli. Sejumlah hal yang perlu jadi perhatian adalah kandungan gula, garam atau natrium, dan lemak, serta tanggal kedaluwarsa.

Panduan Makanan Sehat

Lalu, apa saja yang harus diperhatikan agar asupan gizi anak tetap terjaga selama pandemi, tetapi tetap praktis dalam menyajikannya? Berikut panduan yang bisa coba kamu terapkan.

1. Pedoman Gizi Seimbang

Pedoman Gizi Seimbang (PGS) merupakan pengganti konsep 4 sehat 5 sempurna yang selama ini digunakan. PGS memperhatikan 4 prinsip, yaitu:

–       Variasi makanan

–       Pentingnya pola hidup bersih

–       Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga

–       Memantau berat badan ideal

PGS membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia.

Pertama, konsumsi air putih. Air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif.

Selanjutnya adalah golongan makanan pokok (sumber karbohidrat), dianjurkan dikonsumsi dalam 3-8 porsi.

Golongan sayuran dan buah sebagai sumber serat, vitamin dan mineral juga harus dipenuhi. Setelah itu baru protein hewani dan nabati, termasuk di dalamnya adalah susu.

Terakhir adalah porsi kecil gula, garam dan minyak yang hanya digunakan seperlunya. Berdasarkan beberapa sumber literatur, secara umum konsumsi gula untuk anak-anak usia 2-6 tahun dianjurkan 4 sendok teh per hari dan 6 sendok teh per hari untuk anak-anak usia 7-10 tahun. Adapun garam, anak-anak usia kurang dari 1 tahun dianjurkan 1 gram per hari, usia 1-3 tahun bisa 2 gram per hari, usia 4-6 tahun 3 gram per hari, 7-10 tahun 5 gram per hari. Namun, jika kamu masih ragu, kamu bisa konsultasikan juga ke dokter gizi mengenai takarannya, karena bisa jadi kondisi setiap anak akan berbeda.

2. Bervariasi

Dengan menyajikan jenis makanan yang bervariasi maka kandungan nutrisi yang didapat juga bisa bervariasi. Menyediakan jenis makanan yang beragam juga dilakukan agar anak tidak cepat bosan. Variasi makanan bisa diganti setiap hari, setiap tiga hari sekali, ataupun setiap minggu. Sesuaikan dengan kondisi masing-masing.

3. Membuat Jadwal Menu

Penjadwalan menu yang jelas bisa memudahkan kamu untuk lebih efektif dan efisien dalam berbelanja.  Kamu bisa membuat jadwal untuk 1-2 minggu ke depan, sehingga kamu juga tidak perlu bolak-balik ke pasar di masa pandemi seperti ini.

4. Food Preparation

Setelah bahan makanan tersedia, saatnya kamu melakukan food preparation, mengelompokkan bahan mentah pada wadah tertentu untuk siap diolah. 

Sebelum dimasukkan ke wadah ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan. Misalnya,  untuk ikan dan ayam kamu bisa memotong dan mencuci bersih lebih dulu baru dimasukkan ke dalam wadah. Sementara, untuk daging mentah cukup dipotong sesuai kebutuhan tanpa dicuci terlebih dahulu. 

Adapun, sayuran harus dipastikan disimpan dalam wadah yang kering. Kamu bisa menambahkan tissue di dalam wadahnya. Hal ini untuk meminimalisir risiko busuk pada sayur. Setelah itu kamu bisa memasukkan wadah berisi makanan tersebut ke dalam freezer. 

Kegiatan ini memang memakan waktu di awal, tetapi kamu bisa sangat menghemat waktu setiap kali masak. Jadi, memasak bisa tetap praktis tetapi lebih sehat.

Memenuhi kebutuhan gizi bagi anak di masa pandemi memang cukup menantang. Namun, jangan sampai karena hanya ingin praktis, unsur-unsur kelengkapan gizi terabaikan. Karena kebutuhan anak tidak hanya sebatas makanan yang mengenyangkan tetapi harus yang bergizi.

Risiko obesitas sangat dekat di era pandemi dimana kebutuhan gerak pada anak juga terbatas. Padahal, obesitas bisa menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan yang serius seperti diabetes dan jantung.

Jangan lupa juga untuk menambah perlindungan kesehatan bagi kamu dan keluarga. Astra Life memiliki beberapa pilihan asuransi yang bisa kamu pertimbangkan.

Pertama, Flexi Health.

Pertama, Flexi Health. Asuransi kesehatan ini memberikan santunan rawat inap hingga Rp1 juta per hari. Flexi Health cocok untuk melengkapi asuransi kesehatan dari kantor atau BPJS Kesehatan agar finansialmu tidak terganggu akibat biaya tak terduga selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Produk asuransi Flexi Critical Illness bisa memberikanmu perlindungan dari penyakit kritis seperti stroke, jantung, kanker, dan kanker tahap awal tanpa perlu melakukan cek medis. Asuransi penyakit kritis ini juga dirancang sesuai kebutuhanmu dan bisa kamu #Atur Sendiri. Nilai perlindungan yang diberikan bisa hingga Rp2 miliar.

Jadi, jangan hanya memakai jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, komponen-komponen dalam makanan perlu diperhatikan pula untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Follow 

Instagram @AstraLife untuk mendapatkan tips-tips kesehatan lainnya. Urusan Sehat Jadi Tenang,

#iGotYourBack.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!