Pejuang LOVEPINK: Kanker Payudara Tak Mampu Membunuh Semangat Kami

Kanker memang merupakan berita buruk bagi siapa pun. Kedatangannya bagai palu godam yang mampu menghantam keberanian orang-orang tangguh sekalipun. Yuk, simak cerita pejuang LOVEPINK dalam melawan penyakit ini.

Keganjilan mulai dirasakan Putri Yulianti Pudjianto sejak akhir 2013. Ketika itu, ia mengalami rasa kencang di payudara yang tidak biasa dan pegal di punggung yang tak kunjung mereda. Awalnya, Putri mengira ini hanya gejala masuk angin dan pengaruh dari kehamilannya yang memasuki usia empat bulan. Saat kondisinya tak juga membaik, perempuan 36 tahun ini pun curiga bila ada sel kanker dalam tubuhnya.

Dalam kecemasan, Putri melakukan konsultasi dan dirujuk ke dokter onkologi, spesialis tumor serta kanker. Benar saja, kanker stadium tiga telah bersarang di tubuh Putri. Untuk mengambil tindakan medis, dokter pun melakukan sejumlah pemeriksaan yang lebih mendalam.

Belum sempat hasil pemeriksaan keluar, Putri terjatuh di satu malam pada Januari 2014. Pandangannya menggelap, bahkan nyeri hebat menyerang seluruh tubuhnya. “Menggerakkan jari saja sakitnya minta ampun,” ujar Putri.

Dua minggu lamanya Putri menahan sakit di sekujur tubuh sambil menunggu hasil tes dari dokter. Kabar yang ia nanti akhirnya datang. Ketika mendengarnya, Putri bagai mendapatkan tamparan keras. Sebab kanker dalam tubuhnya tergolong hiperaktif dan harus segera ditangani.

“Saya diberi dua pilihan. Yang pertama adalah langsung kemo, tapi kandungan saya yang berusia lima bulan harus dikeluarkan,” ujarnya.

Pilihan kedua, bayi bisa dipertahankan dan kemoterapi diundur hingga usia kandungan tujuh bulan. Bila mengambil opsi kedua, Putri harus menahan sakit yang teramat sangat sampai janinnya kuat menerima terpaan kemoterapi. Bahkan di pilihan kedua ini, Putri berisiko besar kehilangan nyawanya.

Kanker memang merupakan berita buruk bagi siapa pun. Kedatangannya bagai palu godam yang mampu menghantam keberanian orang-orang tangguh sekalipun. Sandra Kaeni, misalnya. Pada tahun 2009, ibu dari tiga putri remaja ini didiagnosis terkena kanker payudara sebelah kanan. Hingga mesti menjalani serangkaian tindakan medis seperti operasi, terapi dan meminum berbagai jenis obat.

“Karena saya orangnya santai, jadi saya percaya bahwa akan sembuh,” ujar perempuan 46 tahun ini. Namun keyakinan itu sempat meluruh di tahun 2014, ketika ia kembali mendapatkan diagnosis kanker stadium empat di payudara sebelah kiri yang telah menyebar ke paru-paru dan tulang. “Saya sempat down saat itu. Saya pikir sudah sembuh, tapi kenapa penyakit ini balik lagi,” katanya.

Putri dan Sandra sama-sama dihadapkan dengan vonis kematian. Namun mereka memutuskan untuk tak berlama-lama terkungkung dalam keputus-asaan. Mereka berusaha untuk bangkit.

Bagi Putri, pilihan kedua lah yang dipilih. Sebab ia ingin mempertahankan calon bayinya. Sementara rasa sakitnya hanya diredakan dengan bantuan obat penahan sakit yang dosisnya tidak begitu kuat. Pengorbanannya tak sia-sia, Putri akhirnya melahirkan bayi perempuan secara caesar, yang saat ini berusia 1,5 tahun. Sementara Sandra, kembali berjuang dari awal. Ia menjalani operasi, menerima infus untuk penguatan tulang, juga menenggak obat hariannya. Setahun menjalani semua itu, kini ia mulai beraktivitas secara relatif normal.

Untuk bangkit dan mencoba menjalani hari-hari dengan normal, Putri dan Sandra memperoleh bantuan berupa dukungan keluarganya. Mereka juga mendapatkan semangat hidup dari kesadaran sendiri, bahwa stres dan pikiran negatif hanya akan menjadi makanan bagi sel kanker dalam tubuh.

“Ketakutan tetap ada, karena kita kan juga manusia,” ujar Sandra. Untuk meredamnya, ketakutan ini mereka serahkan pada Sang Pemilik Nasib. Sandra dan Putri, menyebut pengalaman ini membuat mereka lebih dekat lagi pada sang Pencipta.

Di sela kesulitan dan kesakitan, keduanya tergerak untuk membantu sesama. Mereka bergabung dengan lovepink, gerakan sosial dari wanita dengan riwayat kanker payudara. Dengan gerakan ini, mereka berusaha meningkatkan kesadaran kepada masyarakat mengenai penyakit ini. Juga memberikan dukungan moril berupa pendampingan untuk pasien kanker payudara.

“Vonis kanker kadang membuat orang berpikir bahwa kematian telah dekat, padahal ini akan semakin memperparah penyakitnya,” ujar Sandra yang menjabat sebagai Head of Education di lovepink. “karena itu, dukungan moril sangat penting untuk mengangkat kembali semangat hidup pasien.”

Pepatah barat mengatakan every cloud has a silver lining, setiap hal buruk memiliki hikmahnya tersendiri. Setelah mengalami pengalaman ini, keduanya merasa lebih ikhlas dan bersyukur atas apa yang masih mereka miliki. Kesulitan sehari-hari yang sebelumnya membuat mereka mengeluh, sekarang terasa begitu sepele.

Pertempuran antara Sandra dan Putri dengan sel kanker memang masih belum selesai. Hari-hari mereka masih dipenuhi dengan terapi dan obat yang rutin harus ditelan. Namun menyerah kalah tak menjadi pilihan bagi dua perempuan pemberani ini. Kanker memang masih mengancam nyawa mereka, tapi tak mampu membunuh semangat keduanya.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!