7 Film Indonesia Legendaris yang Lekat di Hati

Menonton film adalah salah satu hiburan yang bisa kamu andalkan? Buat menambah deretan film wajib tonton, ini dia 7 film Indonesia legendaris yang lekat di hati.

film indonesia

7 Film Indonesia Legendaris yang Lekat di Hati

Menonton film adalah salah satu hiburan yang bisa kamu andalkan? Buat menambah deretan film wajib tonton, ini dia 7 film Indonesia legendaris yang lekat di hati.

Anda ingat dengan kalimat-kalimat ini: “Gile lu, Ndro!” atau “Jadi salah gue? Salah temen-temen gue?”. Ya kalimat pertama adalah dialog yang biasa diungkapkan Kasino ke Indro di film-film Warkop DKI. Sedangkan kalimat kedua adalah pernyataan Cinta ke Rangga dalam film Ada Apa dengan Cinta.

Penggalan kutipan tersebut melekat di hati penonton Indonesia. Berikut tujuh film Indonesia yang dikenang di benak penonton.

Warkop DKI: Maju Kena Mundur Kena

Produksi Parkit Films: 1983
Sutradara: Arizal

Maju Kena Mundur Kena merupakan salah satu film Warkop DKI terlaris. Film ini ditonton hampir 700 ribu orang. Film komedi tersebut ketika itu membuat rekor baru mengalahkan Di Balik Kelambu yang hanya menyedot 250 ribu penonton. Padahal, film Di Balik Kelambu, meraih enam Piala Citra dalam FFI 1983.

Film ini menceritakan perkawanan Dono, Kasino, dan Indro yang tinggal di satu rumah kos. Kasino diam-diam tertarik oleh wanita yang bukan lain adalah Marina (diperankan Eva Arnaz). Padahal di depan Dono dan Indro, Kasino bersikap anti terhadap wanita. Maju Kena Mundur Kena merupakan film ke-10 Warkop DKI dari 34 film yang mereka produksi. Film ini mempopulerkan “Gila lu Ndro.”

Lewat Djam Malam

Produksi 1954
Sutradara: Usmar Ismail

Film produksi 1954 ini terpilih menjadi yang terbaik dalam Festival Film Indonesia pertama pada 1955. Sutradaranya, Usmar Ismail, adalah Bapak Perfilman Indonesia. Film ini menyuarakan kritik tokoh utamanya, Iskandar (diperankan A.N Alcaff), terhadap korupsi yang merajalela setelah terjadi Revolusi Fisik (1945-1949). Iskandar dikisahkan baru pulang dari dinas ketentaraan setelah angkat senjata di masa Revolusi. Cerita pun mengalir.

Para kritikus film Indonesia menganggap Lewat Djam Malam sebagai film dengan tema yang sangat kuat dan paling kompleks. Bahkan sutradara Hollywood Martin Scorsese terpukau ketika menyaksikan film ini di laboratorium milik Cineteca di Bologna, L’immagine Ritrovata, pada 2012 saat Lewat Djam Malam direstorasi di sana.

Badai Pasti Berlalu

Produksi PT Suptan Film 1977
Sutradara Teguh Karya

Film adaptasi novel Marga T berjudul Badai Pasti Berlalu ini mengisahkan Siska (Christine Hakim) yang merupakan gadis penyendiri lantaran patah hati. Leo (Roy Marten) muncul. Dengan segala akal, Leo berhasil memikat hati Sisca. Awalnya Leo melakukan itu untuk memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Tapi, Leo kena batunya. Dia benar-benar jatuh cinta pada Sisca. Namun, ternyata Sisca mengetahui bahwa ia dijadikan bahan taruhan. Sisca pun minta putus. Dan begitu seterusnya kisah dengan plot tunggal berjalan.

Meski ceritanya dianggap datar, Badai Pasti Berlalu dipuji lantaran penataan artistiknya yang apik. Film ini meraih Piala Citra untuk editing, fotografi, editing suara di Festival Film Indonesia 1978. Namun, yang fenomenal dari film ini adalah soundtrack. Film ini disebut sebagai pelopor munculnya album soundtrack. Eros Djarot dianggap berhasil menggarap album yang mampu mencerminkan cerita filmnya. Album Badai Pasti Berlalu bahkan menempati urutan pertama dalam Album Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia. Lagu Merepih Alam dan Merpati Putih dalam album tersebut pun masuk daftar 150 Lagu Indonesia Terbaik versi Rolling Stone Indonesia.

Gita Cinta dari SMA

Produksi 1979
Sutradara Arizal

Sering disebut-sebut sebagai film “Romeo and Juliet” versi Indonesia. Dibintangi aktor Rano Karno dan Yessy Gusman yang menjadi idola pada masanya, film romantis ini layaknya film AADC bagi para orang tua kita. Ya, siapa yang tidak kenal dengan pasangan ini pada zaman itu. Film ini juga seolah menjadi tonggak film-film drama remaja yang kemudian bingar di layar kaca setelahnya. Database film Indonesia, filmindonesia.or.id, mencatat Gita Cinta dari SMA sebagai film ketiga yang paling banyak ditonton pada tahun 1979 dengan tiket terjual sebanyak 162.050 dengan harga sekitar Rp 150 per tiket saat itu.

Film ini bercerita tentang Galih dan Ratna, dua siswa SMA yang berprestasi dan populer. Mereka saling jatuh cinta, meski hubungan keduanya ditentang oleh ayah Ratna. Ketika sang ayah mengetahui hal ini, ia mencoba menjodohkan Ratna dengan orang lain. Dengan segala macam paksaan, percintaan pun diputuskan. Di akhir cerita, Galih dan Ratna harus berpisah lantaran Ratna melanjutkan kuliah di Yogyakarta.

Ada Apa dengan Cinta

Produksi Miles Production 2002
Sutradara Rudy Soedjarwo

Film ini menceritakan Cinta yang diperankan Dian Sastrowardoyo. Cinta merupakan remaja populer dengan segudang bakat dan prestasi. Sempat benci terhadap Rangga (Nicholas Saputra), Cinta akhirnya jatuh hati. Rangga digambarkan sebagai pemuda dingin dan angkuh yang kutu buku sehingga memahami bait-bait puisi Chairil Anwar. Selain cerita asmara, dikisahkan pula bagaimana persahabatan Cinta dengan tiga kawannya. Ada pula cerita Alya, teman Cinta, yang menjadi korban kekerasan ayahnya.

Kritikus film menyebutnya film remaja yang tidak biasa. Akhir penyelesaian yang tak lazim membuat film ini tidak jatuh seperti sinetron yang cengeng. Film ini menyedot 2,2 juta penonton saat tayang di bioskop. AADC pula yang menjadi pemicu utama Festival Film Indonesia (FFI) kembali digelar setelah vakum sejak 1992.

Mizan Productions/ Miles Films 2008
Sutradara: Riri Riza

Film ini mengisahkan sekelompok anak di Belitung yang berjuang mempertahankan sekolahnya yang hampir tutup lantaran kekurangan murid. Film yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata dengan judul yang sama tersebut menyuguhkan hal penting: semangat dan kesempatan anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan. Sebanyak 12 aktor dan aktris kecil yang tampil di film tersebut pun sengaja diambil dari daerah. Hasilnya menakjubkan. Akting mereka mengalir dan tak dibuat-buat.

Dengan menampilkan anak-anak asli Belitung, aura film keluar dan pesannya sampai ke penonton. Laskar Pelangi saat ini tercatat sebagai film terlaris setelah Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1. Film ini menyedot lebih dari 4,6 juta penonton.

The Raid: Redemption (Serbuan Maut)

PT Merantau Films/ XYZ Films 2012
Sutradara: Gareth Evans

The Raid: Redemption merupakan film Indonesia pertama yang masuk box office Amerika Serikat. Bahkan film yang melambungkan nama Iko Uwais sebagai pemeran utamanya ini sempat bercokol di urutan 11 film yang paling banyak ditonton di bioskop AS. Film ini diputar di 875 bioskop di AS. Pelbagai penghargaan juga disabet The Raid. Di antaranya penghargaan di ajang Midnight Madness Toronto International Film Festival 2011 pada September 2011 dan penghargaan di The Cadilac People’s Choice pada September 2011.

The Raid bercerita tentang sekelompok polisi yang terjebak dalam sebuah gedung yang dikuasai kelompok gangster. Plotnya penuh kelok dan liku. Yang paling kental adalah pertarungan silat mulai dari yang bersenjata hingga tangan kosong. Di titik klimaks film, pertarungan silat panjang disajikan hingga pentonton menahan napas. Film ini telah menghidupkan kembali film laga Indonesia, yang sempat hilang. Berkat The Raid pula pencak silat makin dikenal di dunia.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!