Kencing Manis Bisa Terjadi pada Anak dan Remaja, Kenali Gejalanya!

Diabetes atau yang lebih dikenal sebagai kencing manis ternyata tidak hanya menyerang orang dewasa saja. Anak dan remaja pun berpotensi untuk mengidap kencing manis.

Durasi baca: 4 menit

Kencing-Manis-Bisa-Terjadi-Pada-Anak-Kenali-Gejalanya

Kencing Manis Bisa Terjadi pada Anak dan Remaja, Kenali Gejalanya!

Diabetes atau yang lebih dikenal sebagai kencing manis ternyata tidak hanya menyerang orang dewasa saja. Anak dan remaja pun berpotensi untuk mengidap kencing manis.

Durasi baca: 4 menit

Apa yang biasanya muncul di benak kamu ketika sedang membicarakan penyakit diabetes mellitus atau yang juga dikenal sebagai kencing manis? Bahwa penyakit ini hanya bisa diidap oleh orang-orang lanjut usia? Bahwa anak-anak dan remaja tak mungkin mengidap penyakit ini? Mitos-mitos itu memang hidup di masyarakat. Nyatanya, mitos itu tidak benar.

Randi, misalnya, usianya baru 17 tahun saat ia kaget bukan kepalang mengetahui dirinya tak bisa mengikuti vaksinasi Covid-19 lantaran terhambat oleh hasil pemeriksaan awal yang mendiagnosis dirinya mengidap diabetes mellitus. Padahal, ia tidak merasakan ada gejala yang aneh pada dirinya. Iapun, sama seperti orang pada umumnya, menyangka diabetes hanya bisa diidap oleh orang-orang berusia lanjut, seperti neneknya yang memang selama ini mengidap penyakit tersebut. Tak terbesit sebelumnya bahwa di usianya yang masih terbilang remaja, ia juga mengidap kencing manis.

Gagal vaksin, segera ia menemui kawan akrab almarhum ayahnya yang merupakan mantan dokter senior di sebuah rumah sakit swasta terkemuka di Jakarta.. 

“Padahal, saya nggak suka makan atau minum yang manis-manis lho,” katanya. 

“Sepertinya, ini bisa jadi karena faktor keturunan,” ujar si dokter kepadanya. Randi pulang membawa obat yang sejak saat itu harus ia konsumsi setiap hari.

Kencing Manis pada Anak dan Remaja

Secara umum, penyakit kencing manis, atau diabetes mellitus (DM), adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dalam tubuh yang disebabkan adanya gangguan pada kelenjar pankreas yang menyebabkan tidak optimalnya hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut. Insulin itu sendiri merupakan hormon yang fungsinya mengatur penggunaan glukosa oleh tubuh, seperti otot, lemak, dan sel-sel lain. Rendahnya produksi insulin akan menyebabkan tingginya kadar gula serta gangguan metabolisme.

Kencing manis, atau diabetes mellitus, umumnya terbagi menjadi dua tipe, yakni DM Tipe-1 dan DM Tipe-2.  DM tipe-1 adalah situasi ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sementara DM tipe-2 adalah situasi ketika terdapat gangguan kerja insulin yang juga bisa jadi disertai kerusakan pada sel pankreas. 

Seperti halnya orang dewasa, anak-anak dan remaja memiliki potensi untuk terkena kedua tipe itu, meskipun ada kecenderungan lebih besar bagi anak-anak untuk mengidap DM Tipe-1. Ikatan Dokter Anak Indonesia memaparkan secara umum terjadi peningkatan sebesar 700% jumlah anak yang mengidap DM selama 10 tahun terakhir, dengan 1.213 kasus DM Tipe-1 sepanjang September 2009 – September 2018, disertai dengan 5 kasus DM Tipe-2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam kurun waktu 2014 – 2018.

DM Tipe-2 memang dulu hanya terlihat pada orang dewasa paruh baya, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, ditemukan bahwa orang-orang dengan usia lebih muda kini dapat mengidap tipe kencing manis ini, termasuk anak-anak berusia 10 tahun.

Di Inggris, setiap tahunnya 2.000 anak terkena DM Tipe-1. Artinya, dalam setiap 450 anak, ada 1 di antaranya mengidap penyakit tersebut.   Juga dilaporkan bahwa 25% dari anak-anak yang baru didiagnosis DM Tipe-1 dari segala usia, mengalami sakit parah dengan ketoasidosis diabetik. Kebanyakan, yang terkena dampak adalah mereka yang berusia di bawah 5 tahun.

Ketoasidosis diabetik adalah sebuah situasi khusus yang umumnya terjadi pada pengidap DM Tipe-1, ketika terjadi komplikasi yang ditandai dengan tingginya kadar keton di dalam tubuh. Salah satu tanda khas saat seorang penderita kencing manis mengalami kondisi ini adalah munculnya bau mulut yang beraroma buah. 

Ketoasidosis diabetik itu sendiri merupakan penyebab utama kematian dan morbiditas pada anak dengan DM Tipe-1. Diketahui, terdapat 10 anak setahun meninggal karena ketoasidosis diabetik di Inggris. Sebagian besar kematian ini disebabkan oleh edema serebral, pembengkakan jaringan otak, yang umum ditemukan dalam kasus-kasus ketoasidosis diabetik tersebut.

Bila membaca kembali diagnosis terhadap Randi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa Randi adalah pengidap DM Tipe-1. Merujuk pada perkataan sang dokter senior,  faktor genetik memang menjadi salah satu faktor utama penyebab DM Tipe-1, bersama dengan faktor lingkungan, serta sistem imun, juga kondisi sel pankreas.

Berbeda dengan DM Tipe-1, DM Tipe-2 secara umum, termasuk pada anak dan remaja, dominan disebabkan gaya hidup yang tidak sehat, seperti:

  1. Berat badan berlebih, 
  2. Obesitas atau penumpukan lemak yang menyebabkan tingginya berat badan,
  3. Kurangnya aktivitas fisik atau olahraga, dan
  4. Pola makan tidak sehat/tidak seimbang, yang kemudian berimplikasi pada hipertensi dan dislipidemia yang memperkuat prakondisi diabetes.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan angka kejadian faktor risiko DM Tipe-2 yaitu sebesar 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan 10,8% menderita obesitas.

Bagaimana Mengenali Anak yang Mengidap Kencing Manis?

Umumnya, pengidap kencing manis, baik dewasa maupun anak dan remaja, memiliki ciri-ciri umum. 

Ciri-ciri tersebut sekilas tidak terlihat sebagai ciri-ciri sebuah penyakit, karena beberapa di antaranya hanya perubahan kebiasaan, seperti:

  1. Lebih sering minum. Orang dengan diabetes biasanya akan mengalami kondisi bernama polydipsia, ketika ia akan merasakan haus luar biasa meskipun sudah minum.
  2. Lebih sering buang air kecil. Polydipsia atau rasa haus luar biasa akan disertai dengan polyuria, atau meningkatnya frekuensi buang air kecil.
  3. Buang air kecil saat malam atau nocturnal enuresis. Perubahan waktu kebiasaan buang air kecil juga terjadi, dan kini lebih sering di saat jam seseorang biasanya tidur. 
  4. Lebih sering lapar. Porsi makan dan frekuensi makan pengidap akan lebih banyak dan sering.
  5. Lebih mudah lelah dan cepat mengantuk. Bila biasanya anak susah tidur, namun kini justru menjadi suka tidur, jangan senang dulu. Periksakan ke dokter, bisa jadi anak mengidap diabetes.

Selain ciri-ciri di atas yang relatif tak terlalu kentara karena beririsan dengan kebiasaan sehari-hari, ada juga beberapa ciri lain yang cenderung lebih terlihat dan memungkinkan agar kemungkinan siapa pun, termasuk anak dan remaja terkena kencing manis ini lebih mudah dideteksi, yaitu:

  1. Penurunan berat badan yang signifikan. Biasanya, penurunan berat badan terjadi secara drastis dalam kurun waktu 6 minggu pertama setelah mengidap diabetes.
  2. Bau mulut seperti buah atau aseton. Ciri-ciri ini muncul pada pengidap ketoasidosis diabetes.
  3. Perubahan sifat. Orang yang mengalami kencing manis biasanya memiliki mood yang berubah-ubah dan cenderung menjadi lebih pemarah.
  4. Pernapasan yang menjadi lebih cepat, lebih pendek dan lebih sulit. Dikenal dengan nama pernapasan Kussmaul; pola pernapasan abnormal yang berbeda ini dapat diakibatkan oleh kondisi medis tertentu, seperti ketoasidosis diabetes, yang merupakan komplikasi serius dari diabetes.
  5. Adanya gangguan dalam sistem pencernaan yang mengakibatkan sakit perut, mual-mual hingga muntah. Sekilas, mirip seperti asam lambung. 
  6. Penglihatan tidak jelas.
  7. Otot terasa nyeri atau kaku.
  8. Mengalami linglung. Dalam banyak kasus, bisa menyebabkan penurunan kesadaran hingga pingsan.
  9. Muncul luka yang sulit sembuh. Tingginya kadar gula menyebabkan pengidap diabetes akan memiliki luka yang sulit sembuh saat cedera atau terluka. Selain menghambat proses penyembuhan luka, diabetes juga dapat membuat pengidap rentan terserang infeksi.
  10. Kulit menghitam akibat resistensi insulin, terutama di area ketiak dan leher. 

Ciri-ciri di atas adalah ciri-ciri yang umum terjadi pada pengidap diabetes, baik DM Tipe-1 maupun DM Tipe-2. Beberapa ciri spesifik pada ketoasidosis diabetes. Seorang pengidap diabetes tidak selalu memiliki keseluruhan ciri, bisa saja ia hanya memiliki beberapa di antaranya.

Bagaimana Mencegah Anak dan Remaja dari Serangan Diabetes?

Menurut Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, DM Tipe-1 tidak dapat dicegah dan siapa pun dapat mengalaminya. Berbeda dengan DM Tipe-1, karena DM Tipe-2 diketahui sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat, maka pencegahan sangat mungkin dilakukan. 

Pencegahan diabetes pada anak dan remaja dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni:

  1. Arahkan anak untuk lebih aktif. Ajak atau dorong anak untuk pergi jalan-jalan, bermain bola atau pergi ke taman. Anak-anak membutuhkan setidaknya 60 menit untuk beraktivitas fisik dalam sehari.
  2. Pantau dan jaga berat badan. Jika anak kelebihan berat badan, menurunkan berat badan dapat mengurangi risiko terkena DM Tipe-2. Timbang berat badan anak secara berkala untuk memantau berat badannya. Ini juga dapat berguna untuk menjaga jangan sampai anak mengalami penurunan berat badan yang drastis, yang diketahui sebagai salah satu ciri pengidap diabetes.
  3. Kurangi konsumsi gula. Batasi makanan dan minuman yang manis. Kurangi penggunaan gula dalam memasak makanan sehari-hari. 
  4. Tawarkan camilan sehat. Sebagai ganti camilan yang banyak mengandung gula, tawari anak untuk berganti camilan yang terbuat dari sayuran, buah-buahan dan biji-bijian.
  5. Batasi waktu menonton TV, bermain komputer, tablet, dan telepon genggam. Kurangnya aktivitas fisik anak dipengaruhi banyaknya waktu yang ia habiskan untuk menonton TV atau bermain gadget.
  6. Makan malam bersama keluarga. Hal ini dapat membantu orang tua memantau pola makan anak.
  7. Lakukan pemeriksaan gula darah secara berkala dan temui ahli gizi untuk menemukan pola makan yang pas untuk anak.

Diabetes mellitus, atau kencing manis, adalah masalah kesehatan serius yang tentunya tak boleh kita pandang sebelah mata. Untungnya, kemajuan teknologi dan pengetahuan di bidang kesehatan memungkinkan para pakar di bidangnya berhasil menciptakan obat dan mengidentifikasi apa saja yang harus dilakukan untuk menghindarkan kita dari diabetes. Memastikan seluruh keluarga dan orang-orang terdekat kita untuk menjaga gaya hidup sehat adalah salah satu langkah rasional yang bisa kita ambil. 

Diabetes dapat dikenali sejak dini dan juga dapat dicegah. Namun, kita tentu paham bahwa setiap kita bisa saja sakit sebagaimanapun kita telah berusaha sekuat tenaga untuk sebisa mungkin menjaga kesehatan dan gaya hidup. Oleh sebab itu, AVA Proteksi Optima 117 hadir sebagai solusi perlindungan finansial untukmu dan keluarga dari 117 kondisi penyakit kritis, juga komplikasi diabetes dan penyakit kritis katastropik. AVA Proteksi Optima 117 dirancang khusus untuk memberikan ketenangan dalam menjalani hidup terhadap risiko penyakit kritis sehingga kamu dapat memastikan kamu dan keluarga terlindungi dan selalu mencintai hidup.

Maka dari itu, tunggu apa lagi? Cari tahu tentang AVA Proteksi Optima 117 hanya di laman astralife.co.id dan terus ikuti update seputar kesehatan, finansial, dan kehidupan di Instagram @astralifeid

Urusan Sehat Jadi Mudah. #iGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!