Traveling ke tujuan wisata baru atau ke negara yang belum pernah dikunjungi sebelumnya tentu mengandung risiko. Risiko yang bisa dihadapi traveller misalnya, risiko sakit selama di perjalanan, risiko kehilangan barang berharga, risiko kehilangan bagasi, risiko penerbangan terlambat, dan lain sebagainya. Kadek pun menyadari bahwa setiap aktivitas jalan-jalannya selalu mengandung risiko.
Kadek sendiri sempat beberapa kali mengalami sakit di negeri orang. Seperti ketika solo traveling ke China, Kadek merasa tidak enak badan sampai muntah-muntah. Ia juga sempat mengalami demam dan mual ketika jalan-jalan ke New Zealand. Karena merasa tidak enak badan, Kadek memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Total biaya konsultasi dan obat-obatan yang harus ia tebus ketika sakit di New Zealand mencapai Rp2 juta.
Tak berhenti sampai di situ, Kadek juga sempat mengalami sakit baru-baru ini ketika pelesir ke Jepang. Pengalamannya kali ini cukup menegangkan, karena berlangsung ketika virus corona baru-baru mewabah di dunia, termasuk di Jepang. Karena suhu badan Kadek cukup tinggi, maka tour guide menyarankannya untuk menjalani tes virus corona. Untuk menjalani tes tersebut, Kadek harus keluar biaya sebesar Rp3,5 juta. “Waduh, mahal banget deh kalau sakit di luar negeri. Untungnya aku pakai asuransi perjalanan, jadi semua biaya rumah sakit diganti oleh perusahaan asuransi. Persyaratan klaim asuransinya pun mudah, aku cuma disuruh melampirkan hasil diagnosa dokter dan tiket penerbangan sebagai bukti kalau aku benar-benar melakukan perjalanan ke sana,” tutur Kadek.