WHO melacak sekitar 20 variasi dari varian Delta. Pada akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021, virus corona varian Delta, atau yang dikenal sebagai B.1.617, ditemukan di India, dan memiliki 3 jenis. Salah satunya adalah B.1.617.2 yang dikenal sebagai varian Delta yang merebak di berbagai negara dan menaikkan kasus COVID-19 secara drastis, termasuk di Indonesia. WHO memasukkan varian Delta sebagai Variant Under Concern (VUC). Varian AY 4.2 merupakan salah satu turunan dari varian delta B.1.617.2 ini, dan sering disebut juga sebagai varian ‘Delta Plus’.
Meskipun sudah terdeteksi masuk di negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan sebagian Eropa Barat, varian virus corona AY 4.2 ini belum terklasifikasi sebagai strain dominan COVID-19. Efek penularan dan bahayanya pun masih menjadi subjek penelitian oleh ilmuwan di berbagai macam negara. WHO sendiri masih menelitinya lewat studi epidemiologis dan laboratorium untuk melihat perubahan dalam penularan varian dan penurunan antibodi manusia terhadap virus ini.Â
Untuk sekarang, belum ada pembuktian bahwa varian ini membuat penyakit yang ditimbulkan COVID19 menjadi lebih parah atau membuat vaksin sama sekali menjadi tidak efektif. Dengan demikian, untuk mengetahui perkembangan terakhir varian AY 4.2, kita harus merujuk sumber yang terpercaya agar jangan sampai termakan hoax atau berita palsu.