Siap-Siap Sekolah Tatap Muka, Jangan Lupa 7 Hal Penting Ini

Pembelajaran tatap muka (PTM) mulai berlangsung di sejumlah daerah. Sebagian orang tua dan siswa menyambut penuh semangat keputusan pemerintah ini. Namun, tak sedikit pula yang masih menyimpan berbagai kekhawatiran. 

Siap-Siap-Sekolah-Tatap-Muka-Jangan-Lupa-7-Hal-Ini

Sejak 30 Agustus 2021 lalu, sejumlah sekolah yang berada di wilayah dengan status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1, 2, dan 3 mulai menyelenggarakan pembelajaran tatap muka terbatas. Selanjutnya, pada 13 September mendatang, pemerintah merencanakan PTM di Jakarta berlangsung setiap hari. Pelaksanaan ini dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan protokol kesehatan yang ketat.

Meskipun demikian, sekolah memberikan hak penuh kepada orang tua terkait perizinan anak-anaknya melakukan pembelajaran tatap muka. Pasalnya, tak hanya soal kesehatan secara fisik, tetapi orang tua juga perlu menyiapkan kesiapan mental anak-anak saat kembali ke sekolah.

Alasan Pembelajaran Tatap Muka

Sebelumnya, Mendikbudristek, Nadiem Makarim, telah menyebutkan alasan utama pembelajaran tatap muka harus segera dilakukan, yaitu untuk menjaga dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dikutip dari laman Kemendikbudristek, pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang telah berlangsung hampir 2 tahun ini dikhawatirkan dapat menimbulkan cognitive learning loss dan dampak pemanen pada psikologi anak. 

Selain dua hal tersebut, alasan lainnya yang membuat pembelajaran tatap muka perlu dilakukan adalah karena adanya penurunan capaian belajar, banyak anak putus sekolah, hingga adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Tantangan Sekolah Online

Memang tak dapat dimungkiri, bahwa pembelajaran jarak jauh penuh dengan tantangan. Sedikit banyak mengubah perilaku dan suasana belajar anak. Tak jarang juga ketegangan antara anak dan orang tua saat menjalani learning from home ikut meningkat. Jika hal ini terus berlangsung dalam jangka panjang, bisa berdampak pada menurunnya motivasi belajar dan kondisi psikologis anak secara permanen di masa depan. 

Tantangan ini tak hanya terjadi di Indonesia. Ancaman learning loss, serta kesepian dan kekerasan pada anak akibat kondisi saat ini juga terjadi di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu juga telah menyatakan bahwa pembukaan sekolah kembali dengan aman sebaiknya menjadi prioritas yang mendesak. Hal itu perlu dilakukan untuk melindungi masa depan anak-anak.

Menurut WHO, pembelajaran secara daring memang bisa menjamin penyampaian materi yang berkesinambungan. Namun, ada beberapa hal dari pembelajaran tatap muka yang tak bisa tergantikan.

“Penutupan sekolah yang berkepanjangan memiliki dampak yang signifikan tidak hanya pada pencapaian keterampilan dan prospek penghasilan anak-anak, tetapi juga pada kesehatan fisik dan mental mereka,” papar WHO dalam laman resminya.

7 Persiapan Penting Bagi Orang Tua

Banyak orang tua telah memahami tantangan dari pembelajaran jarak jauh ini. Hanya saja, untuk sepenuhnya mengizinkan anak kembali ke sekolah juga bukan hal yang mudah. Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hal ini? 

Pembekalan anak dengan membiasakan hidup sehat agar fisik terjaga dan tak tertular penyakit tentu menjadi hal utama yang perlu dilakukan. Setidaknya ada 7 hal penting yang perlu kita lakukan untuk menyiapkan anak kembali menjalani pembelajaran tatap muka.

1. Persiapkan Mental Anak di Masa Transisi

Meskipun sebagian anak terlihat bosan dengan pembelajaran jarak jauh, kembali ke sekolah juga merupakan suatu hal yang memerlukan adaptasi kembali. Apalagi untuk anak yang masuk pada jenjang sekolah berbeda. Misalnya dari TK ke SD, SD ke SMP, dan seterusnya.

Sebelum kembali ke sekolah, kita bisa ngobrol-ngobrol santai dengan anak atau mengamati langsung bagaimana perilakunya. Adakah tanda-tanda cemas, khawatir, gelisah? 

Yakinkan anak bahwa merasacemas dan khawatir menghadapi situasi baru adalah hal wajar. Bagisebagian orang, bahkan perlu waktu beradaptasi yang lebih lama di masa transisi.

2. Bersikap Proaktif

Tak semua anak bisa mudah terbuka untuk mengungkapkan perasaannya. Apalagi untuk anak-anak yang sudah remaja. Ada perasaan gengsi atau ketidaknyamanan saat jujur tentang perasaannya kepada orang tua. Oleh karena itu, kita bisa mencoba lebih proaktif dalam mendekatkan diri dengan anak. 

Tunjukkan bahwa kita tetap siap mendampingi mereka melewati masa-masa awal kembali ke sekolah. Membuka ruang diskusi yang nyaman  dapat membantu anak untuk mengungkapkan segala kendala yang mungkin ditemui saat masuk sekolah. Dari mulai sulit mengikuti pelajaran hingga potensi bullying bisa saja terjadi ketika kembali  bersekolah tatap muka.

3. Bangun Kepercayaan Diri Anak

Kembali ke sekolah artinya anak siap atau tidak siap perlu menghadapi suasana pembelajaran tatap muka yang lebih nyata. Tak bisa dimungkiri bahwa interaksi secara virtual dan langsung memiliki perbedaan. Mungkin ada sebagian anak yang memiliki ketakutan untuk dibandingkan dengan teman-teman sekolahnya. Atau justru dia yang membandingkan dirinya sendiri dengan teman-temannya. 

Yakinkan kembali kepada anak bahwa setiap orang memiliki kesulitan dan keunggulannya tersendiri. Semua berjalan pada lajunya masing-masing. Tak perlu takut atau berkecil hati ketika melihat pencapaian teman yang bisa lebih cepat beradaptasi. Ketika anak sudah berupaya secara maksimal, bangunlah kepercayaan diri anak bahwa apa pun hasil yang akan terjadi itu adalah yang terbaik. Temani anak juga untuk melewati segala kendala yang dialaminya. 

4. Penyesuaian Jadwal Kembali

Salah satu hal yang akan berbeda secara signifikan antara pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka adalah terkait jadwal kegiatan. 

Selama home learning, anak-anak mungkin bisa ‘masuk’ kelas mepet waktu. Sebagian bahkan merasa tak perlu mandi dan bersiap dulu. Namun, saat pembelajaran tatap muka, anak perlu menyiapkan segala sesuatunya lebih awal karena menuju sekolah membutuhkan jarak dan waktu. 

Bangun lebih pagi, sarapan lebih pagi, menyiapkan segala perlengkapan sekolah lebih awal. Hal itu dilakukan agar anak tidak terlambat masuk sekolah dan memastikan tak ada perlengkapan sekolah yang tertinggal. Penyesuaian jadwal kembali perlu dilakukan menjelang anak kembali ke sekolah dan di masa awal transisi.

5. Tidur yang Cukup

Agar bisa melakukan segala aktivitas lebih awal di pagi hari, maka tidur yang cukup menjadi kunci penyesuaian jadwal kembali. Mulailah terapkan kembali kebiasaan tidur lebih cepat sebelum anak kembali ke sekolah. Perbanyak aktivitas di pagi dan siang hari, kurangi aktivitas di sore hari agar tubuh juga bersiap untuk istirahat lebih awal di malam hari.

6. Siapkan Juga Mentalmu

Hal yang tak kalah penting untuk disiapkan menjelang anak kembali ke sekolah adalah menyiapkan mentalmu. Adaptasi terhadap suasana baru tak hanya menjadi tantangan bagi anak tetapi juga bagi orang tua. 

Rutinitias kamu bisa ikut berubah karena harus ikut menyiapkan keperluan anak-anak. Mengingatkan kembali anak-anak dengan kegiatan barunya hingga berdamai dengan kecemasan kita melepas anak-anak kembali ke sekolah. 

Di masa seperti ini, tentu faktor kesehatan dan keamanan anak saat melakukan pembelajaran tatap muka menjadi perhatian utama orang tua. Jika kamu telah membekali anak dengan sejumlah perangkat dan kebiasaan sehat, maka cobalah untuk percaya bahwa anak bisa melakukannya dengan baik. 

Saat anak-anak berangkat sekolah, kamu bisa memanfaatkan waktu untuk mengerjakan pekerjaanmu atau sekadar bersantai menikmati waktu. Tak perlu memaksakan diri bahwa segala sesuatu harus berjalan sempurna. Sama seperti anak-anak, orang tua juga memiliki waktu yang berbeda-beda untuk melakukan adaptasi.

7. Jangan Lupakan Prokes

Terakhir, jangan lupa untuk terus mengingatkan anak-anak pentingnya menerapkan protokol kesehatan secara ketat dimanapun dan kapanpun. Apalagi jika berinteraksi dengan teman-teman yang telah lama tak berjumpa. Mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, memakai masker, dan tetap menjaga jarak di dalam atau di luar lingkungan sekolah. 

Untuk anak-anak yang sudah berusia 12 tahun ke atas, ada baiknya juga untuk segera mendapatkan vaksinasi jika ada kesempatan. Sejumlah pihak telah mengungkapkan juga pentingnya tes covid sebelum melakukan pembelajaran tatap muka. Meskipun Kemendikbudristek tidak mewajibkan pelaksanaan tes covid bagi siswa sebagai syarat PTM, tetapi jika kamu memiliki kesempatan dan dana yang cukup, ada baiknya juga untuk melakukan tes covid secara berkala terhadap anak-anak.

Membekali anak dengan kebiasaan hidup sehat, menyiapkan mental anak menghadapi sesuatu yang baru merupakan langkah proteksi maksimal yang bisa kita upayakan agar lebih tenang dalam menjalani kegiatan yang baru.

Agar merasa lebih tenang di masa pandemi, kamu juga bisa melengkapi upaya proteksi dirimu dan keluarga dengan asuransi. Astra Life memiliki berbagai pilihan produk kesehatan yang bisa kamu pilih sesuai dengan kebutuhanmu. Salah satunya adalah AVA iBright Protector. Asuransi jiwa ini memiliki  perlindungan hingga usia 99 tahun, perlindungan cacat total dan tetap hingga 65 tahun, serta memiliki cara pembayaran premi yang fleksibel.

Kamu juga bisa melengkapi AVA iBright Protector dengan asuransi tambahan Medicare Premier. Produk asuransi ini memiliki beragam manfaat mulai dari kenyamanan dengan fasilitas perawatan one bed one bathroom, hingga kemudahan melalui 1 polis 1 Keluarga. Jadi kamu tidak perlu pusing lagi membayarkan beberapa polis asuransi dan seluruh keluarga.

Untuk mengetahui lebih rinci informasi produk dan pilihan lainnya, kunjungi laman astralife.co.id. Kamu juga bisa follow Instagram @AstraLife untuk melihat tips bermanfaat lainnya. Urusan Sehat, No Worries #IGotYourBack.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!