Anak Tidak Fokus Saat Sekolah Online? Coba 8 Tips Ini untuk Mengatasi Burnout

Tanpa interaksi langsung dengan guru dan siswa lain, anak rentan mengalami burnout atau stres kronis akibat sekolah online. Ini delapan tips mengatasinya.

Anak Tidak Fokus Saat Sekolah Online? Coba 8 Tips Ini untuk Mengatasi Burnout

Anak Tidak Fokus Saat Sekolah Online? Coba 8 Tips Ini untuk Mengatasi Burnout

Tanpa interaksi langsung dengan guru dan siswa lain, anak rentan mengalami burnout atau stres kronis akibat sekolah online. Ini delapan tips mengatasinya.

Awal Oktober lalu, sebuah video tentang seorang ibu yang kesulitan mengajarkan anaknya hafalan Pancasila viral di media sosial. Dalam video tersebut, sang ibu tampak tak sabar dalam membimbing anaknya menghafal naskah Pancasila yang merupakan tugas sekolah online. Di sisi lain, sang anak terlihat tidak memiliki motivasi dan ingin buru-buru menyudahi proses belajarnya.

Pada contoh kasus berbeda, orang tua menemukan anaknya tidak mau lagi mengikuti kelas online yang diadakan oleh sekolah. Jika dibujuk untuk kembali ke layar laptop atau smartphone untuk mengikuti kelas online via Zoom, Google Classroom atau video call, anak mulai berulah dan menunjukkan penolakan.

Tanpa interaksi langsung dengan guru dan siswa yang lain, anak rentan mengalami masalah burnout atau stres kronis akibat sekolah online. Ini akan menyebabkan anak merasa bosan dan jenuh sekolah online. Anak yang stres dengan kelas online memilih mengerjakan aktivitas lain seperti bermain video game, menonton film, atau menonton acara televisi.

Cerita di atas hanya sebagian kecil dari sekelumit persoalan burnout yang dihadapi anak saat menjalani sekolah online. Lihat saja, hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di 20 provinsi dan 54 kabupaten dan kota di Indonesia pada 13 April-21 April 2020 menyimpulkan bahwa sekolah online membuat anak-anak stres dan lelah. Orang tua perlu memahami perilaku anak dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi burnout saat menjalani sekolah online.

Kenali penyebab burnout

Anak-anak sangat mudah mengalami burnout karena sekolah memberikan jadwal pelajaran yang terlalu padat dan tugas yang menumpuk. Meskipun menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ), masih banyak sekolah yang mengacu kurikulum baku secara ketat sehingga membebani anak.

Dikutip dari Mashable, Dr. Pam Hurst-Della Pietra, pendiri dan presiden Children and Screens: Institute of Digital Media and Child Development mengartikan burnout sebagai kurangnya motivasi atau energi karena stres atau kelelahan. Hal ini dapat ditandai dengan semangat rendah, kemarahan, mudah tersinggung, kecemasan, kurangnya fokus dan kemampuan memecahkan masalah. Ujung-ujungnya, performa atau prestasi anak di sekolah akan menurun.

Burnout ditandai dengan semangat rendah, kemarahan, mudah tersinggung, kecemasan, kurangnya fokus dan kemampuan memecahkan masalah. Ujung-ujungnya, performa atau prestasi anak di sekolah akan menurun.

Sekolah online memaksa anak untuk terus menerus berhadapan dengan layar komputer, laptop atau smartphone tanpa interaksi langsung dengan guru. Jadwal pelajaran yang padat, tugas dan waktu kelas online yang saling berdekatan menyebabkan kelelahan fisik seperti sakit punggung dan rasa pegal di mata.

Fenomena Zoom fatigue atau kelelahan yang terjadi karena berpartisipasi dalam telekonferensi untuk jangka waktu yang lama bisa terjadi pada anak. Interaksi melalui video call sangat berbeda dengan bertemu langsung sehingga membuat anak cepat merasa lelah.

Secara mental, penyebab burnout pada sekolah online juga diperparah dengan kurangnya interaksi sosial antara anak dengan teman sebaya. Keceriaan di ruang kelas tatap muka tak mudah ditemui dalam kelas online.

Cara mengatasi burnout sekolah online

1. Tanamkan pemahaman tentang pentingnya pendidikan

Anak mungkin belum memahami alasan kenapa harus sekolah. Orang tua harus mampu memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan. Ceritakan hal-hal yang telah berhasil diraih oleh orang tua atau role model yang bisa menjadi panutan terkait kesuksesan dalam pekerjaan atau bisnis yang diraih berkat pendidikan sejak dini.

Dengan memahami pentingnya pendidikan anak akan termotivasi untuk belajar. Berikanlah pengertian pada anak bahwa sekolah online hanya sementara. Kelak ketika pandemi berakhir, sekolah tatap muka akan kembali dibuka dan anak bisa belajar di kelas bersama teman-temannya lagi.

2. Pahami kebutuhan emosional anak dan temukan solusi

Selama masa pembelajaran daring, cobalah untuk memahami perasaan dan bantu anak mengatasi stres. Sampaikan ke anak bahwa orang tua memahami betapa beratnya harus melalui sekolah online, tapi proses pembelajaran ini harus tetap dijalani.

Ajaklah anak bercerita tentang pengalamannya menjalani sekolah online. Tanyakan hal-hal yang disukai dan tidak disukai dari kelas online. Lalu ajak anak mencari solusi terbaik bersama-sama. Tunjukkan bahwa orang tua akan selalu mendukung anak dalam menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi.

3. Ciptakan ruang belajar yang menarik

Agar anak fokus dan antusias, orang tua bisa menciptakan ruang belajar yang menarik. Tambahkan dekorasi pada ruang belajar yang dapat membantu anak mengatasi kebosanan saat belajar online.

Orang tua bisa meletakkan foto-foto favorit anak, karya seni, atau tempelan kalimat motivasi di ruang belajar anak. Sebaliknya, mainan anak harus dijauhkan dari ruang belajar.

Jika memiliki lebih dari satu anak, orang tua juga bisa menyatukan ruang belajar supaya anak-anak saling termotivasi untuk belajar. Tapi jika penggabungan ruangan belajar malah membuat anak-anak sulit fokus, maka sebaiknya pisahkan ruang belajar mereka.

4. Atasi masalah teknis

Burnout saat sekolah online bisa disebabkan oleh platform sekolah online yang tidak mudah dioperasikan. Apalagi jika ada banyak platform yang harus digunakan di mana anak harus mendaftar terlebih dahulu, login dengan password dan memanfaatkan fitur yang berbeda-beda.

Untuk mengatasinya, mintalah anak untuk berlatih menggunakan platform sebelum kelas online dimulai. Orang tua bisa membimbing anak untuk menggunakan platform tersebut. Jika ada kendala teknis, konsultasikan dengan guru atau staf IT sekolah.

5. Bentuk kelompok belajar

Untuk mengatasi kurangnya interaksi sosial selama menjalani sekolah online, orang tua bisa membentuk atau memasukkan anak ke kelompok belajar yang beranggotakan beberapa anak sebaya. Dalam kelompok belajar ini, anak-anak dapat bertemu secara langsung untuk belajar bersama.

Berkumpul bersama dengan teman-teman sebaya bisa memotivasi dan membangkitkan lagi semangat anak untuk belajar serta mengatasi kejenuhan sekolah online. Agar lebih terarah, orang tua bisa menyewa tutor atau guru untuk membimbing anak-anak dalam kelompok belajar tersebut.

6. Berikan reward

Untuk menambah motivasi anak, tak ada salahnya juga menyiapkan hadiah atau reward atas keberhasilan anak dalam belajar. Keberhasilan ini tidak melulu memperoleh nilai tertentu, tetapi juga bisa disiplin mengikuti sekolah online, aktif dalam proses belajar, serta mengerjakan tugas tepat waktu. Hadiahnya pun tak perlu harus barang yang mahal. Kamu bisa memberikan hal yang disukai anak, seperti misalnya masak makanan kesukaan anak, menambah jatah nonton Youtube, menambah jam bermain, dan sebagainya.

7. Road trip dengan anak

Mengajak anak berlibur bisa membantu mengatasi kepenatan selama menjalani sekolah online. Tak harus liburan mewah ke tempat-tempat yang jauh, kamu bisa merancang perjalanan liburan dengan mengunakan mobil atau road trip di akhir pekan.

Dengan road trip, perjalanan darat menjadi lebih menyenangkan karena anak bisa melihat-lihat pemandangan sepanjang perjalanan. Kamu juga bisa berhenti di tempat-tempat yang tak ada dalam itinerary, mengeksplorasi tempat wisata yang belum pernah dikunjungi dan menikmati makanan khas daerah di perjalanan.

Pilihlah tempat wisata yang luas dan terbuka sehingga memungkinkan untuk menjaga jarak dengan pengunjung lain. Tidak disarankan untuk pergi ke obyek wisata indoor dan ramai pengunjung. Selama road trip, usahakan untuk selalu menerapkan 3M yakni menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Usai road trip, anak diharapkan bisa menemukan kembali semangatnya untuk sekolah online.

8. Konsultasi dengan guru

Jika anak mengalami depresi, cemas atau emosional karena burnout sekolah online, orang tua harus mengkonsultasikannya dengan guru bimbingan konseling di sekolah. Jika memang diperlukan, orang tua juga bisa berkonsultasi dengan psikolog profesional.

Orang tua bisa menanyakan tentang cara mengurangi kesulitan saat belajar online. Ceritakan hasil observasi yang dilakukan pada anak selama menjalani sekolah online agar guru bisa memahami apa yang seharusnya dilakukan. Para orang tua siswa juga perlu berkomunikasi agar bisa saling mendukung dan mencari solusi bersama.

Anak memiliki masa depan yang panjang. Jangan sampai burnout akibat sekolah online menganggu perkembangannya. Dengan delapan tips mengatasi burnout pada anak saat sekolah online di atas diharapkan bisa membangkitkan lagi semangat anak untuk menjalani proses belajarnya.

Jangan lupa, untuk menjamin masa depan anak, orang tua perlu menyiapkan asuransi pendidikan. Kamu bisa mempertimbangkan AVA iBright Protector untuk mendukung masa depan anak yang cerah. Ini merupakan sebuah produk asuransi jiwa dari Astra Life yang dikaitkan dengan investasi lewat pembayaran premi secara berkala. Dengan asuransi ini, anak akan mendapatkan perlindungan asuransi jiwa, manfaat terminal illness, serta manfaat cacat total dan tetap. Pastikan masa depan anak terjamin dan selalu terlindungi. #iGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!