Stop Rantai Sandwich Generation Mulai dari Pola Asuh Anak

Pernahkah kamu terpikir, apa sebenarnya penyebab seseorang bisa menjadi sandwich generation? Faktanya, salah satu faktor penyebab rantai sandwich generation tidak kunjung terputus adalah pola asuh anak dari orang tua yang tidak tepat.

Durasi baca: 3 menit

Stop-Rantai-Sandwich-Generation-Mulai-dari-Pola-Asuh-Anak

Stop Rantai Sandwich Generation Mulai dari Pola Asuh Anak

Pernahkah kamu terpikir, apa sebenarnya penyebab seseorang bisa menjadi sandwich generation? Faktanya, salah satu faktor penyebab rantai sandwich generation tidak kunjung terputus adalah pola asuh anak dari orang tua yang tidak tepat.

Durasi baca: 3 menit

Kalimat “banyak anak, banyak rezeki” sering kali dilontarkan, terutama oleh generasi orang tua kita. Peribahasa ini ternyata mengandung makna tersirat bahwa setiap anak yang telah dibesarkan, diharapkan kelak akan membalas budi dengan menjaga dan merawat kembali orang tua mereka. 

Hal ini mengakibatkan generasi boomers, yang sekarang memasuki usia pensiun, sangat bergantung kepada anak-anak mereka yang telah dewasa untuk menghidupi mereka di hari tua. Hal ini pasti menjadi dilema bagi anak, karena mereka harus menanggung biaya hidup orang tua di hari senja dengan kondisi keuangan yang belum mapan.

Nah, bagaimana caranya memutus rantai sandwich generation yang tidak berkesudahan ini? Yuk, kita bahas dari sisi parenting atau pola asuh anak dan lihat apa yang harus kita perbaiki dari pemahaman yang sudah telanjur mengakar ini.

Kekeliruan Orang Tua yang Membuat Anak Terjebak dalam Rantai Generasi Sandwich

Kita tahu bahwa generasi lama masih mengharapkan anak cucu untuk menanggung biaya hidup mereka setelah pensiun. Hal ini dibuktikan dari survei yang dilakukan oleh Astra Life dan Kata Data Insight Center (KIC) kepada 1.828 responden di bulan September 2021.

Secara umum, responden menanggung biaya hidup orang tua atas landasan dasar rasa bersyukur dan peduli atas jasa orang tua yang sudah mendidik dan membesarkan mereka. Sementara itu, ada juga alasan lain seperti karena orang tua tidak memiliki penghasilan lagi dan juga ada alasan kesehatan orang tua.

73,3% dari responden menanggung biaya orang tua sendiri, sementara yang lainnya menanggung biaya hidup orang tua dengan bantuan dari pasangan, saudara kandung, atau anggota keluarga lainnya.

Mengapa generasi boomers sangat bergantung kepada anak cucu mereka? Karena dana pensiun tidak dapat dimiliki oleh semua orang. Beberapa orang diberikan dana pensiun sebagai sumbangsih atas hasil pengabdian di tempat kerja saat masih produktif. Namun, sebagian lagi terpaksa mengandalkan anak dan cucu untuk menghidupi mereka setelah bekerja. 

Hal ini juga menjadi faktor kenapa sandwich generation sangat mengakar di kehidupan masyarakat. Sebesar 50.8% responden mengakui hal ini, dan 32.2% lainnya mengakui bahwa mereka satu-satunya yang bisa merawat dan menanggung orang tua.

Ketidaksiapan ini lahir dari sikap yang menyepelekan pengelolaan finansial untuk menghadapi usia tua. Ditambah juga dengan kurangnya pengetahuan tentang membuat rancangan finansial yang bisa dikerjakan sehabis pensiun.

Apabila kamu mulai merasakan kekhawatiran berlebih karena kondisi ini, tidak ada salahnya untuk menerapkan perilaku mindful ke dalam keseharian dan hubungan kamu dengan keluarga, sehingga kita punya kemampuan untuk memutus rantai sandwich generation. Perilaku mindful ini adalah sebuah sikap yang dilandasi penerimaan dan kesadaran penuh atas emosi dan perasaan secara terbuka, yang dapat menghindarkan kamu dari stres berlebih.

Dimulai Dari Kamu, Ubah Pola Asuh Anak Agar Stop Ulangi Kelalaian yang Sama

Setelah kita membaca penyebab terciptanya rantai generasi sandwich, pasti kamu menghindari untuk membuat kesalahan yang sama. Mulai dari sekarang, kamu bisa mengajak anak untuk berkomunikasi secara terbuka tanpa harus membawa ekspektasi dari orang tua yang sudah usang.

Sadari bahwa kebanyakan dari kita masih sangat terbiasa dengan pola asuh anak yang dimiliki oleh orang tua kita, dan secara tidak sadar kita menurunkan pola asuh ini kepada anak kita.  Nah, di sini kita bisa menerapkan pola asuh anak yang lebih mindful, atau yang dikenal dengan mindful parenting, yang memungkinkan bagi kita untuk lebih mengedepankan keterbukaan.

1. Cita-cita kita, bukan cita-cita anak

Ketahuilah, bahwa anak-anak kita memiliki aspirasi dan motivasi yang berbeda dengan kita. Kita tidak harus memaksakan kehendak kita terhadap anak-anak, apalagi di usia belia.

Alih-alih menjadi orang tua yang menekan anak dengan menentukan masa depan mereka, bebaskanlah mereka untuk memiliki masa depan yang ingin mereka miliki. Kita hanya perlu memberikan dukungan moral dan kepercayaan diri agar mereka bisa mencapai mimpi mereka tersebut dengan sukses.

2. Stop mindset balas budi

Ilmuwan, guru spiritual, sekaligus penemu dari The Sedona Method, Lester Levenson, menemukan bahwa manusia memiliki 4 keinginan dasar. Salah satunya adalah keinginan untuk mendapatkan persetujuan atau juga cinta dan kasih. Hal ini menyebabkan secara alami, manusia memiliki keinginan untuk berbalas budi atau berbuat baik untuk mendapatkan imbalan. Pola pikir ini sangat melekat semenjak manusia lahir.

Banyak dari orang tua berharap anak harus berbakti sebagai balasan jerih payah dalam membesarkan mereka. Ini adalah bentuk kita, sebagai orang tua, mengharapkan persetujuan atau cinta dari anak. Tidak ada yang salah dengan saling memberi cinta, tapi mengharap balas adalah sesuatu yang akan menjadi bumerang bagi kita. 

Ingat, sudah seharusnya kita memberikan cinta kepada anak kita tanpa balas. Apabila kita menunjukkan sifat ikhlas dari dalam diri, hal ini akan dilihat oleh anak dan akan menginspirasi jiwa berbagi dan kebaikan di dalam diri mereka.

3. Berhenti bebankan anak dengan ekspektasi tinggi

Bersikap keras dalam mendisiplinkan anak, mungkin adalah hal yang biasa dilakukan orang tua kita.

Memang terkadang kita perlu bersikap tegas kepada anak, agar anak bisa menuntaskan tugas dan kewajiban secara mandiri. Namun, mendengarkan anak tidak kalah pentingnya dengan mendidik mereka.

Cobalah untuk mengerti mengapa anak merasa sedih, marah, dan ketakutan. Belajar lebih peka terhadap emosi anak adalah sesuatu yang sehat. Seperti yang dijelaskan oleh Philippa Perry di dalam bukunya The Book You Wish Your Parents Had Read, “Jika Anda memperlakukan kesedihan, kemarahan, dan ketakutan anak Anda bukan sebagai hal negatif untuk dikoreksi, tetapi sebagai kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang mereka dan untuk terhubung dengan mereka, maka Anda akan memperdalam ikatan Anda dengan mereka.”

4. Anak bukan investasi masa depan orang tua

Perlu diingat bahwa masa pensiun kita kelak merupakan tanggung jawab kita sendiri. Makanya perlu untuk merancang keuangan di masa pensiun sedari dini.

Selagi kamu masih punya pemasukan yang tetap di setiap bulannya, ini adalah saat yang tepat untuk mengelola keuangan yang lebih bijak. Orang tua yang cerdas dalam mengelola keuangan juga akan menginspirasi anak untuk bisa lebih baik dalam pengelolaan keuangan dan mau menyiapkan dana pensiunnya kelak. Salah satu caranya adalah dengan melindungi diri dengan asuransi kesehatan dan jiwa yang tepat. Sehingga, di masa pensiun nanti, kita tak perlu membebani anak dan cucu untuk menanggung biaya kesehatan, sekaligus dapat memberikan warisan jika kelak kita tutup usia. Untuk menjawab kebutuhan ini, kamu tidak perlu repot memiliki 2 polis sekaligus, sebab Astra Life memiliki produk Flexi Health yang sudah mencakup perlindungan jiwa dan santunan rawat inap yang besarannya sesuai dengan kebutuhanmu. Semuanya bisa dilakukan secara online, tanpa perlu melakukan cek medis terlebih dulu.

Nah, jika setelah membaca ulasan di atas dan kamu merasa sudah telanjur menjadi bagian dari sandwich generation, kamu tak perlu berkecil hati. Masih ada kesempatan untukmu bisa menjadi #BetterSandwichGen dengan memiliki perencanaan keuangan yang kuat dan mindset yang tepat, sehingga tidak meneruskan rantai sandwich generation kepada anak-anakmu!

Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah cari tahu kamu tipe sandwich generation seperti apa dengan generator di sini. Lalu, kamu bisa menyusun rancangan finansial berdasarkan tipe sandwich generation-mu dengan mudah dan tepat.

Jangan lupa untuk baca banyak lagi tip dan trik bermanfaat untuk kamu dengan follow Instagram @astralifeid. Urusan Sehat, No Worries. #IGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!