Yayasan Kakak, Nyalakan Harapan untuk Anak-anak Korban Kekerasan Seksual

Yayasan Kakak melindungi anak dari dampak industrialisasi. Hal ini didasari kenyataan pengaruh industrialisasi terhadap perilaku konsumtif anak.

Kasus Yuyun di Bengkulu adalah fenomena gunung es kejahatan seksual terhadap anak yang menyedot empati sekaligus memantik kemarahan publik.

Adalah Kartika Jahja yang pertama kali menyebarkan berita mengenyakkan tersebut lewat tagar #NyalauntukYuyun. Sontak, dukungan empati dan rasa kemanusiaan untuk Yuyun mengalir dari sejumlah aktivis, lembaga dan organisasi peduli perempuan dan anak di Indonesia.

Media massa pun ramai-ramai mengekspos kasus tersebut. Bahkan tak lama setelah itu, media juga menyorot beberapa kasus serupa. Merujuk pada data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2015, disebutkan ada sekitar 5.000 kasus kekerasan, termasuk kekerasan seksual anak pada 2014. Diperkirakan, angka kejadian yang sebenarnya justru jauh lebih tinggi. Kita pun baru tersadar, bahwa Indonesia dalam keadaan darurat kekerasan seksual! Mirisnya, anak bukan hanya sebagai korban perkosaan, tetapi juga pelaku.

Kementrian Perempuan dan Anak, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), dan sejumlah aktivis anak meradang. Sementara, UU Anti Kekerasan Seksual sebagai payung hukum melawan kejahatan seksual yang digagas pemerintah belum dibahas di Senayan.

Rabu, 25 Mei 2016, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No 1/2016 tentang Perlindungan Anak, yang salah satunya mengatur hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual. Menurut presiden, perpu ini untuk mengatasi kegentingan akibat kekerasan seksual yang ia sebut sebagai kejahatan luar biasa.

Namun di tengah kasus-kasus pemerkosaan yang menyeruak belakangan ini, kita pun seperti diajak berpikir. Apakah keberadaan perundang-undangan yang menghukum pelaku sekeras-kerasnya cukup ampuh membuat jera dan mencegah upaya serupa? Bagaimana dengan korban kekerasan seksual? Adakah upaya untuk membuat mereka terlepas dari trauma?

Membantu korban kekerasan seksual

Dalam upaya membantu korban kekerasan seksual inilah Yayasan Kakak memiliki andil. Yayasan Kakak memiliki misi melindungi anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual anak. Kegiatannya meliputi pencegahan kasus, penanganan hukum, serta perlindungan anak-anak korban yang kebanyakan di wilayah Jawa, terutama di Solo, Sukoharjo, Boyolali, Wonogiri, Sragen, Klaten, dan Karanganyar.

Dalam pencegahan, Kakak berkonsentrasi pada pendidikan dan advokasi anak di area dekat lokalisasi, wilayah kumuh, dan lokasi-lokasi berisiko tinggi terhadap kekerasan seksual anak. Selain itu, Kakak juga bekerja di sekolah-sekolah dan komunitas anak di sejumlah kelurahan di Solo tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak serta melatih mereka menjadi konsumen cerdas.

Sedangkan dalam kasus hukum kejahatan seksual pada anak, Kakak membantu dan mendampingi korban dalam proses penyelidikan hingga putusan pengadilan. Bahkan, mereka juga memberikan bimbingan psikologi bagi korban yang mengalamin trauma.

Yayasan Kakak juga memiliki perhatian pada anak-anak di wilayah bencana yang rentan pelecehan seksual, seperti terlibat dalam penanganan korban anak saat tsunami di Aceh dan gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

“Beberapa yang mengalami pelecehan seksual, pelakunya relawan bencana,” kata Shoim Sahriyati, direktur Yayasan Kakak yang terlibat dalam organisasi itu sejak 2002.

Yayasan Kakak didirikan pada 1997 di Solo oleh sejumlah pemerhati anak dan perlindungan konsumen, di antaranya Nafsiah Mboi, Agus Pambagio, dan Emmy L Smith. Membawa misi untuk melindungi anak, baru pada tahun 2002 Yayasan Kakak mengembangkan aktivitasnya untuk menjangkau korban eksploitasi dan kekerasan seksual.

Pada mulanya, Yayasan Kakak berkonsentrasi untuk melindungi anak dari dampak industrialisasi. Hal ini didasari kenyataan pengaruh industrialisasi terhadap meningkatkan perilaku konsumtif anak, sementara banyak produk yang tak memperhatikan kesehatan, keamanan, dan keselamatan anak.

Anak menjadi konsumen paling rentan karena belum bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan sehingga selalu menjadi sasaran empuk bagi para pelaku industri, mulai dari makanan, pakaian, mainan, hingga gaya hidup.

Sejak tahun 2000, Kakak menemukan fakta bahwa perilaku konsumtif anak ini berkorelasi kuat dengan persoalan eksploitasi seksual anak. Anak-anak yang konsumtif cenderung ingin punya pakaian yang modis dan bermerek, punya smartphone keren, atau ingin makan di gerai siap saji dan resto ternama.

Kakak saat ini didukung oleh 6 orang konselor yang mumpuni dan punya jam terbang dalam advokasi perlindungan anak, serta 10 orang relawan. Semua layanan Kakak untuk korban diberikan secara cuma-cuma.

Untuk membiayai kegiatannya yang gratis bagi korban dan anak-anak rentan, Kakak menggalang dana dari sponsor kegiatan, donatur, dan program kerja sama dengan CSR perusahaan, kementerian, maupun lembaga internasional seperti Save the Children dan UNICEF. Kakak juga menghimpun dana lewat training center yayasan yang disediakan untuk umum, seperti layanan pendidikan seks dini dan kesehatan reproduksi.

Rehabilitasi korban

“Mereka bikin naskahnya sendiri, shoot gambar sendiri, dan pemerannya mereka sendiri, pemeran asli. Tetapi wajahnya ditutup demi melindungi korban,” kata Shoim.

Salah satu proses paling penting yang dilakukan Kakak adalah pemulihan korban eksploitasi seksual dan prostitusi anak untuk mencegah agar mereka tidak kembali menjadi korban.

Bagi anak remaja beranjak dewasa, mereka diberi keterampilan kerja. Kakak bekerja sama dengan beberapa perusahaan dan UKM untuk menyalurkan para korban. Sementara anak-anak yang masih belia disibukkan dengan kegiatan seni, di antaranya lewat teater, film, dan pentas boneka tangan.

Anak-anak membuat boneka tangan, lalu mementaskannya di acara anak-anak. Ceritanya tak jauh dari soal pelindungan hak-hak anak. Korban juga difasilitasi membuat film dan bermain teater keliling.

Sejumlah film dokumenter sudah diproduksi oleh korban, di antaranya berjudul “Jam ke Nol” yang bercerita tentang jam sebelum sekolah yang banyak digunakan anak-anak untuk saling bertukar konten pornografi dalam ponselnya, “Air Kata-kata” tentang anak yang kecanduan minuman keras, dan “Sekar” tentang anak perempuan korban perdagangan seksual.

“Mereka bikin naskahnya sendiri, shoot gambar sendiri, dan pemerannya mereka sendiri, pemeran asli. Tetapi wajahnya ditutup demi melindungi korban,” kata Shoim.

Empat anak yang aktif di teater pernah terlibat dalam film Ratna Sarumpaet, “Jamilah dan Sang Presiden”. Sedangkan beberapa film mereka pernah berpartisipasi dalam sejumlah festival film pendek lokal dan nasional meskipun tidak memenangi penghargaan.

Kakak juga mengajak sejumlah anak-anak korban kekerasan seksual yang kini sudah bekerja, untuk membantu rehabilitasi korban baru. Mereka biasanya punya empati yang besar dan ingin membagi pengalamannya menjauhi eksploitasi seksual dan prostitusi anak.

Trafficking dan prostitusi anak

Kasus perdagangan anak modusnya selalu sama, yaitu menyasar anak-anak berusia 14-17 tahun yang dijanjikan pekerjaan di luar daerah, seperti kota-kota besar.

Kakak juga menangani kasus perdagangan anak (trafficking), yang umumnya terkait dengan eksploitasi seksual anak. Dalam kebanyakan kasus, korban perdagangan anak lintas kota atau provinsi dipekerjakan dalam bisnis prostitusi anak.

Misalnya, dalam kasus yang diungkap kepolisian, medio Mei lalu, Kakak mendampingi 19 anak asal Solo dan sekitarnya yang menjadi korban dan dipekerjakan di tempat karaoke dan prostitusi di Kalimantan Timur. Mereka mendampingi kasus hukum yang sekarang sedang ditangani Polda Jawa Tengah, dan juga merehabilitasi korban. Dalam peradilan, Kakak selalu mendorong tuntutan hukuman maksimal bagi pelaku kejahatan seksual.

Kasus perdagangan anak modusnya selalu sama, yaitu menyasar anak-anak berusia 14-17 tahun yang dijanjikan pekerjaan di luar daerah, seperti kota-kota besar. Namun, kenyataannya mereka dipekerjakan sebagai anak-anak penghibur di bisnis dunia malam dan prostitusi.

Selain itu yang menjadi perhatian Kakak pada saat ini adalah pencegahan prostitusi anak online lewat pendidikan internet sehat. Yayasan itu menemukan banyak kasus anak terlibat dalam prostitusi lewat media sosial dan aplikasi chat pada ponsel pintar.

“Anak-anak punya rasa ingin tahu besar, ingin coba-coba, dan mudah dipengaruhi. Banyak kasus anak-anak menjadi korban prostitusi online. Mereka berkenalan dengan orang asing, chatting, terus diajak bertemu,” kata Shoim.

“Sementara orang tua kebanyakan tidak mengawasi apa yang dilakukan anaknya dengan ponsel dan internet.”

Sebuah riset yang dilakukan Kakak menemukan fakta bahwa 80 persen dari 500 anak perempuan mengaku memiliki masalah dengan keluarga, terutama orang tua. Alasannya beragam, dari mulai pernah mengalami kekerasan sampai tidak pernah diperhatikan.

Mereka juga menjawab sosok yang paling dekat dan paling mengerti adalah pacar atau “teman dekat”. Bagi anak remaja usia belasan, pacar muncul sebagai “pahlawan” saat hubungan anak dengan keluarganya tidak harmonis. Dan penelitian berikutnya dari banyak kasus kekerasan seks dan perkosaan yang ditangani Kakak, mayoritas pelakunya adalah pacar dan orang dekat korban.

Anak, aset kehidupan

Kerja sosial dan pengabdian Kakak terhadap perlindungan anak, mendapat berbagai apresiasi. Bagi Kakak, anak-anak adalah aset kehidupan yang paling penting dan harus diselamatkan dari segala bentuk kekerasan yang dapat memengaruhi masa depannya.

Apalagi saat ini tren pelaku dan korban kekersan seksual semakin belia. Jika tidak ditolong, anak yang terpapar pornografi, minuman keras, dan menjadi korban kekerasan seksual akan tumbuh menjadi generasi yang ringkih dan gampang terlibat dalam perkara kriminal.

“Mimpi kami adalah mendorong semua sekolah menerapkan zero tolerance kekerasan seksual,” kata Shoim.

Bagi Kakak, mencegah dan menangani kasus kekerasan seksual anak berarti ikut menyelamatkan masa depan mereka. Melindungi anak dari kejahatan seksual juga wujud mencintai kehidupan.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!