Apakah Rokok Membuat Risiko Penularan COVID-19 Semakin Tinggi?

Rokok membuat risiko penularan COVID-19 semakin tinggi. Perokok usia 18-25 tahun cenderung lebih parah kondisinya ketika positif COVID-19.

Apakah Rokok Membuat Risiko Penularan COVID-19 Semakin Tinggi?

Di tengah pandemi seperti sekarang ini, rokok ternyata membuat risiko penularan COVID-19 semakin tinggi. Di antara penelitian-penelitian terbaru yang dievaluasi WHO, salah satunya adalah penelitian tentang kaitan antara penggunaan tembakau, penggunaan nikotin, dan risiko penularan COVID-19. Studi bertajuk Medical Vulnerability of Young Adults to Severe COVID-19 Illness—Data From the National Health Interview Survey yang dipublikasikan Journal of Adolescent Health pada 13 Juli 2020 menemukan bahwa para perokok muda dalam rentang usia 18 tahun hingga 25 tahun, cenderung lebih parah kondisinya ketika positif COVID-19. Dari survei terhadap sekitar 8.500 orang, studi itu juga menemukan tingkat kerentanan pada kelompok perokok mencapai 32%, sedangkan pada kelompok nonperokok hanya 16%.

Transmisi via Asap Rokok

Merokok bisa menjadi petaka di era COVID-19 karena beragam faktor. Pertama, karena gerakan tubuh saat merokok. Para perokok umumnya menempelkan tangan atau jari ke bibir. Jika lalai mencuci tangan sebelum merokok, hal ini tentunya dapat meningkatkan risiko perpindahan virus dari tangan ke mulut.

Kedua, asap rokok juga bisa menjadi medium penularan setelah WHO menemukan bahwa virus Sars-CoV-2 bisa menyebar via partikel kecil yang melayang di udara atau airborne. Droplet dari para perokok yang berisi virus bisa “menumpang” asap rokok dan terhisap oleh para perokok pasif. Tidak hanya itu, residu dari asap rokok juga bisa menempel pada permukaan perabotan atau pakaian. Tergantung jenis permukaannya, virus COVID-19 bisa bertahan hidup hingga berjam-jam.

Bahaya yang paling utama dari kebiasaan merokok pada era pandemi ialah potensi lebih besar menderita penyakit-penyakit komorbid.

Risiko Penularan COVID-19 dan Penyakit-penyakit Komorbid karena Merokok

Bahaya yang paling utama dari kebiasaan merokok pada era pandemi ialah potensi lebih besar menderita penyakit-penyakit komorbid. Penyakit komorbid yang biasanya disebut penyakit penyerta saat seseorang terkena COVID-19, juga menjadi faktor yang dapat memperparah penyakit yang hingga kini belum ada vaksinnya tersebut.

Orang-orang yang memiliki penyakit komorbid seperti jantung, hipertensi, dan diabetes diketahui berpotensi lebih besar untuk risiko penularan COVID-19. Dari laporan penelitian “Presenting Characteristics, Comorbidities, and Outcomes Among 5700 Patients Hospitalized With COVID-19 in the New York City Area” yang diterbitkan pada 22 April 2020, diketahui bahwa 2.634 pasien (46,2%) dari total 5.700 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit di New York menderita komobid hipertensi, obesitas, dan diabetes. Dari pasien COVID-19 yang menderita komorbid itu, 14,2% di rawat di ICU dan 12,2% dirawat menggunakan ventilator kesulitan bernapas. Sedangkan 21% lainnya meninggal selama dan setelah perawatan.

Dengan berbagai ancaman yang menyertainya, merokok sebaiknya kamu tinggalkan secepatnya. Apalagi di kondisi pandemik yang seharusnya membuat pertimbanganmu semakin bulat untuk berhenti. Kamu bisa mulai mencari metode-metode yang paling tepat untuk membantumu berhenti merokok. Karena ini bisa mengerem risiko penularan COVID-19.

Di sisi lain, merokok selama ini telah terbukti dapat meningkatkan kemunculan penyakit komorbid. Sehingga, meski tidak secara langsung meyebabkan risiko penularan COVID-19, merokok tetap memperbesar potensi terkena penyakit virus corona ini melalui kemunculan komorbid. Penyakit-penyakit komorbid memang bukan hal baru. Selama ini kita lebih mengenalnya sebagai penyakit kritis.

Hingga kini, penyakit-penyakit ini biasanya sudah terlindungi dalam jenis asuransi kritis. Di Astra Life, ada sejumlah pilihan proteksi yang bisa kamu pilih. Ada Flexi Critical Illnessasuransi penyakit kritis yang dirancang sesuai kebutuhanmu dan bisa kamu #AturSendiri uang pertanggungan (UP) hingga Rp2 miliar.

Lalu, kamu juga bisa melindungi diri dengan AVA iBright Protector, yakni asuransi jiwa unit link dengan perlindungan tambahan terhadap 117 kondisi penyakit kritis dari tahap awal, menengah dan lanjut termasuk manfaat tambahan penyakit kritis katastropik dan diabetes. Poin plusnya lagi, produk ini tidak mensyaratkan masa tunggu terhadap COVID-19.

Risiko Penularan COVID-19 dan Penyakit-penyakit Komorbid karena Merokok

Dengan berbagai ancaman yang menyertainya, merokok sebaiknya kamu tinggalkan secepatnya. Apalagi di kondisi pandemik yang seharusnya membuat pertimbanganmu semakin bulat untuk berhenti. Kamu bisa mulai mencari metode-metode yang paling tepat untuk membantumu berhenti merokok. Karena ini bisa mengerem risiko penularan COVID-19.

Nictone replacement therapy atau NRT bisa kamu pelajari melalui jurnal-jurnal online. Terapi pengganti nikotin yang paling sederhana seperti permen karet dan nicotine patch dirancang untuk membantu para perokok berhenti merokok. Di luar negeri, nicotine patch lebih mudah ditemukan. Jika kamu kesulitan menemukan, bisa mencoba pilihan lain seperti permen karet atau camilan sehat yang minim gula.

Selain itu, WHO menganjurkan agar para perokok menggunakan metode-metode yang sudah terbukti seperti layanan telepon berhenti merokok bebas pulsa, program SMS, dan terapi pengganti nikotin. Di Indonesia, ada layanan konseling bebas biaya bernama Quit Line 0-800-177-6565 yang diresmikan Kementerian Kesehatan sejak 2016.

Jadi sudah siap mencoba hidup lebih sehat dan aman dari risiko penularan COVID-19 dengan bebas rokok? Yuk, mulai dari sekarang.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!