Yuni masih ingat kegalauan yang ia rasakan setelah melahirkan anak pertamanya sepuluh tahun lalu. Saat itu ia baru beberapa bulan bekerja di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Ia sangat menyukai kantor barunya dan merasa dapat mengembangkan dirinya di perusahaan tersebut. Tetapi, beberapa minggu setelah anak pertamaya lahir, ia menjadi galau. Timbul perasaan tak tega meninggalkan bayi mungilnya di rumah setiap hari, sementara ia meniti karier di luar rumah. Apalagi lokasi rumah dan kantornya sangat jauh, sehingga setiap hari ia harus berangkat pagi-pagi sekali agar dapat tiba di kantor sebelum pukul delapan, dan baru kembali ke rumah malam hari.
Setelah berdiskusi dengan suaminya, Yuni akhirnya memutuskan untuk tetap bekerja. Suaminya mendukung Yuni untuk tetap bekerja kantoran karena ia memahami Yuni adalah pribadi yang senang mengembangkan diri dan mempunyai cita-cita untuk menjadi wanita karier sukses. Berdua, mereka berusaha menciptakan support system yang baik di rumah, seperti mempekerjakan asisten rumah tangga dan pengasuh untuk membantu mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dan menjaga anak-anak selama mereka bekerja di kantor.
Menurut Yuni, setiap ibu bekerja pasti pernah merasakan dilema antara terus meniti karier atau berhenti bekerja demi bisa menghabiskan waktu bersama anak. Apalagi, sebagian ibu, bekerja karena tuntutan ekonomi. Mereka harus mendukung pasangannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga.