5 Kalimat Ampuh untuk Hadapi Dilema Ibu Bekerja

Dilema antara terus meniti karier atau berhenti bekerja demi menghabiskan waktu bersama anak? Berikut 5 kalimat ampuh untuk dilema itu.

Ibu Bekerja

Yuni masih ingat kegalauan yang ia rasakan setelah melahirkan anak pertamanya sepuluh tahun lalu. Saat itu ia baru beberapa bulan bekerja di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Ia sangat menyukai kantor barunya dan merasa dapat mengembangkan dirinya di perusahaan tersebut. Tetapi, beberapa minggu setelah anak pertamaya lahir, ia menjadi galau. Timbul perasaan tak tega meninggalkan bayi mungilnya di rumah setiap hari, sementara ia meniti karier di luar rumah. Apalagi lokasi rumah dan kantornya sangat jauh, sehingga setiap hari ia harus berangkat pagi-pagi sekali agar dapat tiba di kantor sebelum pukul delapan, dan baru kembali ke rumah malam hari.

Setelah berdiskusi dengan suaminya, Yuni akhirnya memutuskan untuk tetap bekerja. Suaminya mendukung Yuni untuk tetap bekerja kantoran karena ia memahami Yuni adalah pribadi yang senang mengembangkan diri dan mempunyai cita-cita untuk menjadi wanita karier sukses. Berdua, mereka berusaha menciptakan support system yang baik di rumah, seperti mempekerjakan asisten rumah tangga dan pengasuh untuk membantu mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dan menjaga anak-anak selama mereka bekerja di kantor.

Menurut Yuni, setiap ibu bekerja pasti pernah merasakan dilema antara terus meniti karier atau berhenti bekerja demi bisa menghabiskan waktu bersama anak. Apalagi, sebagian ibu, bekerja karena tuntutan ekonomi. Mereka harus mendukung pasangannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Pada kenyataannya, meski sudah didukung support system yang baik pun, menjaga keseimbangan hidup sebagai pekerja profesional dan seorang ibu tetap tidak mudah. Perasaan bersalah karena meninggalkan anak dari pagi sampai sore tetap kerap muncul. Belum lagi bila pekerjaan di kantor sedang banyak-banyaknya dan menguras energi dan pikiran, sementara ketika pulang ke rumah ibu tetap harus menemani anak-anak bermain, mengerjakan PR, dan mengurusi banyak keperluan mereka. Seolah-olah tak ada waktu untuk diri sendiri, sementara rasa lelah seperti tak ada habisnya.

Tak bisa dipungkiri, menjadi ibu bekerja memang kondisi yang berat dan kompleks. Nah, berikut ini beberapa pandangan yang harus Anda atasi demi capai the so called ‘work-life balance’ bersama keluarga.

Seimbang itu tidak selalu 50:50

Membagi waktu untuk urusan kantor dan urusan keluarga merupakan salah satu tantangan terberat ibu bekerja. Banyak ibu yang kemudian merasa bersalah karena ternyata harus mengalokasikan waktu lebih banyak untuk keperluan pekerjaan ketimbang urusan keluarga atau anak-anak. Faktanya, ibu bekerja memang tidak mungkin bisa membagi waktu secara rata untuk urusan pekerjaan dan keluarga.

Sebab ada kalanya urusan kantor menuntut lebih banyak waktu dan tenaga. Namun, ketika tingkat kesibukan kantor sedang tidak tinggi, Anda juga bisa meminta izin untuk meliburkan diri dari pekerjaan agar dapat bersama keluarga. Kuncinya adalah menjadi fleksibel dan cermat dalam membagi waktu, alih-alih berusaha membagi waktu secara sama rata setiap hari.

Bukan berarti Anda tidak berhak mendapatkan me-time

Setiap hari, ibu bekerja berusaha semaksimal mungkin mengerjakan tanggung jawabnya sebagai pekerja, istri, dan ibu. Tak heran, banyak perempuan yang kemudian merasa stres, kelelahan, dan “kehilangan jati diri” karena terlalu sibuk mengurusi orang atau hal lain selain dirinya.

Jangan biarkan hal ini terjadi pada Anda. Ingatlah ungkapan happy mom happy family. Ibu yang bahagia akan dapat membahagiakan anggota keluarganya yang lain. Maka, sediakan waktu khusus untuk melakukan kegiatan yang Anda sukai, meski tanpa ditemani oleh suami atau anak-anak. Menyenangkan diri sendiri sangatlah penting untuk menyegarkan pikiran, sehingga Anda dapat kembali bersemangat menjalani rutinitas sehari-hari.

Meminta bantuan bukan berarti Anda kalah

Seperti halnya Yuni yang mendelegasikan sebagian tanggung-jawabnya kepada asisten rumah tangga dan pengasuh, tidak ada salahnya meminta bantuan. Mengakui bahwa Anda perlu bantuan adalah satu langkah awal untuk mengatasi rasa bersalah atau kalah. Ingatlah bahwa it take a village to raise a child. Membangun sistem pendukung yang positif untuk perkembangan anak adalah kunci penting. Saat Anda dan pasangan dapat menata sistem tersebut untuk memastikan anak-anak Anda terperhatikan, Anda dapat lebih produktif di dunia kerja.

Orang tua yang berhasil menyeimbangkan pekerjaan dan pengasuhan mengerti bahwa memprioritaskan anak terkadang juga berarti harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Sayang bukan berarti memanjakan anak

Rasa bersalah meninggalkan anak-anak bekerja setiap hari dapat mendorong orang tua untuk memberikan “kompensasi”. Mulai dari membelikan mainan, menyediakan fasilitas sebaik mungkin, hingga menuruti apa pun keinginan anak demi membuat mereka senang.

Tanpa disadari, sikap seperti ini kelak dapat menjadi bumerang, baik bagi anak maupun orang tua. Anak menjadi manja, tidak mandiri, dan tidak matang secara emosional. Sebaiknya Anda tetap mendidik anak seperti biasa; mengajari mereka untuk bertanggung jawab, melatih mereka agar bisa mengurus keperluannya sendiri, menanamkan pentingnya usaha bila menginginkan sesuatu, memberikan hukuman ketika mereka melakukan kesalahan, dan yang tak kalah penting adalah mengizinkan mereka untuk merasa kecewa atau bersedih ketika keinginan mereka tak terpenuhi. Percayalah, semua itu merupakan bekal penting dalam membangun kepribadian seseorang

Bekerja full time bukan suatu kejahatan

Bekerja paruh waktu atau memilih beraktivitas full time sebagai stay-at-home mom kadang tidak memecahkan masalah. Terutama jika secara finansial hal tersebut tidak memungkinkan. Orang tua yang berhasil menyeimbangkan pekerjaan dan pengasuhan mengerti bahwa memprioritaskan anak terkadang juga berarti harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Yang perlu Anda lakukan adalah memanfaatkan waktu luang yang Anda miliki untuk menjaga kualitas hubungan dalam keluarga. Tak hanya untuk anak, tetapi juga dengan pasangan.

Sebagai ibu bekerja, jangan lupa untuk melindungi diri dengan asuransi jiwa. Dengan asuransi jiwa, keluarga tercinta akan terhindar dari kejatuhan finansial jika pencari nafkah tutup usia. Jika Anda sedang mencari asuransi jiwa, saatnya melirik asuransi jiwa Flexi Life, dari Astra Life yang premi serta Uang Pertanggungan (UP)-nya bisa Anda atur sendiri sesuai dengan tahapan hidup.

Ingin tahu cara dan hitung-hitungan fleksibilitas yang ditawarkan Flexi Life? Klik Flexi Life ya.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!