Diangkat di Drakor The Glory, Ini 5 Dampak Bullying pada Anak
Bullying yang terjadi sejak kecil ternyata bisa memiliki efek yang
Tahukah kamu bahwa memilih tontonan anak yang bermanfaat bagi mereka itu sangat penting? Ternyata banyak dampak serius yang bisa muncul akibat salah memilih tontonan anak, lho! Temukan selengkapnya dalam artikel berikut.
Durasi baca: 3 menit
Kita bisa melihat dari kasus yang ramai belakangan ini, mengenai petisi penolakan munculnya Saipul Jamil di televisi maupun di kanal video digital yang telah ditandatangani lebih dari 500 ribu orang. Apakah kamu adalah salah satu yang menandatangani petisi ini?Â
Petisi ini muncul merespons glorifikasi yang dilakukan banyak stasiun televisi soal bebasnya Saipul Jamil setelah dipenjara gara-gara kasus pelecehan seksual terhadap anak 5 tahun lalu. Ini artinya, sebenarnya sudah banyak dari kita yang paham, betapa tontonan itu besar sekali pengaruhnya, termasuk siapa saja yang terlibat di dalamnya, bagaimana kemasannya, dan lain sebagainya. Kecaman untuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun menyusul bermunculan, karena KPI dinilai melakukan pembiaran atas munculnya kembali Saipul Jamil di stasiun televisi.Â
Terlepas dari kontroversi mengenai sikap KPI atas Saipul Jamil termasuk respons-respons setelahnya, hampir semua bersepakat bahwa penyensoran dalam kerangka memilih tontonan anak yang baik untuk tumbuh kembangnya adalah sangat penting.
Diskusi soal anak telah menjadi sebuah pembahasan yang begitu penting, sampai-sampai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membuat satu konvensi khusus mengenai hak anak. Convention on the Rights of the Child (CRC) dibuat pada tahun 1989 sebagai salah satu dari 9 konvensi Hak Asasi Manusia (HAM). Indonesia sendiri meratifikasi konvensi tersebut setahun setelahnya, dan secara resmi menjadi negara pihak dari konvensi tersebut pada 1990.
Dalam kerangka HAM, negara adalah pengemban kewajiban (duty bearer), dan warga adalah pemangku hak (rights holder). Akan tetapi, di dalam CRC juga disebutkan bahwa orang tua dan keluarga memiliki peran yang tak kalah pentingnya. Pasal 18 konvensi tersebut, misalnya, menyatakan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab untuk membesarkan dan membina anak-anak dalam rangka mewujudkan kepentingan terbaik bagi mereka.
Dalam rangka mewujudkan kepentingan terbaik bagi anak, segala hal haruslah matang-matang diperhitungkan, termasuk bagaimana pola asuh yang diterapkan sejak dini.Â
Pasalnya, melansir Western Washington Media Group, saat menjalani fase tumbuh-kembang, anak-anak melewati tahap perkembangan progresif, dari lahir hingga dewasa. Faktor lingkungan, genetik, dan budaya dapat memengaruhi perkembangan anak serta seberapa cepat mereka berkembang dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Di masa pandemi seperti ini, ketika hampir sebagian besar orang tua bekerja dari rumah serta anak-anak juga sebagian besar masih menerapkan pembelajaran dari rumah, membiarkan anak menonton televisi barangkali menjadi salah satu ruang untuk bernapas sedikit lebih lega. Orang tua bisa jeda sebentar dari rutinitas yang harus dijalani, dan membimbing anak sekolah secara daring. Akan tetapi, bagaimanapun juga, menonton televisi terlalu lama tetaplah tidak baik bagi tumbuh kembang anak.
Melansir American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, terdapat setidaknya 5 dampak buruk bila orang tua memberikan waktu yang berlebihan bagi anak untuk menonton televisi, yaitu:
Selain soal seberapa banyak alokasi waktu yang harus orang tua berikan pada anak, memilih tontonan anak yang tepat adalah hal lain yang tak terpisahkan. Memberikan tontonan anak yang sesuai dengan usianya juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasinya dan menstimulasi imajinasi anak.Â
Akan tetapi, pengawasan orang tua dalam hal ini juga memiliki peran penting, mengingat tontonan anak pun banyak yang mengandung kekerasan dan hal-hal yang tidak realistis. Mengutip Association for Natural Psychology, anak yang terlalu banyak menyaksikan tontonan dengan muatan-muatan tersebut memiliki gaya hidup yang lebih pasif dan hal ini dapat berdampak pada pikiran dan perilaku mereka.
Lalu, jika tontonan anak saja masih bisa berisiko memberi dampak yang kurang baik bagi anak, lantas, tayangan macam apa yang tepat bagi mereka?
Pertama, orang tua dapat mendorong anak untuk menonton acara-acara yang dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan mental dan fisik anak secara maksimal.
Kedua, tontonan-tontonan yang mengandung nilai-nilai penghormatan terhadap HAM dan kebebasan fundamental, juga bisa menjadi pertimbangan bagi orang tua untuk diberikan pada anak. Setidaknya, jauhkan anak dari tontonan-tontonan yang memuat rasisme, kebencian terhadap kelompok tertentu, dan sebagainya.
Ketiga, orang tua dapat mendorong anak untuk menonton konten-konten yang memuat pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya, bahasa, dan nilai-nilainya sendiri. Selain itu, penting juga bagi orang tua untuk memperkenalkan pada anak, mengenai kebudayaan dan peradaban yang berbeda agar anak memiliki nilai toleransi yang tinggi dan memiliki keterbukaan pada hal-hal baru.
Keempat, didiklah melalui tontonan anak yang dapat mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang bertanggung jawab. Pupuk semangat saling pengertian, perdamaian, toleransi, kesetaraan jenis kelamin, dan persahabatan di antara semua orang, kelompok etnis, bangsa dan agama, serta orang-orang asli, di mana pun ia berada.
Kelima, pengembangan rasa hormat terhadap lingkungan alam.
Tidak hanya televisi, orang tua juga dapat memanfaatkan layanan tontonan online seperti Netflix dan Youtube sebagai media pembelajaran yang tidak membosankan untuk anak. Langkah ini juga dapat menjadi cara memilih tontonan anak yang baik. Pembelajaran tidak melulu soal matematika, fisika atau kimia atau hal-hal lain yang membosankan. Kita pun bisa mendidik anak lewat tontonan yang membentuk mereka menjadi para individu unggul di masa depan dalam berbagai aspek.
Pola asuh, termasuk di dalamnya bagaimana mengawasi tontonan anak adalah bagian dari pendidikan secara holistik. Pendidikan usia dini pada anak adalah aset bagi masa depan mereka dan juga orang tua. Sebagai orang tua, tentu saja kamu ingin memberikan yang terbaik bagi pertumbuhannya agar kelak ia bisa mencapai cita-citanya dengan mudah.
Tak hanya soal pendidikan, kesehatan pun perlu menjadi perhatian para orang tua. Pasalnya, tanpa tubuh yang sehat dan kuat, anak bisa jadi tidak fit dan lesu dalam berkreasi. Untuk itu, anak pun juga perlu memiliki proteksi terhadap dirinya untuk sekarang dan masa depan.
AVA iFamily Protection bisa jadi solusi untukmu dan keluarga. Proteksi jiwa ini memberikan Manfaat Pengembalian Premi 100%*, dan memungkinkan kamu menerima berbagai manfaat kesehatan dan perlindungan jiwa sebagai keluarga. Manfaat yang ditawarkan pun tak main-main. Bahkan, kamu bisa mendapatkan biaya pendukung (santunan) rawat jalan senilai Rp1.500.000 per harinya.
Tunggu apa lagi? Cek informasi lengkap produk AVA iFamily di laman astralife.co.id dan terus ikuti update seputar kesehatan, finansial, dan kehidupan di Instagram @astralifeid
Urusah Sehat Jadi Mudah #IGotYourBack
Bullying yang terjadi sejak kecil ternyata bisa memiliki efek yang
Post-traumatic stress disorder atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD) artinya adalah
Stres dapat menyebabkan seseorang sering tidur dan mudah mengantuk. Bagaimana
Seperti apa serial dan film kesehatan mental yang cocok dijadikan
Gangguan OCD adalah kondisi mental yang menyebabkan penderitanya mengalami pikiran
Baby blues adalah perasaan sedih yang mungkin dialami beberapa hari
Tentang –
Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.
Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!
Tentang –
Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.
Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!