Tren Baru Investasi Properti 2022: Beli Lahan Virtual di Metaverse

 Apakah benar investasi properti di metaverse bisa mendatangkan keuntungan besar layaknya di dunia nyata?

Durasi baca: 5 menit

Tren-Baru-Investasi-Properti-2022-Beli-Lahan-Virtual-di-Metaverse

Tren Baru Investasi Properti 2022: Beli Lahan Virtual di Metaverse

 Apakah benar investasi properti di metaverse bisa mendatangkan keuntungan besar layaknya di dunia nyata?

Durasi baca: 5 menit

Di akhir bulan November 2021 lalu, ada sebuah berita mengejutkan mengenai total penjualan lahan virtual yang menembus angka US$100 juta. Usut punya usut, rupanya kumpulan lahan virtual tersebut merupakan bagian dari proyek dunia virtual yang lebih dikenal masyarakat sebagai metaverse.

Meski saat ini masih dalam tahap pengembangan, nyatanya banyak perusahaan ternama berlomba-lomba mengambil bagian dari sejarah pembangunan metaverse. Sebut saja Microsoft, Google, Apple, Sony, dan tentu saja Facebook yang sampai rela mengganti nama perusahaannya menjadi Meta. Langkah berani para perusahaan berskala raksasa tersebut akhirnya turut membakar antusiasme para investor ritel dan menumbuhkan keyakinan mereka bahwa metaverse merupakan suatu hal yang serius, serta berpotensi mengalami perkembangan luar biasa di masa mendatang.

Metaverse: Dunia Imajiner yang Jadi Nyata

Istilah metaverse diciptakan di tahun 1992 oleh seorang pengarang bernama Neal Stephenson dalam salah satu novel karangannya, ‘Snow Crash’. Metaverse sendiri merupakan gabungan dari kata meta dan universe. Meta berarti melebihi, sedangkan universe berarti semesta. Maka, secara harfiah, metaverse dapat diartikan sebagai sebuah realitas lain yang berada di luar dunia nyata.

Dalam novel tersebut, Neal menggambarkan metaverse sebagai alam imajiner yang tersedia untuk masyarakat di seluruh dunia lewat jaringan fiber optic, lalu diproyeksikan sebagai realitas virtual (virtual reality/VR)  melalui sebuah kacamata khusus.

Pada referensi yang lebih modern, gambaran metaverse kurang lebih seperti apa yang terjadi dalam film ‘Ready Player One’. Film besutan Steven Spielberg yang dirilis tahun 2018 ini menceritakan tentang adanya sebuah dunia virtual bernama OASIS di tahun 2045. Selain karena terdapat harta karun dalam dunia virtual tersebut, OASIS rupanya menjadi tempat pelarian para penggunanya di tengah kondisi bumi yang saat itu sedang tidak karuan. Dengan adanya OASIS, mereka dapat memiliki apa pun yang tak bisa diperoleh di dunia nyata.

Berkat inovasi dan kemajuan teknologi di masa kini, metaverse akhirnya memiliki kesempatan untuk terwujud. Ia tak lagi hanya sekadar imajinasi belaka dalam novel ataupun film. Sejauh ini, sudah ada beberapa proyek metaverse yang sudah mulai beroperasi, seperti Decentraland dan Sandbox. Menurut data terkini dari situs resmi masing-masing proyek, tercatat ada lebih dari 1 juta pengguna aktif per bulannya dalam kedua proyek metaverse tersebut. Bahkan, Decentraland sendiri diketahui sudah beberapa kali bekerja sama dengan musisi dan rumah lelang seni terkenal, seperti Deadmau5, Paris Hilton, dan Sotheby’s, untuk menggelar pameran seni dan konser musik virtual.

Implementasi Blockchain, Cryptocurrency, dan NFT Dalam Metaverse

Bicara soal metaverse seringkali dikaitkan dengan blockchain, cryptocurrency, dan NFT. Baik Decentraland maupun Sandbox sendiri adalah proyek metaverse yang dibangun di atas teknologi blockchain. Walau metaverse memang bisa dibangun tanpa ketiga teknologi tersebut, ternyata ada beberapa alasan kuat mengapa blockchain, cryptocurrency, dan NFT bisa menjadi model teknologi yang tepat untuk diaplikasikan dalam metaverse, seperti yang dikutip dari laman Binance Academy berikut ini:

1. Bukti kepemilikan digital

Teknologi blockchain yang notabene merupakan tulang punggung cryptocurrency dan NFT, mampu merekam seluruh bukti transaksi sekaligus bukti kepemilikan dari suatu aset secara digital. Terlebih lagi, dengan adanya NFT, seluruh aset dapat dibuat menjadi unik dan tidak dapat dipalsukan. Sehingga, teknologi ini dapat dimanfaatkan sebagai bentuk sertifikat kepemilikan aset di dalam metaverse.

2. Cryptocurrency sebagai alat bayar yang aman dan mudah

Ketika sebuah proyek metaverse telah sukses berkembang dan memiliki jumlah pengguna cukup banyak, maka mereka akan memerlukan sebuah metode pembayaran universal yang dapat digunakan oleh seluruh pengguna. Cryptocurrency bisa menjawab kebutuhan ini.

Sistem cryptocurrency memungkinkan penggunanya untuk mengecek seluruh transaksi yang ada, sehingga lebih transparan. Standar keamanannya juga lebih tinggi dibanding metode pembayaran konvensional.

Dari segi biaya, transaksi menggunakan cryptocurrency juga lebih murah dibandingkan metode pembayaran konvensional. Sebagai perbandingan, jika kamu mentransfer dalam mata uang USD lewat PayPal, kamu akan dikenakan biaya US$0.3 plus biaya konversi sekitar 4% dari nilai transaksi. Sedangkan, jika kamu mengirim dalam mata uang USDT lewat Tokocrypto menggunakan jaringan Binance Smart Chain, kamu hanya perlu membayar sekitar USDT 0.8 atau sekitar 12.000 rupiah saja untuk biaya transaksi. Tentunya ini akan jauh lebih menguntungkan, terutama kalau kamu harus mengirim uang ke pengguna lain di luar negeri dalam jumlah yang lumayan besar. Selain itu, para pengguna juga tidak dihalangi oleh batasan jarak dan waktu, karena transaksi cryptocurrency bisa dilakukan di mana saja dan dapat diproses dalam hitungan menit.

3. Sistem pemerintahan dan kontrol yang adil

Dunia blockchain memang sudah dikenal menerapkan sistem decentralized autonomous organization (DAO) untuk pemerintahan dan kontrol. Secara singkat, DAO adalah organisasi yang dibentuk lewat pemrograman komputer untuk mengatur jalannya suatu ekosistem blockchain oleh para anggota komunitasnya. Dengan demikian, DAO dapat dimanfaatkan seluruh pengguna mengatur dan mengontrol jalannya metaverse yang ‘ditinggali’ bersama-sama. Sistem ini juga terbebas dari adanya pihak-pihak berkepentingan khusus, karena dijalankan secara otomatis lewat smart contract atau kontrak pintar. Sehingga, DAO pun bisa menghasilkan sistem pemerintahan yang lebih adil dan transparan dibanding sistem konvensional.

Salah satu proyek metaverse yang sudah sukses menerapkan konsep DAO adalah Decentraland.

4. Mudah diakses

Kepemilikan cryptocurrency dan NFT dapat diintegrasikan dalam satu dompet digital (crypto wallet) yang bisa diakses dari mana saja, selama ada koneksi internet. Sehingga, kamu tidak perlu repot berpindah perangkat atau platform untuk mengecek cryptocurrency maupun NFT milikmu.

Ditambah lagi, proses registrasi crypto wallet lebih mudah dan cepat dibanding membuka akun bank. Kita tidak perlu melampirkan data pribadi dan tanda pengenal untuk membuat crypto wallet. Hanya perlu alamat email saja.

5. Mempermudah kompatibilitas antar proyek metaverse

Kemampuan kompatibilitas ini penting untuk dimiliki oleh proyek metaverse, sehingga dapat meningkatkan fitur dan jumlah pengguna secara konsisten. Teknologi blockchain mampu menjembatani kebutuhan tersebut, karena para pengembang blockchain terus berupaya mengembangkan kompatibilitas antar jaringan proyek yang berada di dalam jaringannya.

Bagaimana Agar Bisa Untung dari Investasi Properti di Metaverse?

Sama halnya seperti berinvestasi properti di dunia nyata, sebelum memutuskan untuk investasi properti di metaverse perlu diimbangi dengan perencanaan matang. Sebagai investor, kita harus mampu menganalisis apakah harga properti yang ingin dibeli di metaverse bisa mengalami kenaikan dan memberikan keuntungan sesuai harapan. Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan berinvestasi properti di metaverse:

1. Potensi penggunaan

Setiap proyek metaverse memiliki kegunaan (use case) masing-masing. Sehingga, penting bagi para investor untuk mempelajari terlebih dulu tentang potensi penggunaan properti yang dibeli. Misalnya, ketika kita membeli sejumlah lahan virtual di Decentraland, lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk membangun kompleks perumahan virtual, lalu dijual ke para pengguna lain. Atau, kita bisa membuat game berbayar yang menarik di lahan virtual Sandbox, sehingga para pengguna lain mau bermain game buatan kita dan bisa mendatangkan pemasukan dari para pengguna lain.

Dengan demikian, kita akan memiliki gambaran lebih jelas mengenai jumlah modal dan potensi pendapatan yang mungkin diperoleh dari kepemilikan properti di metaverse.

2. Reputasi dan kredibilitas

Ketika membeli properti dunia nyata, pamor dan kredibilitas perusahaan pengembang bisa mempengaruhi harga jual dan minat beli investor. Hal yang sama berlaku juga dalam membeli properti di metaverse. Tentunya proyek metaverse yang sudah memiliki nama besar dan dibuat oleh perusahaan ternama akan berpotensi untuk diapresiasi lebih tinggi oleh pasar dibanding proyek metaverse buatan perusahaan baru berskala kecil.

3. Perhatikan jumlah investor skala besar

Masuknya investor skala besar dalam suatu proyek metaverse secara tidak langsung mampu meningkatkan antusiasme dan kepercayaan diri para investor ritel. Sebagai contoh, awalnya angka penjualan aset di Decentraland berada di kisaran 19.500 transaksi saja pada bulan November 2021 kemarin. Namun, setelah perusahaan perumahan virtual Metaverse Group membeli sekumpulan tanah virtual berukuran 1.856 m2 seharga 34,7 miliar rupiah di Decentraland pada tanggal 23 November 2021 lalu, angka penjualan aset di Decentraland langsung mengalami peningkatan konstan hingga menembus kisaran 22.100 transaksi per bulan Januari 2022.

Bila kamu jeli memperhatikan kehadiran investor skala besar dalam proyek metaverse incaranmu, maka kamu bisa memanfaatkannya sebagai momentum tepat untuk ‘menunggangi’ tren dan memperoleh keuntungan.

4. Mengukur kesanggupan

Jika kamu tertarik berinvestasi properti di metaverse, namun terkendala dengan besarnya dana yang harus dikeluarkan, maka kamu bisa mencoba untuk berinvestasi pada koin dan token milik proyek metaverse terlebih dulu. Contohnya, SAND milik Sandbox atau MANA milik Decentraland. Selain memerlukan modal yang lebih sedikit, risiko investasi pada koin ataupun token proyek metaverse juga lebih rendah dan terukur dibanding langsung membeli properti di metaverse. Riset dan analisis mendalam terhadap koin dan token proyek metaverse yang ingin diinvestasikan sudah pasti wajib dilakukan, agar terhindar dari kemungkinan terjebak dalam proyek bodong atau scam.

Selain memperhatikan 4 faktor di atas, pastikan kamu membeli properti virtual melalui situs marketplace resmi dari tim pengembang proyek atau lewat marketplace pihak ketiga yang sudah terjamin kredibilitas dan keamanannya, seperti OpenSea. Jangan sampai kamu tertipu oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan tren metaverse untuk mengelabui orang awam.

Tak hanya properti metaverse saja yang bisa dibeli secara online, kini asuransi bisa kamu peroleh online juga, lho. Seperti Flexi Life, misalnya. Meski bisa dibeli secara online dan tidak memerlukan pemeriksaan medis sebelum mendaftar, asuransi jiwa dari Astra Life ini memberikan perlindungan yang tak main-main. Hanya dengan premi bulanan mulai dari Rp 8 ribu saja, kamu bisa mendapatkan uang pertanggungan hingga Rp 5 miliar. Kalau kamu mau tahu lebih lanjut mengenai Flexi Life dan produk asuransi Flexi lainnya, langsung kunjungi situs ilovelife.co.id.

Jangan juga lupa follow akun Instagram @astralifeid, supaya kamu tetap update tentang informasi seputar proteksi finansial dan kesehatan. Urusan Sehat, No Worries. #iGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!