8 Rekomendasi Buku Non-Fiksi tentang Kesehatan Mental

Untuk kamu yang ingin mulai membaca sekaligus menambah pengetahuan tentang kesehatan mental, berikut adalah rekomendasi buku mental health yang bisa kamu jadikan bacaan di waktu senggang!

Rekomendasi buku kesehatan mental

Dewasa ini, persoalan kesehatan mental semakin menarik perhatian. Apalagi, kini semakin banyak media yang sudah memberikan kontribusi untuk membuat masyarakat ‘melek’ akan pentingnya hal ini, mulai dari kehadiran film hingga buku kesehatan mental.

Seseorang yang mengalami gangguan mental biasanya akan merasa down, sulit untuk berkomunikasi, suasana hati yang sering berubah, cenderung lebih suka mengisolasi diri, kesulitan tidur di malam hari, sulit menghadapi masalah hingga menyebabkan stres.

Maka dari itu, kesehatan mental sangat penting di hidup kita. Pasalnya, melansir CDC, kesehatan mental memengaruhi cara berpikir, merasa, dan bertindak. Ini juga membantu menentukan bagaimana kita menangani stres, berkomunikasi, dan membuat pilihan dalam hidup.

Buku mungkin bisa menjadi pilihan yang cocok untuk menenangkan pikiran dan meningkatkan kondisi kesehatan mental. Pasalnya, melansir laman Step Up For Mental Health, ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa membaca setidaknya enam menit per hari dapat meningkatkan kualitas tidur, mengurangi stres, dan mempertajam kesehatan mental.

Mengapa demikian? Karena ternyata membaca mampu memperkuat sirkuit saraf dan jalur otak kita sambil menurunkan detak jantung dan tekanan darah. Di samping itu, penelitian yang dilakukan Mindlab International di University of Sussex juga menyebutkan bahwa membaca mengurangi tingkat stres hingga 68%, menjadikannya sarana relaksasi yang lebih efektif dibandingkan berjalan-jalan, minum secangkir teh, atau bermain video game.

Nah, untuk kamu yang ingin mulai membaca sekaligus menambah pengetahuan tentang kesehatan mental, berikut adalah rekomendasi buku mental health yang bisa kamu jadikan bacaan di waktu senggang!

8 Rekomendasi Buku Kesehatan Mental

1. Man's Search for Meaning karya Viktor Frankl (4.4/5)

Man’s Search for Meaning pertama kali diterbitkan pada 1946. Buku ini ditulis Viktor Emil Frankl yang merupakan seorang psikiater asal Austria. Ia mendirikan logoterapi, sekolah psikoterapi yang menggambarkan pencarian makna hidup sebagai kekuatan motivasi utama manusia.

Buku ini bercerita tentang kisah Frankl ketika dipenjara di dua kamp konsentrasi Nazi di Jerman. Saat itu, ia kehilangan keluarganya dan memutuskan untuk melanjutkan tulisannya tentang kelangsungan hidup spiritual melalui traumanya.

Inti dari buku ini berkisar pada teori Frankl yaitu bagaimana sesuatu yang kita anggap bermakna bisa mendorong kita untuk terus hidup. Buku ini mengajarkan bahwa ketika seseorang selamat dari trauma, mungkin sulit untuk menemukan makna hidup, tetapi hal itulah yang justru sangat penting untuk dilakukan.

2. The Mindful Self-Compassion Workbook karya Christopher Germer dan Kristin Neff (4.4/5)

Ketika sedang berjuang dengan kesehatan mental, rasa percaya pada diri sendiri untuk terus bersemangat sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Namun, tak jarang orang justru menyalahkan diri sendiri karena kondisinya, hingga akhirnya menganggap dirinya tidak layak berjuang.

The Mindful Self-Compassion Workbook (2018) yang ditulis oleh Christopher Germer dan Kristin Neff memberikan teknik praktis, meditasi terpadu, dan kisah pribadi terkait kesehatan mental untuk menunjukkan kepada para pembaca bahwa mereka tidak sendirian untuk menghadapi masalah mental di hidup mereka.

3. Self-Compassion: The Proven Power of Being Kind to Yourself karya Kristin Neff (4.1/5)

Self-Compassion: The Proven Power of Being Kind to Yourself (2011) adalah buku yang dipenuhi dengan informasi terkait self-compassion atau keadaan di mana seseorang menyayangi diri sendiri meski sedang dihadapkan dengan situasi sulit. Penulisnya, Kristin Neff, ialah seorang profesor program pendidikan departemen psikologi di University of Texas.

Menurut ulasan dari psikolog sekaligus pendiri dari Premier Psychology Group Chloe Greenbaum mengatakan, gaya penulisan Neff dapat diterima dan dipahami untuk membangun belas kasih terhadap diri sendiri, bahkan untuk mereka yang skeptis dan tidak memiliki belas kasih terhadap diri sendiri. Buku ini akan cocok untuk orang-orang yang memiliki gangguan mental kecemasan, depresi, dan perfeksionisme.

4. A New Earth: Awakening to Your Life's Purpose karya Eckhart Tolle (4.1/5)

A New Earth: Awakening to Your Life’s Purpose (2005) disebut-sebut sebagai buku terpenting yang harus dibaca oleh generasi saat ini. Eckhart Tolle yang menuliskan buku ini ialah seorang spiritual teacher yang menuntun pembacanya melalui kebangkitan, kesadaran, ego, rasa sakit, kebanggaan, perlawanan, dan begitu banyak pengalaman hidup yang menantang di bukunya.

Buku ini mengajarkan seseorang untuk memiliki kedamaian batin dengan cara yang unik. Ulasannya mengatakan bahwa buku ini menjadi salah satu buku yang cocok dibaca berulang kali, khususnya setiap kali kamu merasa membutuhkan pesan yang bisa memberikan ketenangan dan kedamaian ketika sedang berada di situasi sulit.

5. Courage to be Disliked karya Fumitake Koga and Ichiro Kishimi (4.1/5)

Karya dari Fumitake Koga dan Ichiro Kishimi, Courage to be Disliked (2013) penuh dengan wawasan yang relevan tentang bagaimana membuka kekuatan yang ada di dalam diri untuk menjadi versi terbaik dari diri kamu. Pembahasan di dalam buku ini menggunakan teori Alfred Adler, salah satu dari tiga psikologi ternama pada abad ke-19.

Buku ini menjelaskan bagaimana setiap orang bebas untuk menentukan masa depannya sendiri, berdamai dengan masa lalu, merasakan dan mengatasi keraguan terhadap diri sendiri, hingga bebas untuk memenuhi harapan orang lain atau tidak. Filosofi di dalam buku ini kental dengan kebebasan, yang mungkin memberikan kita sepercik keberanian untuk berubah dengan mengabaikan batasan yang sering membuat seseorang terperangkap di kehidupan sosialnya.

6. Burnout: The Secret to Unlocking the Stress Cycle karya Amelia Nagoski dan Emily Nagoski (4/5)

Amelia dan Emily Nagoski berkolaborasi untuk menerbitkan Burnout: The Secret to Unlocking the Stress Cycle (2019). Buku ini menjelaskan bagaimana perempuan mengalami burnout yang berbeda dengan laki-laki, cara meminimalkan perasaan tersebut, dan cara mengelola emosi.

Menurut buku ini, burnout adalah kondisi di mana seseorang mengalami kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan rasa ingin mencapai sesuatu. Emily dan Amelia kemudian menguraikan cara memahami respons tubuh terhadap stres, menutup lingkaran siklus stres, dan menerapkan pemecahan masalah yang terencana melalui penelitian menyeluruh dan bermanfaat.

7. The Highly Sensitive Person karya Elaine Aron (3.9/5)

The Highly Sensitive Person (1996) karya Elaine Aron menuliskan tentang orang-orang yang sensitif dan bagaimana mereka sangat suka memperhatikan detail kecil yang menambah keindahan dan warna dalam kehidupan. Ia merasa orang yang sensitif memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menghindari kesalahan dan berkonsentrasi secara mendalam.

Meskipun orang yang sensitif seringkali dipandang berlebihan, Aron menuliskan bahwa tidak semua kebiasaan orang yang sensitif itu buruk. Di buku ini, Aron menggunakan studi kasus, tes, dan latihan untuk membantu pembaca mengatasi gairah mereka yang berlebihan dan mengatasi rasa ketidaknyamanan sosial sebagai orang yang sensitif.

8. The 5 AM Club karya Robin Sharma (3.8/5)

The 5 AM Club (2018) karya Robin Sharma adalah buku tentang kesehatan mental yang dikemas menjadi karya fiksi. Ceritanya berfokus pada seorang miliarder yang mengajarkan seorang seniman yang masih merintis tentang pentingnya bangun pagi, karena hal tersebut merupakan salah satu kunci untuk sukses.

Intinya, buku ini menegaskan konsep melakukan rutinitas di pagi hari yang revolusioner. Bagi kamu yang memiliki kesulitan untuk bangun pagi, buku ini mungkin akan cocok untuk kamu membangun persepsi lain tentang bagaimana produktivitas bisa meningkat ketika seseorang terbiasa untuk memulai aktivitas di pagi hari. Ketika bangun di pagi hari dengan suasana yang tenang dan sunyi, kinerja otak pun bisa jadi lebih maksimal lagi.

Jika kamu merasa sedang dalam keadaan mental yang kurang baik, kamu bisa mencoba membaca beberapa rekomendasi buku tersebut untuk menenangkan pikiran sebelum menjalani aktivitas yang padat kembali. Pasalnya, ketika kondisi kesehatan mental sedang tidak baik, hal tersebut bisa memengaruhi aktivitas yang dilakukan.

Apalagi selain fisik, menjaga kesehatan mental tidak kalah pentingnya. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental adalah dengan menenangkan pikiran. Pikiran yang tenang ialah perwujudan dari hidup yang aman, nyaman, dan bahagia. Salah satu cara mewujudkannya adalah dengan memiliki proteksi dini, seperti asuransi jiwa. Pasalnya, jika ada hal tak diinginkan terjadi terhadap kepala keluarga, anggota lain masih dapat melanjutkan hidupnya. Karena, asuransi merupakan bentuk cinta nyata untuk diri sendiri dan keluarga – Insurance is Love.

Produk asuransi jiwa dari Astra Life, yaitu Flexi Life bisa jadi pilihan kamu dan keluarga. Flexi Life memiliki memiliki keunggulan di mana kamu bisa menentukan perlindungan jiwa hingga Rp5 miliar, dan tidak perlu medical check-up. Kamu tidak perlu repot untuk mendaftar ulang karena asuransi ini auto renew atau selalu diperpanjang secara otomatis setiap tahun.

Selain itu, kamu bebas mengubah besarnya Uang Pertanggungan, Masa Pertanggungan, Frekuensi Pembayaran Premi, dan mengajukan perubahan lain sesuai kebutuhan seiring dengan perubahan tahapan kehidupanmu secara online hanya dengan mengunjungi ilovelife.co.id, lho! Klaim asuransi lebih mudah dan praktis karena bisa dilakukan 100% secara online.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!