Dengan kemampuan varian Omicron untuk menyebar lebih cepat dibanding varian turunan Covid-19 lainnya, maka tidak heran jika varian ini akhirnya sudah ditemukan di lebih dari 50 negara dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan dari sejak pertama kali teridentifikasi.
Sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, Norwegia, Denmark, dan Australia dilaporkan mengalami peningkatan angka kasus positif Covid-19 secara signifikan akibat munculnya varian Omicron.
Mengingat penemuan varian Omicron masih baru seumur jagung, maka fakta dan pengetahuan tentang Omicron pun sangat terbatas sementara ini. Sehingga, para ahli masih terus melakukan penelitian lebih lanjut terhadap varian Omicron. Meski berdasarkan penelitian terkini menunjukkan varian Omicron tidak menimbulkan efek samping yang parah, namun dengan sifatnya yang mampu menular lebih cepat dibanding varian lainnya, maka bisa saja varian Omicron ini berpotensi untuk menimbulkan lonjakan kasus positif Covid-19 di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, lewat laman resminya, WHO mengimbau semua negara di dunia mencegah penyebaran virus Omicron lebih jauh lagi dengan melakukan beberapa hal berikut, antara lain:
- Meningkatkan pengawasan dan whole genome sequencing (WGS,proses analisis urutan genom DNA virus) untuk lebih memahami sirkulasi berbagai varian virus Covid-19
- Mengirimkan hasil WGS atau temuan lainnya ke database kesehatan yang dapat diakses oleh publik, misalnya GISAID
- Melaporkan kasus-kasus yang diduga memiliki keterkaitan dengan penyebaran virus Omicron sesuai dengan mekanisme international health regulations (IHR)
- Apabila memiliki kapasitas yang memadai dan telah terkoordinasi dengan komunitas internasional, lakukanlah investigasi lapangan dan pengecekan laboratorium guna meningkatkan pemahaman akan potensi dampak Omicron terhadap situasi pandemi, tingkat keparahan, efektifitas fasilitas kesehatan umum, metode diagnosis, respon imun, netralisasi antibodi, atau ciri-ciri lainnya yang relevan.