Gejala TBC, Kualitas Udara Buruk Jadi Penyebabnya

Kualitas udara buruk jadi faktor utama penyebab gejala TBC, terutama pada kelompok usia produktif. Ketahui penyebab lainnya serta tips untuk mencegah penularannya!

Gejala-TBC-Kualitas-Udara-Buruk-Jadi-Penyebabnya

Apakah kamu belakangan ini sering cek kualitas udara lewat aplikasi sebelum memutuskan keluar rumah? Tadinya niat mau jogging tapi batal setelah tahu hasil kualitas udara Jakarta menjadi terburuk di dunia. Hal ini berdasarkan data dari IQAir pada 15 Juni 2023, yang menunjukkan bahwa pada pukul 10.14 WIB Jakarta berada di skor indeks 157 yang artinya masuk dalam kategori tidak sehat.

Alhasil kondisi ini memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan masyarakat, termasuk dalam hal penyakit pernapasan seperti TBC (Tuberkulosis). Dalam laporan dan panduan resmi dari WHO, polusi udara memang telah menjadi salah satu faktor lingkungan utama yang terkait dengan peningkatan risiko TBC. Partikel-partikel polusi dalam udara yang dihirup dapat merusak sistem imun tubuh dan menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru, sehingga membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi bakteri TBC. Oleh karena itu, menjaga lingkungan kita dari polusi udara sangat penting untuk kesehatan dan mengurangi risiko terkena TBC. 

Kelompok Usia Produktif Mendominasi kasus TBC

Perlu diperhatikan bahwa TBC kini menjadi fenomena penyakit yang banyak menyerang pekerja. Sebab berdasarkan Global TB Report (GTR) tahun 2022 jumlah kasus TBC  terbanyak pada kelompok usia produktif terutama pada usia 25 sampai 34 tahun. Sementara di Indonesia sendiri, kasus TBC terbanyak didominasi oleh kelompok usia produktif terutama pada usia 45 hingga 54 tahun. Sehingga Pemerintah memfokuskan pengendalian TBC bagi para pekerja melalui Permenkes nomor 67 tahun 2016 tentang penanggulangan TBC dan Permenaker nomor 13 tahun 2022 tentang penanggulangan TBC di Tempat Kerja.

Sebab itu penting bagi kamu juga untuk mengetahui lebih lanjut perihal TBC mulai dari penyebab TBC, gejala TBC, hingga pencegahan serta cara mengobati TBC.

Penyebab dan Gejala TBC

TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Biasanya, TBC menyerang organ paru-paru, tetapi bisa juga menyebar ke organ tubuh lainnya seperti tulang, kelenjar limfe, saluran pencernaan, kulit, dan ginjal, meskipun jarang terjadi, TBC juga dapat menyerang organ otak atau jantung.

Meskipun begitu, penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan cukup lama dengan penderita. Oleh karenanya, penularan lebih sering terjadi pada anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita TBC atau pada rekan kerja yang bekerja dalam ruangan yang sama. Selain itu beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi, seperti kekebalan tubuh yang lemah, usia, kebiasaan merokok, dan tinggal di daerah dengan tingkat infeksi tinggi.

Melansir Center of Disease Control and Prevention (CDC), gejala umum penyakit TBC antara lain perasaan sakit atau lemas, penurunan berat badan drastis, demam, dan berkeringat di malam hari. Sementara itu, gejala penyakit TBC paru-paru menyebabkan penderitanya mengalami batuk, nyeri dada, dan batuk darah. Gejala lain juga dapat dialami apabila organ selain paru-paru yang terjangkit, seperti pada Limfadenitis TB yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening.

Perbedaan TB Aktif dan TB Laten

Tuberkulosis (TB) Aktif adalah infeksi TB yang mengalami gejala dan penyebaran aktif di dalam tubuh, sedangkan TB laten adalah keadaan dimana bakteri TB hanya berada dalam bentuk laten atau tidak aktif di dalam tubuh, sehingga tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda infeksi. Namun Jika TB laten tidak diobati, maka bakteri TB tersebut dapat kembali aktif di masa depan dan menyebabkan TB aktif.

Perbedaan antara TB aktif dan laten dapat dilihat dari gejalanya. Pada TB aktif, penderita dapat mengalami gejala seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Sementara itu, pada TB laten, tidak terdapat gejala klinis yang spesifik dan hanya dapat dideteksi melalui tes tuberkulin dan tes darah.

Kapan Harus ke Dokter?

Penderita TBC sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan. Pada umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium untuk mendiagnosa TBC dan mengidentifikasi jenis TB yang mungkin dihadapi.

Setelah diagnosis TBC dinyatakan, dokter akan memberikan pengobatan yang terdiri dari kombinasi beberapa jenis obat antibiotik, seperti rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol. Obat-obatan ini harus diminum setiap hari sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter selama minimal 6-9 bulan atau lebih, tergantung pada jenis TB dan bentuk infeksi yang dialami.

Selain itu, rawat inap juga dibutuhkan oleh penderita yang berstatus TB paru secara terpisah dari pasien lain untuk mencegah penularan infeksi pada orang lain. Durasi rawat inap pun bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti jenis atau tingkat keparahan penyakit dan respons pasien terhadap pengobatan.

Oleh sebab itu, penting untuk melengkapi perlindunganmu dengan asuransi kesehatan untuk menghindari adanya biaya pengobatan yang tak terduga. Tak terkecuali bagi para pekerja kantoran yang telah memiliki fasilitas kesehatan. Sangat penting untuk memastikan bahwa manfaat rawat inap di Rumah Sakit yang diberikan memadai. 

Apabila batas maksimal biaya rawat inap di kamar Rumah Sakit yang diberikan terlalu rendah, sebaiknya pertimbangkan untuk menambahkan asuransi kesehatan tradisional Flexi Hospital & Surgical. Karena Flexi Hospital & Surgical menawarkan premi yang lebih terjangkau daripada asuransi kesehatan unit link, serta akan membayarkan biaya rawat inap di Rumah Sakit hingga ICU sesuai dengan tagihan yang dikeluarkan. Selain itu, produk ini juga memberikan keunggulan lainnya, yaitu fasilitas medical check-up gratis setiap 2 tahun sekali menurut ketentuan yang berlaku.

Pencegahan Penyakit TBC

Melansir dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait penyakit TBC, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya TBC, antara lain:

  1. Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) pada anak-anak
  2. Melakukan tes TBC secara rutin bagi yang berisiko tinggi
  3. Menjaga pola hidup sehat
  4. Menghindari kontak dengan penderita TBC

Lalu, berikut adalah pencegahan risiko terjangkit TBC oleh kualitas udara di luar yang buruk:

  1. Hindari mengunjungi tempat-tempat dengan polusi udara yang tinggi
  2. Gunakan masker ketika berada di luar, terutama pada saat kondisi udara sedang buruk
  3. Kurangi aktivitas di luar ruangan
  4. Gunakan air purifier dengan filter HEPA di dalam ruangan untuk menyaring bakteri dan virus
  5. Bersihkan dan ganti filter air purifier secara teratur untuk menjaga efektivitasnya.
Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!