Amankah Ibu Menyusui Puasa? Ini 5 Tips dan Trik untuk Memudahkannya

Ibu menyusui puasa tidaklah berbahaya, asalkan sang ibu sehat. Namun, demi kesehatan bayi dan ibu, ada sederet hal yang perlu diperhatikan.

ibu menyusui puasa

Bulan puasa ialah bulan penuh suka cita yang dinantikan oleh seluruh umat muslim. Pasalnya, pada bulan ini umat muslim akan menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Bahkan, tak sedikit ibu menyusui puasa Ramadan sebab momen ini hanya datang sekali setahun.

Menariknya, ibu menyusui sebenarnya diperbolehkan untuk tidak mengikuti ibadah puasa Ramadan, terlebih jika mengkhawatirkan si kecil. Pasalnya, ibu menyusui tak hanya memikirkan diri sendiri, melainkan juga sang buah hati yang nutrisi tumbuh kembangnya bergantung pada Air Susu Ibu (ASI).

Hal ini pun terungkap dalam sebuah dalil yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla meringankan setengah shalat untuk musafir dan meringankan puasa bagi musafir, wanita hamil dan menyusui.” (HR An Nasai no. 2275, Ibnu Majah no. 1667 dan Ahmad 4:347. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Namun, sebenarnya amankah ibu menyusui puasa? Apakah jika ibu menyusui memutuskan untuk puasa akan memengaruhi ASI atau bahkan kesehatan sang bayi?

Berpuasa saat menyusui si kecil adalah kondisi yang aman. Tubuhmu bisa menghasilkan ASI yang cukup untuk mengenyangkan si kecil. Puasa tidak serta merta langsung menghambat kualitas dan kuantitas ASI yang kamu produksi. Namun, kamu tetap perlu perhatikan nutrisi yang kamu konsumsi

Pengaruh Puasa untuk Ibu Menyusui

1. Produksi ASI

Kandungan lemak dalam ASI setiap ibu tentu berbeda, bahkan bisa jadi pada periode tertentu bisa bervariasi pada seorang ibu. Tak heran jika berpuasa dalam jangka waktu lama seperti Ramadan, lemak pada ASI akan berbeda, meski hal ini tak serta merta mengurangi jumlah ASI, ya.

Hebatnya, tubuh seorang ibu cukup pintar untuk membuat ASI menggunakan lemak yang tersimpan. Meski begitu, setelah berbuka puasa, ibu perlu mengonsumsi makanan yang sehat agar nutrisi yang hilang bisa kembali. Sederhananya, puasa bagi ibu menyusui bukan masalah selama sehat.

2. Kondisi Ibu

Tubuh menyesuaikan diri dengan baik saat berpuasa. Bahkan berdasarkan studi, tubuh ibu menyusui saat puasa berfungsi dengan cara yang sama dibanding saat tak puasa. Meski tak dimungkiri, saat puasa berat badan kamu kemungkinan akan turun, tetapi itu adalah hal yang normal.

Akan tetapi, jika kamu kehilangan berat badan dengan sangat cepat, misal 0,5 sampai 1 kilogram dalam seminggu, hentikanlah puasa. Terlebih jika kamu merasa pusing, buang air kecil berwarna gelap, sakit kepala tak tertahankan, dan lelah. Kamu harus banyak minum dan istirahat, ya.

3. Kondisi Bayi

Selama ibu menyusui memproduksi ASI yang cukup, puasa tak memengaruhi kondisi bayi kamu. Namun, jika si kecil kehilangan berat badan, tak puas setelah mengasihi, atau popoknya basah lebih sedikit, hal itu bisa jadi tanda bayi tak mendapatkan cukup ASI dan kamu perlu konsultasi dokter, ya.

Tips Puasa untuk Ibu Menyusui

Puasa pada bulan suci Ramadan ialah hal yang dinantikan. Meski begitu, ibadah puasa bagi ibu menyusui tidak diwajibkan. Jika ibu menyusui ingin melakukannya, tetap ada sederet hal yang perlu diperhatikan agar kesehatan sang ibu dan si kecil tetap aman selama berpuasa.

Jika ibu menyusui ingin puasa Ramadan, 5 tips dan trik ini akan memudahkan dan membantu kamu selama menjalani ibadah. Yuk, simak apa saja yang perlu dilakukan ibu menyusui.

1. Tetap Terhidrasi

Asupan air sangat penting untuk menjaga tubuh agar tetap terhidrasi. Maka itu, jika ibu menyusui waktu berpuasa, dianjurkan untuk minum sedikit demi sedikit selama waktu yang diizinkan, saat sahur dan berbuka. Pasalnya, jika minum terlalu banyak akan membuatmu ingin segera buang air kecil dan hal tersebut justru bikin kamu merasa haus sepanjang hari saat menjalani puasa.

2. Konsumsi Makanan Seimbang

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sebelum sahur sangatlah penting. Ibu menyusui perlu mengonsumsi makanan yang seimbang, terutama saat sahur sebelum memulai hari. Makanan seimbang, termasuk protein dan karbohidrat akan memberikan energi untuk ibu menyusui.

3. Makanan Berbuka Puasa

Saat waktu puasa berakhir, ibu menyusui harus berbuka sesegera mungkin dengan makanan yang menjadi sumber energi. Buah yang direkomendasikan agar energi ibu menyusui cepat pulih adalah kurma. Kamu bisa mengolahnya dengan kreatif seperti mencampur kurma dengan susu.

4. Kompresi Payudara

Bagi ibu yang mengasihi secara langsung sepanjang hari, boleh jadi kamu akan menghadapi bayi yang agak rewel di akhir puasa. Puasa bagi ibu menyusui bisa memengaruhi pengeluaran ASI dan menjadi lambat bila sang ibu stres. Jika mengalaminya, kamu bisa melakukan kompresi payudara saat menyusui. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari belakang payudara, sehingga terjadi mempercepat aliran ASI dan lebih memuaskan bagi si kecil.

5. Tetap Tenang jika ASI Berubah

Sebagian ibu menyusui boleh jadi menemukan ada perubahan pada ASI-nya, entah jumlah hingga teksturnya. Ketika memompa ASI saat puasa, boleh jadi ibu menyusui menemukan hasilnya lebih sedikit di sore hari. Namun, tenang saja sebab ketika ASI dikeluarkan secara teratur, pasokan ASI baru akan diproduksi. Nah, jika ibu menyusui puasa lalu cairan dalam tubuhnya berkurang, jumlah ASI-nya memang bisa sedikit lebih rendah atau biasanya terlihat lebih kental.

Kapan Ibu Menyusui Disarankan Berbuka?

Saat berpuasa, ibu menyusui tetap perlu mengutamakan kesehatan diri sendiri dan si kecil. Jika setelah menjalaninya tidak kuat, ibu menyusui mungkin harus membatalkan puasanya dan berbuka lebih dulu sebelum waktunya. Pasalnya, ada beberapa kondisi hal ini justru dianjurkan:

  1. Hipoglikemia seperti pusing, keringat dingin, menggigil, wajah pucat, kelelahan.
  2. Dehidrasi seperti suplai ASI tidak mencukupi, sakit kepala, pusing, lekas marah, kulit kering.

Jika kamu merasakan salah satu atau bahkan keduanya telah memperlambat kemampuan kamu merawat si kecil, maka itulah saat kamu untuk berbuka puasa. Selain itu, ibu menyusui pun perlu memperhatikan tanda ketika produksi ASI ternyata tak cukup hingga si kecil dehidrasi, yakni:

– gelisah dan rewel di payudara

– popok kurang basah dari biasanya

– bayi lebih lesu dan mudah mengantuk (karena kurang energi)

– bibir, mulut dan kulit kering, pecah-pecah

– mata dan ubun-ubun (titik lunak di kepala bayi) tampak cekung

– bayi alami penurunan berat badan

Selama kamu masih mengasihi si kecil, maka kamulah sumber makanan dan kenyamanan buah hati. Tentu, tak ada ibu yang ingin anaknya dehidrasi, maka kamu punya kendali untuk memutuskan untuk lanjut atau berbuka puasa. Jika dipaksakan hal tersebut bisa membahayakan kamu dan bayi.

Sebagian ibu menyusui boleh jadi menemukan ada perubahan pada ASI-nya, entah jumlah hingga teksturnya. Ketika memompa ASI saat puasa, boleh jadi ibu menyusui menemukan hasilnya lebih sedikit di sore hari. Namun, tenang saja sebab ketika ASI dikeluarkan secara teratur, pasokan ASI baru akan diproduksi. Nah, jika ibu menyusui puasa lalu cairan dalam tubuhnya berkurang, jumlah ASI-nya memang bisa sedikit lebih rendah atau biasanya terlihat lebih kental.

Toh, jika ibu menyusui tidak bisa berpuasa sekarang, kamu bisa membayar fidyah (denda karena tak bisa puasa Ramadan) atau membayar puasa di kemudian hari ketika sudah lebih mampu.

Mengantisipasi Hal Buruk saat Puasa

Tak ada ibu menyusui puasa yang ingin membahayakan kesehatan diri sendiri dan si kecil. Apalagi, jika bayinya berusia kurang dari enam bulan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk tak mengonsumsi apa pun selain ASI. Sebelum memutuskan puasa, ibu pun tahu hal ini.

Namun, untuk mengantisipasi kejadian tak diinginkan saat berpuasa, kamu bisa mendaftarkan diri pada asuransi kesehatan, seperti Flexi Health dari Astra Life. Menariknya, Flexi Health adalah solusi kesehatan dengan perlindungan jiwa yang bisa kamu atur sendiri berdasarkan kebutuhan.

Ibu bebas mengatur besar uang pertanggungan atau santunan rawat inap masing-masing manfaat, serta bebas mengatur frekuensi pembayaran premi. Hal ini bak menjadi salah satu bentuk cinta ibu pada dirinya sendiri dan juga sang buah hati agar siap dan tenang di segala kondisi.

Selanjutnya, coba bantu pikiranmu tetap sehat dengan memberi jaminan terhadap masa depan. Terlalu membebani pikiran dapat membahayakan kesehatan. Bagaimana jika mulai mencari rasa aman? Asuransi bisa jadi salah satu saluran yang memberikan rasa aman, tidak hanya untuk kamu tapi juga untuk orang-orang terdekat kamu. Saat ini, sudah banyak jenis asuransi yang dapat kamu sesuaikan dengan keperluanmu dan keluargamu. Salah satunya produk Flexi Life dari Astra Life yang menawarkan premi yang fleksibel dan bisa kamu atur sendiri sesuai dengan fase kehidupanmu.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!