Indonesia Darurat Stunting pada Anak, Kenali Penyebab dan Gejalanya, Yuk!

Stunting pada anak terutama disebabkan oleh gizi buruk yang bahkan dimulai sejak anak berada dalam kandungan. Hal ini sebenarnya bisa dicegah. Ini caranya.

Durasi baca: 7 menit

Indonesia Darurat Stunting pada Anak, Kenali Penyebab dan Gejalanya, Yuk!

Indonesia mencatatkan diri sebagai negara keempat yang memiliki prevalensi angka stunting tertinggi di dunia, menurut data WHO. 

Dari data WHO tahun 2018 tersebut, tercatat ada 7,8 juta dari 23 juta balita mengalami stunting di Indonesia. Dari 35,6 persen pengidap stunting, 18,5 persen masuk dalam kategori sangat pendek dan 17,1 persen masuk ke kategori pendek. Indonesia darurat stunting!

Stunting dan kekurangan gizi lainnya mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar bagi Indonesia. Tak tanggung-tanggung kerugiannya mencapai Rp300 triliun per tahun. Berdasarkan kajian Bank Dunia, kerugian ekonomi akibat stunting dan kekurangan gizi lainnya 2-3 persen terhadap total PDB suatu bangsa. Persoalan kurang gizi ini mendesak untuk diatasi karena kerugian yang ditimbulkannya tidak sedikit.

Tentunya hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk ikut mencegah peningkatan dan mengoptimalkan target penurunan angka stunting. Sebelum itu, kita perlu memahami betul apa yang dimaksud dengan stunting itu sendiri, penyebab, ciri-ciri, hingga pencegahan apa yang efektif untuk dilakukan.

Apa Itu Stunting?

Menurut WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak yang disebabkan gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi sosial yang tidak memadai. Anak dapat dikatakan stunting jika tinggi badannya lebih rendah dari rata-rata tinggi di usia mereka. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis dan berkepanjangan. 

Masalah gizi dan kekurangan nutrisi ini menghambat pertumbuhan si kecil. Seorang anak masuk kategori stunting jika tinggi badannya berada di bawah -2 standar deviasi (SD). Hal ini harus ditangani dengan cepat apalagi jika dialami anak di bawah usia 2 tahun. Tapi, apa sebenarnya penyebab stunting pada anak dan bagaimana cara mencegahnya?

6 Penyebab Stunting pada Anak

Penyebab stunting dapat bermula sejak anak masih dalam kandungan yang disebabkan oleh pola makan ibu yang kurang tepat. Hanya saja, gejalanya memang baru muncul ketika anak berada pada usia dua tahun yang ditandai dengan pertumbuhan anak yang lambat. Ada beberapa faktor penyebab stunting yang sering terjadi, berikut ini beberapa faktor umumnya, yaitu:

1. Kurangnya makanan bergizi selama hamil

Penyebab stunting dapat terjadi sejak anak masih ada dalam kandungan oleh karena asupan gizi sang ibu yang kurang. Saat hamil, ibu membutuhkan makanan sehat bergizi agar buah hatinya mendapat gizi dan nutrisi yang dibutuhkan. 

Asupan vitamin dan mineral yang rendah dapat memicu malnutrisi pada janin. Ibu hamil yang kurang asupan gizi dapat menjadi penyebab stunting terbesar. Bahkan dalam situs WHO disebutkan, bahwa 20% kasus stunting sudah terjadi sejak bayi masih di kandungan.

2. Kebutuhan gizi dan nutrisi anak tidak terpenuhi

Di sisi lain, stunting dapat terjadi karena makanan yang dikonsumsi saat anak di bawah usia 2 tahun tidak memenuhi porsi yang cukup. Penyebabnya dapat terjadi karena posisi ibu saat menyusui kurang tepat, tidak memberikan ASI eksklusif, MPASI yang kurang sesuai dan tidak berkualitas.

Penting untuk diketahui, masa kehamilan, pasca melahirkan, dan periode emas (golden age) merupakan masa ketika anak membutuhkan gizi seimbang dan nutrisi lengkap agar tumbuh kembangnya optimal. Segera ambil tindakan jika anak sulit makan di masa-masa ini, karena dapat memicu malnutrisi. Jika berlangsung lama hingga kurang gizi kronis, anak dapat berisiko stunting.

3. Sanitasi buruk dan tidak ada akses air bersih

Sanitasi dan tingkat kebersihan air yang buruk dapat memperparah risiko kesehatan dan menyebabkan stunting pada anak. Anak yang tumbuh di lingkungan dengan kondisi air dan sanitasinya tidak memadai, bahkan tidak layak, maka pertumbuhannya cenderung akan terganggu. Terlebih jika akses pelayanan kesehatan di lingkungan tersebut masih rendah.

4. Mengalami infeksi penyakit menular

Sistem imunitas tubuh bayi masih rawan terpapar berbagai penyakit menular. Hal ini dapat berpengaruh pada gangguan kesehatan dan risiko stunting yang lebih tinggi. Penyakit menular, infeksi karena mikroorganisme hingga kerusakan usus dapat menghambat pertumbuhan tanpa gejala di usia 3-5 bulan hingga muncul gejala di usia 6-18 bulan.

5. Perawatan kesehatan ibu dan anak tidak memadai

Pasca melahirkan, ibu dan bayi memerlukan perawatan intensif dan bayi sangat dianjurkan untuk menerima ASI untuk meningkatkan sistem imunitas tubuhnya. Perawatan setelah melahirkan juga dapat mendeteksi adanya gangguan yang mungkin tengah dialami bayi maupun ibu. Akses pelayanan kesehatan yang terbatas dan perawatan yang kurang memadai dapat berpengaruh pada stimulasi kesehatan keduanya.

6. Pola asuh anak yang kurang tepat

Kesadaran yang kurang akan pentingnya gizi untuk anak dan pola pengasuhan yang kurang baik juga dapat berpengaruh pada perawatan kesehatan anak. Anak tidak diberi makanan sehat dan bergizi yang baik, hal ini memicu timbulnya kekurangan asupan nutrisi hingga mengalami gangguan pertumbuhan dan otak anak.

Ciri-ciri Stunting yang Perlu Diperhatikan

Stunting adalah pertumbuhan tubuh anak yang gagal akibat zat gizi yang tidak terpenuhi secara berkelanjutan sejak masa kehamilan hingga usia 24 bulan. Dampak stunting sering kali terlihat dari perawakan anak yang pendek karena pertumbuhannya lambat.

Penting untuk diketahui bahwa anak yang lebih pendek dari standar tinggi anak seusianya tidak selalu disebabkan oleh stunting. Sementara anak yang stunting hampir pasti terlihat lebih pendek. Ada kalanya kondisi tumbuh pendek anak terjadi karena asupan harian yang kurang atau faktor keturunan yang membuat tinggi badan tidak seperti anak lainnya.

Selain itu, banyak orang masih sering keliru terkait stunted dan stunting yang pada dasarnya memiliki arti yang berbeda. Jika stunting merupakan gangguan pertumbuhan anak karena kekurangan gizi di 1000 hari pertama sejak lahir, maka stunted adalah anak dengan perawakan tubuh yang pendek tetapi tidak berarti gagal tumbuh. Terdapat perbedaan pada kondisi stunting yang dialami oleh anak usia 2 – 3 tahun dan anak usia lebih dari 3 tahun. 

Pada anak yang berusia di bawah 2 – 3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang berlangsung. Sementara pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunted).

Ciri-ciri stunting pada anak tidak hanya tubuh yang pendek, berikut ini ciri-ciri lainnya:

– Tingkat pertumbuhan tubuhnya lambat

– Terlambat tumbuh gigi

– Kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk

– Wajah terlihat lebih muda dari anak seumurannya

– Di usia 8-10 tahun, anak sedikit melakukan kontak mata dengan orang sekitar dan lebih pendiam

– Mudah terinfeksi dan terserah berbagai penyakit

– Saat balita, berat badan justru menurun dan sulit naik

– Perkembangan tubuh anak terhambat, misalnya telat menarche atau menstruasi pertama pada anak perempuan

Jika khawatir dan ingin meyakinkan terkait normal atau tidaknya tinggi anak, maka segera periksa dan rutin ke pelayanan kesehatan terdekat seperti posyandu, bidan, puskesmas, atau dokter setiap bulan untuk memastikan si kecil tumbuh kembang dengan baik.

Jangan abaikan masalah kekurangan gizi ini, karena dapat berakibat buruk tak hanya hari ini, tetapi hingga si kecil dewasa nanti.

Dampak Stunting yang Bisa Terjadi

Dampak stunting sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Dalam jangka pendek, dampak stunting adalah gangguan pada otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme. 

Yang lebih menakutkan, stunting juga membawa dampak jangka panjang, di antaranya:

– Perkembangan kemampuan kognitif otak anak akan menurun

– Mudah sakit karena kekebalan tubuh melemah

– Ada risiko penyakit metabolik misalnya kegemukan

– Penyakit jantung hingga pembuluh darah

– Sulit untuk belajar

Ya, dampak dari kondisi stunting pada anak dapat berlanjut hingga anak tersebut dewasa. Bayi yang lahir dari ibu dengan tinggi di bawah rata-rata dapat berisiko komplikasi medis dan menghambat pertumbuhan.

Cara Mencegah Stunting pada Anak sebelum Terlambat

Stunting membawa dampak yang buruk pada perkembangan anak ke depannya. Karena itu, sudah selayaknya kita wajib untuk waspada. Pada dasarnya, stunting bisa dicegah, di antaranya dengan cara-cara seperti berikut ini.

1. Penuhi nutrisi selama masa kehamilan

Stunting dapat dicegah sejak masa kehamilan, peran ibu di sini sangat penting bagi janin. Ibu hamil membutuhkan makanan sehat dan gizi seimbang untuk dikonsumsi selama masa kehamilan. Pastikan janin mendapatkan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan dalam rahim, sehingga lahir dalam keadaan sehat dengan bekal nutrisi yang baik.

2. Pahami kebutuhan gizi anak

Pahami konsep gizi seimbang untuk pencegahan stunting. Berikan anak nutrisi lengkap yang esensial seperti vitamin (A,B kompleks, C,D,E, dan K), mineral (kalsium, fosfor, magnesium, dan lainnya), protein, lemak, karbohidrat, dan nutrisi lainnya yang diperlukan.

3. Pentingnya kebutuhan ASI bagi bayi

Peran ASI eksklusif sangat penting setidaknya hingga usia 6 bulan dan pemberian ASI dengan MPASI hingga anak usia 2 tahun. Hal ini merujuk pada anjuran WHO dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) agar bayi usia 6-23 bulan mengkonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI) secara optimal.

4. Rutin periksa kesehatan

Saat hamil, ibu dianjurkan untuk rutin check up guna memastikan berat badan sesuai, kontrol tekanan darah, dan mengecek hal-hal lain yang mempengaruhi janin. Pada anak usia balita, konsultasi kesehatan anak juga perlu dilakukan rutin agar mendapat saran terbaik untuk tumbuh kembang si kecil.

5. Meningkatkan kebersihan lingkungan

Ingat, faktor lingkungan juga memicu masalah stunting lho. Maka, untuk mencegah, orang tua dan keluarga dianjurkan memperhatikan kebersihan sekitar tempat tinggal, termasuk menjaga kebersihan agar bakteri, jamur, kuman, atau virus diminimalisir peluangnya untuk mengganggu kesehatan si kecil. Pilihlah produk kebersihan yang efektif melindungi anak dari kuman.

6. Rutin berolahraga

Untuk mendorong kebugaran tubuh ibu hamil, maka disarankan melakukan olahraga rutin sehingga stamina tubuh terjaga. Olahraga di masa kehamilan dapat membantu pertumbuhan janin dan mencegah stunting.

Kurang gizi tak hanya membawa dampak ekonomi. Bahkan yang seharusnya lebih diwaspadai adalah kesehatan si anak itu sendiri, lantaran ada berbagai ancaman penyakit yang harus dihadapi. Yuk, cegah stunting sejak anak masih dalam kandungan.

Untuk kesehatannya, pastikan keluarga terlindungi oleh asuransi dengan baik dan lengkap. Termasuk anak-anak. Ada produk AVA iFamily dari Astra Life yang memiliki manfaat paling lengkap, mulai dari manfaat meninggal dunia, meninggal dunia akibat kecelakaan, manfaat penggantian biaya rawat jalan darurat, santunan rawat inap, hingga santunan rawat inap ICU. Tersedia juga diskon keluarga dan pembayaran premi dapat dilakukan secara bulanan, kuartalan, semesteran, ataupun tahunan.

Apabila kamu tertarik untuk mencari informasi lebih lengkap terkait Astra Life AVA iFamily dan produk asuransi dari Astra Life lainnya, maka kamu dapat langsung mengunjungi laman astralife.co.id.

Jangan lupa mantengin akun Instagram @astralifeid untuk update soal kesehatan dan dunia keuangan.

Urusan Sehat, No Worries. #iGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!