Badan POM mengatakan telah melakukan riset dan pengujian ke sejumlah jenis vaksin. Per 10 Januari lalu, Badan POM pun telah menyetujui 5 jenis vaksin Covid-19 untuk digunakan sebagai booster. Jenis vaksin ini bisa saja bertambah di kemudian hari jika ada jenis vaksin lain yang lolos dalam pengkajian.
Untuk vaksin booster yang sudah disetujui saat ini ada yang dikategorikan sebagai homolog atau harus sama dengan vaksin primer (dosis satu dan dua), heterolog atau bisa berbeda dengan vaksin primer yang diterima, dan bisa pula keduanya.
Kelima jenis vaksin tersebut adalah:
1. Vaksin CoronaVac atau Vaksin COVID-19 Bio Farma
Karakter: homolog.
Rentang waktu: minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap Coronavac/Vaksin COVID-19 Bio Farma.
Usia penerima: 18 tahun ke atas.
2. Vaksin Comirnaty dari PfizerÂ
Karakter: homolog dan heterolog (dengan vaksin primer Sinovac dan AstraZeneca)
Rentang waktu: minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap.Â
Usia penerima: 18 tahun ke atas.
3. Vaksin AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac)Â
Karakter: homolog dan heterolog (dengan vaksin primer Sinovac dan Pfizer).
Rentang waktu: minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap.
Usia penerima: 18 tahun ke atas.
4. Vaksin Moderna
Karakter: homolog dan heterolog (dengan vaksin primer AstraZeneca, Pfizer, atau Janssen).
Rentang waktu: minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap.
Usia penerima: 18 tahun ke atas.
5. Vaksin Zifivax
Karakter: heterolog (dengan vaksin primer Sinovac atau Sinopharm).
Rentang waktu: minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap.
Usia penerima: 18 tahun ke atas.
Terkait adanya kajian efektivitas jenis vaksin booster, BPOM menegaskan bahwa nilai titer antibodi atau kadar antibodi dalam darah setelah pemberian vaksin booster tidak bisa menjadi patokan untuk menentukan vaksin ini lebih baik dari vaksin yang lainnya. Hal itu karena masing-masing studi klinik vaksin booster menggunakan metode pengukuran yang berbeda-beda.