Mengalami Insomnia Selama Pandemi? Kenali 5 Jenis Gangguan Tidur

Tidak jarang, ketika kita butuh istirahat, tubuh kita seperti menolak untuk tidur atau mengalami gangguan tidur yang disebut dengan insomnia. 

Gangguann Tidur Selama Corona

Masa pandemi yang terus berlangsung tak hanya mengubah ritme kerja atau beraktivitas seseorang tetapi juga ritme tidurnya. Sejumlah riset menunjukkan banyak orang yang mengalami gangguan tidur selama pandemi Covid-19. Tak hanya di Indonesia tetapi juga di negara lainnya. Apakah kamu salah satunya? Yuk kenali jenis gangguan tidur apa saja yang terjadi dan cara mengatasinya.

Masa pandemi memang membuat banyak orang harus beradaptasi dengan segala situasi yang baru. Perubahan yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan banyak ketidakpastian ini pun akhirnya berdampak ke banyak hal dalam kehidupan seseorang termasuk ritme tidur. Bahkan muncul istilah Coronasomnia atau insomnia yang terjadi akibat pandemi Corona/Covid-19. Gangguan ritme tidur tentu cepat atau lambat akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Selain insomnia, ada juga sejumlah gangguan tidur lainnya yang juga perlu kamu waspadai.

Mengenal Coronasomnia

Memiliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas merupakan kenikmatan tersendiri, terlebih ketika kita merasa lelah karena menghadapi pekerjaan yang menumpuk atau persoalan hidup yang berat. Selain bisa mengembalikan energi yang terkuras, tidur juga merupakan komponen penting yang memiliki pengaruh besar pada kesehatan tubuh. Namun tidak jarang, ketika kita butuh istirahat, tubuh kita seperti menolak untuk tidur atau mengalami gangguan tidur yang disebut dengan insomnia.

Berdasarkan sejumlah riset dan penelitian, kondisi insomnia ini mengalami peningkatan selama Corona. Di Amerika Serikat misalnya, jumlah penderita gangguan tidur selama pandemi Corona naik 23%. Sementara itu, sebuah studi yang dilakukan University of Southampton Inggris pada Agustus 2020 menunjukkan adanya kenaikan kasus insomnia yakni yang sebelumnya satu dari enam orang menjadi satu dari empat orang. Gangguan tidur akibat yang terjadi selama masa pandemi ini akhirnya disebut dengan istilah Coronasomnia.

Seperti dikutip dari Detik dan CNN, dr Andreas Prasadja RPSGT dari Snoring & Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran dalam acara webinar virtual bersama Royal Philips menjelaskan bahwa Coronasomnia banyak terjadi tak hanya pada pasien yang terkena Covid-19 tetapi juga pada orang-orang yang bekerja dari rumah atau work from home. Studi Royal Philips bahkan menyebutkan bahwa 71% responden dari 13 negara mengalami gangguan tidur.

Menurut Andreas cemas dan stress serta kegiatan yang kurang dinamis menjadi salah satu penyebab terjadinya Coronasomnia. Seperti diketahui, selama masa pandemi banyak orang yang akhirnya harus lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah saja. Meskipun tetap berkegiatan ritmenya menjadi lebih monoton. Andreas mengatakan aktivitas antara pagi-siang-malam menjadi tidak terlalu berbeda karena semua dilakukan di rumah. Bahkan untuk bekerjapun seseorang tak perlu mandi dulu dan bisa hanya memakai pakaian rumah. Bekerja atau bersantai juga seakan tak mengenal waktu. 

Adapun sejumlah gejala orang yang mengalami Coronasomnia antara lain mendengkur, sering merasa lelah dan mengantuk di siang hari, adanya sakit kepala, serta kurang berkonsentrasi. Untuk mengatasi hal ini, Andreas menyarankan agar kita bisa mengembalikan irama harian. Jangan terus bekerja 24 jam, tetapi juga jangan bersantai-santai terus sepanjang hari. Jika perlu, saat bekerja dari rumah kita bisa tetap melakukan kebiasaan saat pergi ke kantor seperti mandi, berhias diri, dan memakai pakaian kerja.

Sementara itu, mengutip Kompas.com, sejumlah ahli lainnya menyebutkan bahwa penyebab meningkatnya gangguan tidur selama pandemi terjadi seiring dengan stress akibat kondisi keuangan yang tertekan, kurangnya aktivitas dan interaksi sosial sehari-hari. Selain itu muncul juga ketakutan atau kecemasan dari pemberitaan buruk seputar virus, masa depan yang tak pasti, dan akhir krisis yang belum diketahui. Jika terus berlanjut maka masalah coronasomnia ini bisa berdampak pada penurunan produktivitas, peningkatan risiko hipertensi, depresi, maupun masalah kesehatan lain.

Jenis Gangguan Tidur Lainnya

Insomnia memang merupakan jenis gangguan tidur yang paling umum terjadi. Orang yang mengalami insomnia biasanya tidak memiliki waktu cukup untuk tidur sehingga mudah menguap sepanjang hari. Insomnia ini pun terjadi dalam berbagai bentuk ada yang butuh waktu lama untuk bisa tidur, ada pula yang sering terbangun tetapi tidak bisa tidur kembali. Insomnia juga terbagi atas dua tingkat yakni insomnia akut yang terjadi dalam jangka waktu pendek dan insomnia kronis yang biasanya terjadi selama tiga malam per minggu dalam tiga bulan.

Selain insomnia, ada juga beberapa jenis gangguan tidur yang dapat dialami seseorang. Dikutip dari Sehatq.com berikut masalah tidur yang perlu diwaspadai:

1. Sleep Apnea

Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi karena adanya sumbatan yang menghalangi proses pernapasan. Biasanya seseorang yang mengalami sleep apnea akan berhenti bernapas selama 10 detik atau lebih dalam beberapa kali per jam. Hal tersebut membuat kadar oksigen dalam darah menurun. Saat hal itu terjadi, kamu dapat bangun untuk bisa bernapas kembali. Namun, pada kasus yang parah, sleep apnea bisa menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, stroke, atau kematian mendadak.

2. Parasomnia

Parasomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan perilaku tidur tak normal seperti tidur berjalan (sleep walking), makan sambil tidur, mengigau, merintih, mengompol, menggertakkan gigi, dan gangguan tidur gerakan mata cepat.  Pada kasus yang parah, kondisi ini bisa menyebabkan seseorang terjatuh atau mengambil benda tajam secara tidak sadar. Parasomnia dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti stres, trauma, efek samping obat tertentu, penggunaan narkoba, atau kebiasaan mengkonsumsi alkohol.

3. Sleep Paralysis

Pernah mendengar istilah “ketindihan” saat tidur? Hal itu merupakan gangguan tidur sleep paralysis. Gangguan tidur ini membuat kamu merasa lumpuh atau tak bisa bergerak selama masa transisi antara tidur dan bangun. Kondisi ini juga sering disertai dengan halusinasi yang mengerikan, seperti halnya didekati “makhluk halus”. Namun, umumnya kondisi ini hanya berlangsung selama beberapa menit.

4. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan rasa mengantuk berlebihan pada siang hari. Narkolepsi juga bisa disertai dengan gejala lain seperti hilangnya kekuatan otot secara tiba-tiba, sleep paralysis, dan halusinasi. Gangguan tidur ini dapat membahayakan karena bisa menyerang saat bekerja atau saat mengendarai kendaraan. Penyebabnya adalah kurangnya zat kimia otak yang disebut hipokretin yang dapat meningkatkan kesadaran dan mempertahankan kekuatan otot. Kurangnya zat kimia tersebut dipicu oleh proses autoimun, genetika, atau kerusakan pada otak.

5. Circadian Rhythm Sleep-Wake Disorders

Circadian rhythm sleep-wake disorders atau gangguan ritme sirkadian merupakan kondisi yang dapat terjadi akibat jam biologis tubuh tidak selaras dengan lingkungan, sehingga tak dapat membedakan siang dan malam. Kondisi ini dapat terjadi karena kebutaan, jet lag, atau shift kerja. Ketidaksesuaian tersebut bisa menyebabkan insomnia atau kantuk berlebihan pada waktu yang tidak tepat. Padahal ritme sirkadian sangat penting dalam menentukan kapan waktu tidur dan kapan waktu bangun.

Menjaga Kualitas Tidur

Tak hanya masa pandemi, menjaga kualitas tidur sebenarnya dibutuhkan oleh setiap orang untuk menjaga kesehatan tubuh dan psikisnya. Tidur yang berkualitas bukan hanya sekadar memejamkan mata tetapi memberikan efek rileksasi yang maksimal bagi seseorang.

Dengan tidur yang berkualitas, maka tubuh kita akan berada dalam fase Natural Healing  Mechanism atau fase dimana tubuh mengalami proses  perbaikan sel-sel  yang  rusak. Selain itu, tidur yang berkualitas juga bisa menjaga keseimbangan  metabolisme  dan  biokimiawi tubuh. Berikut sejumlah manfaat yang dapat dirasakan oleh tubuh jika kamu memiliki tidur yang berkualitas:

  1. Membuat tubuh lebih sehat
  2. Membantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang sehat
  3. Menjaga berat badan agar tidak obesitas
  4. Membuat kita aktif dan produktif sepanjang hari
  5. Menjaga agar selalu fokus saat melakukan pekerjaan
  6. Memperkuat sistem kekebalan tubuh
  7. Mempertajam ingatan

Cara Mengatasi Gangguan Tidur

Lalu, bagaimana cara untuk bisa mengatasi gangguan tidur dan bisa memiliki tidur yang berkualitas? Berikut hal-hal yang bisa kamu coba untuk meningkatkan kualitas tidurmu:

  1. Tentukan jadwal tidur secara teratur
  2. Hindari tidur siang
  3. Batasi jumlah asupan kafein. Menurut American Academy of Sleep Medicine kamu sebaiknya terakhir mengkonsumsi kafein sekitar 6 jam sebelum tidur.
  4. Gunakan kasur hanya untuk beristirahat, bukan aktivitas lainnya seperti bekerja atau menonton
  5. Hindari meminum alkohol di sore hari
  6. Kurangi pemakaian gadget menjelang waktu tidur
  7. Olahraga santai di sore hari. Lakukan olahraga ringan ini minimal satu jam sebelum kamu tidur ya, karena jika kurang dari satu jam kualitas tidurmu malah akan terganggu.
  8. Mandi air hangat
  9. Lakukan relaksasi, misalnya latihan pernapasan
  10. Buat suasana kamar nyaman untuk tidur

Kebutuhan tidur setiap orang memang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi dan usia. Namun, secara umum seseorang butuh tidur sekitar 6-8 jam setiap harinya. Usahakan juga kamu memiliki tidur yang berkualitas sehingga efek istirahat dari tidur benar-benar bisa kamu rasakan.

Jangan sepelekan masalah gangguan tidur karena dari yang hanya sesekali bisa menjadi kebiasaan jika kamu tidak coba perbaiki. Selain itu, gangguan tidur yang parah juga sangat berdampak buruk pada kesehatan. Lindungi selalu kesehatanmu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

Salah satu perlindungan kesehatan yang bisa kamu upayakan untuk diri kamu dan keluarga adalah dengan asuransi. Ada beberapa pilihan asuransi dari Astra Life yang bisa kamu pertimbangkan.

Pertama, Flexi Health.

Asuransi kesehatan ini memberikan santunan rawat inap hingga Rp1 juta per hari. Asuransi ini cocok untuk melengkapi asuransi kesehatan dari kantor atau BPJS Kesehatan agar finansialmu tidak terganggu akibat biaya tak terduga selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Kedua, Flexi Critical Illness.

Produk asuransi ini bisa memberikanmu perlindungan dari penyakit kritis seperti stroke, jantung, kanker, dan kanker tahap awal tanpa perlu melakukan cek medis. Asuransi penyakit kritis ini juga dirancang sesuai kebutuhanmu dan bisa kamu #Atur Sendiri. Nilai perlindungan yang diberikan bisa hingga Rp2 miliar.

Jadi, jangan lupa untuk terus menerapkan gaya hidup sehat dan terus lindungi kesehatanmu dan keluarga. Urusan Sehat Jadi Tenang, #iGotYourBack.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!