PPN Naik 11%, Akankah Membuat Pengeluaran Kita Membengkak? Apa yang Harus Dilakukan?

Per 1 April 2022, Pajak Pertambahan Nilai atau PPN diputuskan naik dari 10% menjadi 11% oleh pemerintah. Akankah hal ini mempengaruhi pengeluaran kita? Harus bagaimana ya?

Durasi baca: 5 menit

PPN Naik 11%, Akankah Membuat Pengeluaran Kita Membengkak? Apa yang Harus Dilakukan?

Pemerintah resmi menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen. Kebijakan ini mulai berlaku 1 April 2022 yang lalu. Sebelumnya, besaran tarif PPN adalah 10 persen. Alhasil, dampaknya kini sudah mulai terasa, banyak harga kebutuhan pokok yang naik.

Kenaikan tarif PPN 11 persen ini berdasarkan Pasal 7 UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Kemenkeu juga menyatakan jika kenaikan PPN ini ditujukan sebagai penguatan ekonomi Indonesia jangka panjang serta membantu APBN. Menkeu Sri Mulyani menyatakan jika pajak yang kuat adalah untuk menjaga Indonesia, bukan untuk menyusahkan rakyat.

Lalu, bagaimana hal ini berdampak pada pengeluaran rutin sehari-hari kita? Mengingat pemerintah membebaskan beberapa barang dan jasa dari pajak, meskipun menambah beban pajak pada produk yang lain?

Mari kita lihat dulu barang dan jasa apa saja yang diperkirakan akan naik dan yang dibebaskan dari PPN, untuk lebih jelasnya.

Tak Semua Barang dan Jasa Dikenai PPN 11%

Faktanya, memang tak semua barang dan jasa dikenai PPN, sehingga kebijakan kenaikan PPN juga tak perlu dikhawatirkan. Barang dan jasa yang tak dikenai PPN ini adalah barang dan jasa yang kita butuhkan sehari-hari.

Apa saja barang dan jasa yang tak dikenai PPN tersebut? Ya, contohnya seperti bahan-bahan makanan yang kita beli sehari-harinya di pasar, jasa kesehatan seperti perawatan di faskes, jasa pendidikan dan sosial, jasa keuangan, jasa angkutan umum, hingga asuransi. 

Selain itu, juga jasa tenaga kerja, buku pelajaran, kitab suci, vaksin, air bersih dan listrik—termasuk biaya pasang dan biaya tetapnya—rusun dan berbagai jenis rumah sederhana, konstruksi rumah ibadah dan bencana nasional juga dibebaskan dari PPN.

Jika kamu juga banyak membeli ikan, hasil ternak, bibit, pakan ternak dan ikan, bahan baku kerajinan, berbagai produk hasil pertambangan minyak, gas, dan panas bumi, hingga emas juga tak perlu khawatir, karena barang-barang tersebut juga bebas PPN.

Jadi, kalau kita makan dan minum, jajan di kafe, ngopi-ngopi, bakalan harus merogoh kocek lebih dalam?

Ternyata tidak lho. Kalau kita makan dan minum di restoran, ngopi di kafe, pajak yang diberlakukan adalah pajak restoran yang besarnya masih 10%. Dengan demikian, barang-barang yang kita konsumsi di restoran ini, bukan objek PPN yang naik 11%, so, kamu tak perlu khawatir ditagih lebih banyak dari biasanya.

Lalu, barang dan jasa seperti apa yang dikenai PPN 11%? Contohnya seperti kosmetik dan skincare, baju, sepatu, tas, pulsa dan kuota, alat elektronik, mobil, motor, perkakas rumah, layanan streaming film dan musik, hingga pembangunan rumah untuk hunian.

Meski demikian, hal ini juga bukannya tidak menambah beban keuangan. Kebutuhan pokok bukanlah objek PPN, tetapi faktanya, harga kebutuhan pokok memang sudah naik terlebih dulu. Ditambah dengan kebutuhan lain, seperti pulsa dan kuota, skincare dan kosmetik, yang bisa jadi sudah menjadi kebutuhan rutin juga bagi sebagian orang. Mau tidak mau, uang belanja harus diatur lagi.

Dampak Kenaikan Tarif PPN 11%

Kementerian Keuangan menaikan PPN sebesar 1% ini diyakini tak akan mempersulit masyarakat karena tingkat inflasi masih berada dalam perkiraan pemerintah. Akan tetapi, pada kenyataannya masyarakat telah terimpit kenaikan harga kebutuhan pokok. So, bisa diprediksikan, bahwa kenaikan PPN akan mempengaruhi daya beli masyarakat juga, apalagi bagi yang berpenghasilan pas-pasan atau sedang merintis kariernya.

Faktanya, ketahanan keuangan setiap keluarga dan individu bisa jadi berbeda-beda dalam menghadapi kenaikan tarif PPN, yang pada akhirnya berimbas juga pada kenaikan harga kebutuhan sehari-hari. Bagi yang memiliki penghasilan tinggi mungkin kenaikan harga tidak begitu terasa, tapi bagi yang berpenghasilan menengah bawah hingga pas-pasan, butuh strategi untuk mengatur semua kebutuhan agar tercukupi. 

Misalnya saja, bagi seorang karyawan dengan gaji UMR—katakanlah—Rp4 jutaan, barangkali sebelum PPN dinaikkan, ia cukup merogoh kocek Rp100.000 untuk kebutuhan kuota. Setelah PPN naik 11%, ia harus mengeluarkan uang sebesar Rp111.000. Begitu juga tadinya ia bisa membeli skincare dengan bujet Rp200.000, sekarang juga harus mengeluarkan uang sebesar Rp222.000. 

Begitu juga dengan rencananya untuk mengambil kredit motor. Sepertinya, harus dibuat skema ulang, karena untuk motor incarannya yang berharga Rp20 juta saat ini, ke depannya akan membengkak menjadi Rp22.200.000. Kredit yang diperkirakannya bisa dilakukan selama 3 tahun, harus dihitung ulang agar bisa menjaga cicilan utang tetap di bawah 30%. Mungkin, ia harus mengganti merek motor incaran, agar lebih terjangkau untuknya, mengingat kebutuhan lain yang juga akan bertambah.

Atur Keuangan agar Dampak Kenaikan PPN 11% Tak Begitu Terasa

Lalu, bagaimana kita harus menyikapi dan mengatasi kesulitan yang muncul sebagai dampak kenaikan harga?

Kenaikan tarif PPN yang mempengaruhi harga pangan hingga energi memang membuat khawatir, Namun, dalam kondisi seperti ini masyarakat secepatnya harus melakukan penyesuaian diri. Pasalnya, tak hanya kenaikan PPN 11% saja yang harus dikhawatirkan, tetapi juga kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.

Berikut beberapa cara yang bisa diaplikasikan:

1. Tentukan Prioritas

Banyak kebutuhan, sumber daya terbatas. Itu memang sudah menjadi masalah hidup setiap orang. So, sadarilah bahwa saat ini kamu tak sendirian dalam kesulitan keuangan. Banyak orang juga mengalaminya.

Susun ulang prioritas kebutuhan, agar kamu bisa lebih mudah memutuskan hendak memenuhi yang mana dulu. Misalnya saja, bolehlah sekarang berhenti langganan layanan streaming dulu, agar tetap bisa memenuhi kebutuhan akan skincare. Kurangi nongkrong di kafe, meskipun makanan di kafe bebas PPN, tetapi dana yang dihemat bisa dipakai untuk membeli kuota yang harganya naik.

Dalam menentukan prioritas ini, selalu ingat ya, bahwa setiap orang punya kebutuhannya sendiri-sendiri. Dengan demikian, jangan merasa perlu untuk membandingkan kondisimu dengan orang lain.

2. Lebih Hemat Belanja di Luar Kebutuhan Pokok

Menahan diri dari belanja di luar kebutuhan bahan pangan saat ini penting dilakukan, entah itu sedang ada promo ataupun tidak. Namun, jika memang ada kebutuhan di luar pangan seperti pakaian dan yang lainnya, pilihlah harga yang jauh lebih murah karena prioritas saat ini adalah kebutuhan makanan agar tetap terpenuhi.

3. Survei Harga di Berbagai Tempat

Melakukan survei harga dapat membantu kamu dalam mempertimbangkan selisih harga kebutuhan yang melonjak bersamaan. Misalnya untuk baju, kosmetik, dan keperluan yang lainnya. Apalagi jika kamu juga harus memenuhi kebutuhan keluarga besar, sebagai sandwich generation, selisih seribu dua ribu menjadi penting di tengah kenaikan harga yang terjadi saat ini. 

Pantaulah beberapa harga di berbagai tempat perbelanjaan, mulai dari pasar, minimarket, mal, hingga marketplace. Kesampingkan gengsi, pilihlah tempat dengan harga yang paling murah.

4. Mengganti Produk Serupa dengan yang lebih Terjangkau

Jika selama ini kamu menggunakan produk yang harganya terlampau mahal, bersikaplah realistis untuk saat ini. Daripada memaksakan diri tetap membelinya, lebih baik mengganti produk serupa dengan merek lain yang harganya lebih terjangkau. Perhitungkan juga biaya ongkos kirim, yang bisa jadi juga akan naik. Kalau memang mendapatkan voucher atau fitur bebas ongkir, manfaatkanlah seoptimal mungkin.

Misalnya baju, biasanya kamu memilih produk brand dunia yang terkenal. Untuk saat ini, coba alihkan pilihan ke produk lokal, dalam negeri, yang kualitasnya tak kalah bagus. Begitu juga dengan skincare atau kosmetik. Untuk barang elektronik, kamu juga bisa memilih berdasarkan kelas produk. 

Untuk yang sudah berkeluarga, ada baiknya juga melakukan financial check up, terkait anggaran rutin untuk kebutuhan pokok. Terutama anak-anak, karena setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Betul? Jika memang memungkinkan, bisa juga mengganti merek produknya, asalkan kualitas tetap diperhatikan.

Pajak dipungut untuk kepentingan kita bersama. Manfaatnya akan kembali pada masyarakat Indonesia. Hal ini pun sudah ditegaskan oleh Ibu Sri Mulyani, yang menyebutkan bahwa pajak ada bukan untuk menyusahkan rakyat, melainkan untuk membantu perekonomian agar menjadi lebih baik ke depannya.

Yuk, dukung upaya pemerintah, agar terwujud masyarakat yang sejahtera dan kuat secara ekonomi.

Untuk mendukung hal ini, pastikan kamu punya proteksi yang memadai. Salah satu produk yang bisa kamu pilih adalah Flexi Life, yang memungkinkanmu untuk bebas mengubah Uang Pertanggungan,Masa Pertanggungan, Frekuensi Pembayaran Premi, dan perubahan lain yang sesuai kondisi dan kebutuhanmu sendiri. Flexi Life juga memberikan manfaat meninggal dunia dengan uang perlindungan hingga 5 miliar, tanpa cek medis, yang bisa menjadi alternatif warisan untuk ahli waris. Jadi, cocok banget buat kamu yang sekarang lagi mereview kembali rencana keuangan karena kondisi ekonomi yang sedang tak pasti. Flexi Life fleksibel, tetapi tetap memberikan manfaat yang sama.

Apabila kamu tertarik untuk mencari informasi lebih lengkap terkait Astra Life Flexi Life dan produk asuransi dari fleksibel Astra Life lainnya, maka kamu dapat langsung mengunjungi laman ilovelife.co.id.

Jangan lupa mantengin akun Instagram @astralifeid untuk update soal kesehatan dan dunia keuangan. Urusan Sehat, No Worries. #iGotYourBack

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!