Diskusi bersama dr. Adam Prabata: Vaksin COVID Dosis Ketiga, Seberapa Perlu Diberikan?

Penyuntikan vaksin COVID-19 dosis ketiga mulai diberikan kepada sejumlah tenaga kesehatan di Indonesia. Lalu bagaimana untuk non tenaga kesehatan?

Vaksin-Ketiga-IGLive-dr.Adam

Kementerian Kesehatan menyatakan penyuntikan vaksin dosis ketiga dibutuhkan para nakes dan penunjangnya sebagai booster. Mengingat risiko yang dihadapi mereka cukup tinggi. Apalagi kasus terkonfirmasi COVID-19 sempat meningkat beberapa waktu lalu. Pemberian vaksin dosis ketiga untuk nakes juga dilakukan setelah adanya rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI pada Juli lalu.

Dalam laman resmi Kementerian Kesehatan disebutkan bahwa pemerintah Indonesia telah menerima hibah vaksin COVID-19 Moderna dari Covax Facility sebanyak 8 juta dosis. Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid menegaskan bahwa vaksin Moderna tersebut akan digunakan sebagai booster atau dosis ketiga hanya untuk para nakes. Selain untuk nakes, vaksin Moderna boleh diberikan ke publik, tetapi diutamakan bagi ibu hamil dan masyarakat dengan komorbid yang belum pernah mendapatkan vaksinasi sama sekali.

Urgensi Vaksin Covid Dosis Ketiga

Pada IG Live @astralifeid tanggal 7 Agustus 2021, Astra Life bersama dr Adam Prabata membahas seputar kebutuhan vaksin ketiga. Jika kamu penasaran untuk menonton kembali sesi tersebut silahkan mengaksesnya disini.

Pada acara tersebut dr. Adam Prabata, kandidat Phd bidang ilmu kesehatan asal Indonesia di Universitas Kobe, Jepang, juga mengatakan pemberian vaksin COVID dosis ketiga memang bisa meningkatkan antibodi seseorang. Namun demikian, dia juga mengatakan urgensi pemberian vaksin COVID dosis ketiga kepada seluruh masyarakat masih belum diperlukan mendesak untuk saat ini.

Di tengah kondisi jumlah vaksin yang masih terbatas, dr. Adam menilai lebih penting untuk meratakan penyebaran vaksin dulu ke masyarakat dibandingkan mendapatkan booster atau penyuntikan dosis ketiga. Selain itu, jumlah orang yang sudah diberikan vaksin hingga saat ini juga masih relatif rendah.

Berdasarkan data dalam laman kawalcovid19.id, jumlah masyarakat penerima vaksinasi dosis pertama per 16 Agustus 2021 tercatat 53,74 juta orang atau setara dengan 25,81%. Adapun penerima vaksinasi dosis kedua tercatat baru 28,19 juta orang atau 13,54% dari target penerima.

“Pemberian vaksin belum merata, jumlah penerimanya juga masih sedikit. Jadi yang harus dikejar adalah melengkapi pemberian vaksin 2 dosis secara utuh dulu untuk masyarakat umum. Sejauh ini WHO juga mengatakan booster atau pemberian vaksin dosis ketiga belum terlalu perlu. Lengkapi dulu dua dosis baru bicara dosis ketiga,” ujarnya saat berbincang dengan Tim Astralife beberapa waktu lalu.

Pembentukan Herd Imunity

Jika semakin banyak masyarakat yang menerima vaksin lengkap, maka dengan sendirinya kelompok masyarakat tersebut akan kebal dari virus. Kondisi demikian disebut dengan istilah herd immunity atau kekebalan kelompok. Salah satu pembentukan herd immunity di masa pandemi melawan COVID-19 adalah dengan memberikan vaksinasi kepada sebanyak-banyaknya orang.

“Konsep herd immunity itu kan semakin banyak yang dapat [vaksin] akan semakin bagus. Jadi lebih bagus jika semua orang dapat dulu vaksin dua dosis secara utuh baru kita pikirkan dosis ketiga. Kecuali jika ada hal mendesak lain misalnya ada varian lebih ganas dan lainnya,” ungkap dokter yang juga aktif memberikan edukasi seputar COVID-19 tersebut.

Penurunan Antibodi Pasca vaksin Covid

Sementara itu, terkait pemberitaan bahwa antibodi seseorang akan menurun setelah 6 bulan pascavaksin dosis kedua, dr. Adam mengatakan hal tersebut memang bisa terjadi. Namun penurunan antibodi tak hanya terjadi pada salah satu merek vaksin saja tetapi hampir di semua vaksin. Bahkan, seseorang yang mendapatkan antibodi secara alamiah atau karena setelah terkena virus pun tetap akan menurun dalam jangka waktu tertentu.

“Antibodi kan diproduksi oleh sel B memori. Ketika antibodi tidak ketemu lawan, maka lama-lama jumlahnya akan turun. Seperti perosotan. Tak hanya vaksin tertentu tapi vaksin lain juga sama. Tapi kita tidak tahu apakah penurunannya akan landai, tajam, dan kapan sampai bawahnya,” tutur dr. Adam.

Efektivitas Vaksin Covid

Lebih lanjut dr. Adam mengatakan efektivitas vaksin COVID hingga saat ini masih sedang dilakukan penelitian lanjutan oleh berbagai pihak. Namun menurutnya efektivitas vaksin tak bisa hanya diukur berdasarkan jumlah antibodi saja. Ada indikator lainnya seperti sel T dan sel B memori yang berfungsi melawan virus dan melindungi seseorang dari virus.

“Ada penelitian yang mengatakan bahwa sel T  itu paling lumayan berpengaruh untuk melawan varian, seperti varian Delta, Alpha, dan lainnya. Ada juga sel B memori. Namun memang sel T dan sel B memori ini tidak rutin diukur. Pemeriksaannya juga baru bisa di lab tertentu,” ungkapnya.

Adapun sel B memori dr. Adam menganalogikan sifatnya seperti orang yang pendendam. Dia akan menyimpan memori terhadap virusnya. Bahkan saat virus tersebut sudah tak ada di dalam tubuh, sel B memori akan tetap mengingat dan mengenali virus tersebut. Sewaktu-waktu virus kembali masuk, maka sel B memori akan langsung mengenali dan bisa membuat tentara antibodi baru untuk melawannya.

Jarak Pemberian Vaksin Covid

Terkait jarak waktu pemberian dosis vaksin COVID, dr. Adam menjelaskan keterangan waktu yang diberikan adalah interval minimal. Tidak dianjurkan untuk lebih cepat, tetapi jika ditunda sampai beberapa hari masih tidak masalah. Namun batasan penundaannya juga belum ada ketentuan karena belum ada hasil penelitian yang menunjukkan hal tersebut. 

Adapun aturan pemberian dosis vaksin COVID yang ada saat ini antara lain:

Sumber: Buku Saku Vaksinasi Covid19, Kementerian Kesehatan

Berbagai penelitian terkait kasus COVID memang masih terus berlangsung. Hal yang bisa kita lakukan adalah dengan berupaya terus melindungi diri. dr. Adam juga mengingatkan bahwa meskipun kita telah mendapat vaksin COVID lengkap, protokol kesehatan tetap tak boleh diabaikan. Layaknya pertandingan tinju. Jika sebelum mendapat vaksin, senjata kita baru ada di satu tangan. Tetapi setelah mendapat vaksin, maka senjata kita lengkap di dua tangan. Namun demikian, jika sudah vaksin tetapi abai dengan protokol kesehatan, sama saja seperti orang yang melawan dengan kekuatan satu tangan lagi.

Selain menjaga protokol kesehatan dan vaksin, upaya perlindungan lain yang bisa kita lakukan adalah dengan menggunakan asuransi kesehatan. Tak hanya melindungi kesehatan diri dan keluarga tetapi juga risiko finansial yang bisa saja terjadi saat kita sakit.

Medicare Premier dari Astra Life bisa menjadi salah satu produk asuransi tambahan yang bisa kamu pertimbangkan. Asuransi tambahan yang dapat kamu beli dengan asuransi dasar dari Astra Life ini memiliki kenyamanan dan prioritas sebagai sebuah asuransi kesehatan seperti layanan privat ‘one bed & one bathroom’.

Medicare Premier ini juga memberikan kemudahan melalui 1 Polis 1 Keluarga, jadi tidak perlu pusing lagi membayarkan beberapa polis asuransi dan seluruh keluarga memiliki perlindungan, kenyamanan dan prioritas yang sama. Selain itu, Astra Life juga memiliki Program Santunan Keluarga Covid-19 sebesar Rp. 5,000,000.00 dalam bentuk uang tunai.

Untuk mendapatkan informasi seputar asuransi dan tips kesehatan lainnya  dan tips bermanfaat lainnya, kamu bisa kunjungi astralife.co.id dan temukan solusi untuk perlindungan kesehatanmu. Follow juga instagram @AstraLife untuk mendapatkan tips-tips bermanfaat lainnya. Urusan Sehat No Worries #iGotYourBack.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!