Hindari Terjerumus Rantai Club Sandwich Generation! Kenali Cirinya

Pernahkah kamu melihat seseorang yang terpaksa harus menanggung orang tua, anak, bahkan kakek-nenek atau cucu-cucunya? Fenomena ini biasanya dikenal sebagai club sandwich generation. Namun, kamu tidak perlu khawatir, karena hal ini sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan langkah yang tepat. Selengkapnya dapat dibaca dalam artikel berikut.

Durasi baca: 5 menit

Hindari-Terjerumus-Rantai-Club-Sandwich-Generation-Kenali-Cirinya

Dalam laporan survei yang dilakukan oleh KataData Insight Center (KIC) dan Astra Life secara online di bulan September lalu, ditemukan fakta bahwa jumlah usia produktif yang harus menanggung hidup keluarga mencapai 48,7% dari 1.828 responden. Posisi menjadi sandwich generation saja sudah sangatlah sulit. Selain harus mengatur keuangan dengan optimal, mereka juga lebih rentan akan stres atau frustrasi. Kondisi ini bisa dimaklumi ketika terjadi, lantaran selain tingkat tekanan pemenuhan kebutuhan lebih tinggi, mereka juga harus memikirkan bagaimana cara efektif untuk memutus rantai sandwich generation ini. Pasalnya, jika gagal melakukannya, bukan tidak mungkin mereka akan masuk ke dalam kategori berikutnya, yaitu club sandwich generation. Memang dalam survei yang sama, angka prevalensi club sandwich generation ada pada angka 0,8%. Namun, bukan berarti bisa diabaikan, karena dengan demikian, kondisinya pun akan lebih menyulitkan.

Apa Itu Club Sandwich Generation?

Club sandwich generation adalah generasi di usia 40-70 tahun yang selain menanggung beban hidup dirinya sendiri, juga masih harus menanggung beban keluarga besarnya. Dalam hal ini, bisa orang tuanya yang sudah lansia, anaknya yang sudah dewasa, dan juga cucunya. Atau, bisa jadi selain orang tua dan anak, harus menanggung kakek dan neneknya. Dengan banyaknya tanggungan generasi sandwich yang satu ini, bahkan bisa mencapai 3 lapis tanggungan, makanya mereka dijuluki sebagai ‘club sandwich’. . Hanya dengan membaca pengertian tersebut, kamu sudah bisa membayangkan betapa rumitnya kondisi generasi ini, kan?

Ilustrasi Club Sandwich Generation

Lloyd Alter, editor desain situs treehugger.com, dalam salah satu tulisannya pernah menceritakan kisah yang dialami ibunya saat menjadi bagian dari club sandwich generation.  

Lloyd mengisahkan bahwa saat ibunya menjalani hidup di usia 70-an tahun, ia juga harus merawat orang tuanya (nenek Lloyd) hingga orang tuanya meninggal pada usia 103 tahun. Lloyd mengatakan bahwa kondisi tersebut adalah pengalaman yang sangat rumit mengingat selain neneknya, ayah Lloyd pun saat itu berada dalam keadaan sakit. Tiga tahun setelah kehilangan orang tuanya, ibunda Lloyd juga harus kehilangan suami tercintanya. 

Kondisi itu semakin rumit karena Lloyd yang memiliki istri dan anak yang masih balita tidak bisa membantu ibunya dengan optimal. Sebaliknya, karena kondisi keuangan Lloyd yang kurang baik, ibunyalah yang membantu menjalani hidup dengan istri dan anaknya.

Apa yang dialami ibunda Lloyd adalah gambaran jelas tentang bagaimana menantangnya menjalani kehidupan sebagai club sandwich generation. Alih-alih menjalani masa tuanya dengan tenang sambil menikmati hasil kerja kerasnya selama ini, ia masih harus memikirkan nasib orang tua, anak, dan juga cucunya.

Minimnya Literasi Keuangan dan Perencanaan Dana Pensiun

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada tahun 2019, indeks literasi keuangan di Indonesia hanya 38.03%. Walaupun mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018, angka ini masih terbilang rendah dibandingkan dengan Singapura dengan indeks literasi sebesar 96%. Hal ini tentunya menjadi salah satu pertimbangan dari akar masalah club sandwich generation.

Tak hanya literasi keuangan, banyak ahli sepakat bahwa buruknya perencanaan keuangan, khususnya terkait dana pensiun, menjadi salah satu faktor utama munculnya fenomena club sandwich generation. 

Beragam survei telah dilakukan untuk mencari tahu tingkat kesadaran dan minat masyarakat Indonesia untuk mempersiapkan dana pensiun. 

Salah satunya, dari survey online yang dilakukan oleh KIC dan Astra Life sendiri ditemukan fakta, bahwa urusan persiapan dana pensiun ini juga menjadi salah satu kekhawatiran yang tertinggi. Namun, berkontradiksi terhadap kekhawatiran, upaya untuk dapat menyisihkan uang untuk dana pensiun ternyata masih belum baik. Hal ini juga diperkuat oleh hasil survei literasi keuangan OJK tahun 2019 yang dikutip dari Bisnis.com. Disebutkan bahwa hanya 6% masyarakat Indonesia yang memiliki dana pensiun, sedangkan selebihnya hanya menggantungkan kepada ahli waris.

Evaluasi Beban Club Sandwich Generation

Untuk kamu atau orang terdekatmu yang saat ini berada dalam situasi club sandwich generation, kamu tidak perlu khawatir secara berlebihan ya. Meski menjalani hidup sebagai club sandwich generation adalah hal yang rumit, tapi berusahalah untuk terus mencari solusi dari situasi yang kamu hadapi. Kamu bisa berdiskusi dengan financial planner, bertanya pada teman yang menghadapi situasi serupa, atau mencari jawaban dari berbagai sumber yang terpercaya di internet. 

Sebelum mulai menyusun strategi, berikut adalah 4 pertanyaan kunci yang jawabannya bisa kita jadikan pegangan dalam meringankan beban club sandwich generation.

1. Seberapa baik tiap generasi dewasa bisa mengelola keuangannya sendiri?

Jika kita termasuk dalam club sandwich generation, kita akan dihadapkan dengan tiga generasi keluarga yang perlu ditanggung; antara lain orang tua, diri kita sendiri, anak, dan kakek-nenek. Dalam skenario lain, apabila anak kita sudah memiliki keturunan, bisa jadi menanggung orang tua, anak, dan cucu. Jawaban dari pertanyaan di atas bisa menjadi landasan yang kuat untuk menunjukkan seberapa jauh tiap generasi harus membantu generasi yang lain secara finansial.

2. Seberapa besar bantuan keuangan yang bisa diberikan oleh tiap generasi untuk generasi lainnya?

Menanggung beberapa generasi keluarga sekaligus tentu menghadirkan tantangan finansial tersendiri bagi seorang club sandwich generation. Mencari tahu adanya kemungkinan untuk membagi beban finansial sehari-hari antar generasi tersebut tentu dapat jadi solusi untuk bisa  meringankan tanggungan kita.

3. Apakah ada bentuk bantuan pemerintah yang diterima tiap generasi?

Program-program bantuan pemerintah tentu sedikit banyak dapat membantu meringankan beban keuangan yang dimiliki oleh anggota club sandwich generation. Coba pastikan kembali bentuk bantuan pemerintah apa saja yang didapatkan oleh tiap generasi. Lihat dan pelajari bagaimana bentuk bantuan tersebut bisa menjadi salah satu cara untuk mengurangi pos pengeluaran keuangan keluarga.

4. Kontribusi non-finansial apa yang tiap generasi bisa lakukan?

Memotong rumput di halaman depan, membersihkan rumah, mengantar anggota keluarga ke pusat perbelanjaan, dan beberapa aktivitas keseharian lain adalah contoh dari bentuk kontribusi non-finansial. Mengapa hal ini juga penting untuk dijawab? Salah satu alasannya adalah karena saling membantu dalam melakukan aktivitas rumah sehari-hari dapat meniadakan biaya yang harus kita keluarkan jika kita menyewa orang lain untuk melakukannya. Ini bisa jadi solusi efektif untuk kepentingan bersama.

Strategi Pemutus Rantai Club Sandwich Generation

Tidak ada acara untuk menghindar dari rantai sandwich generation, tetapi bukan berarti kamu tidak bisa memutusnya. Zaman yang penuh tantangan tentu menghadirkan cobaan yang kian beragam. Namun, berpasrah pada keadaan tentunya bukan jawaban. Jadi pertanyaannya, apakah nantinya kita juga mau jadi objek yang ditanggung secara finansial oleh anak cucu? Untuk menghindari hal tersebut, berikut adalah strategi investasi yang dapat dilakukan:

1. Berikan Tanggung Jawab Finansial pada Anak

Sebagai salah satu pihak yang terkait, penting untuk mulai melibatkan anak dalam perencanaan keuangan. Ini bisa jadi solusi, karena bdi usia mereka yang sudah dewasa, tentu membuat mereka sudah bisa diajak berkomunikasi seputar hal-hal yang serius, terutama soal keuangan. 

Percayai mereka untuk bisa bertanggung jawab atas dirinya dan keluarganya, termasuk mengurus keperluan dan mencari pendapatannya sendiri. Tak hanya dengan dorongan mencari pekerjaan lain, kamu juga dapat mengupayakan untuk bisa berbisnis bersama anak dan mengupayakan kebebasan finansial bersama. Ingatlah, sebesar apa pun kasih sayang pada anak, kamu sebagai orang tua tetap tidak selamanya bisa mendampingi.

2. Kelola Arus Pemasukan dan Pengeluaran dengan Baik

Pastikan kamu mengalokasikan uang yang ada dengan tepat. Perhatikan gaya hidup dan urutkan skala prioritas sesuai dengan kebutuhan yang ada. Mengelola keuangan itu memang susah-susah gampang, terutama bagi sandwich generation. Mengelola keuangan dengan baik tentunya bisa menjadi solusi dan dapat membantu kamu menyisihkan sebagian pemasukan untuk dijadikan investasi masa depan.

Kuncinya memang ada pada mengenali kebutuhan dengan lebih baik. Misalnya, jika biaya kesehatan dan tagihan utilitas rumah—seperti listrik dan air—menjadi pos pengeluaran yang terbanyak sebagai anggota club sandwich generation, maka kamu bisa menyesuaikannya dengan memberikan proporsi yang lebih banyak, dan mengurangi pos lain yang dirasa kurang esensial.

3. Berinvestasi dan Proteksi Diri

Pengelolaan keuangan yang baik akan menjadi solusi yang tepat.  Pendapatan harus dikelola secara optimal dan dibagi ke pos masing-masing, seperti investasi untuk dana darurat dan dana pensiun. Bagi club sandwich generation, jumlah dana darurat yang harus dimiliki setidaknya 3-6 kali dari pengeluaran mereka per bulannya. Sedangkan, untuk persiapan tabungan dana pensiun bisa disisihkan minimal 10% dari jumlah pendapatan per bulannya. 

Selain melakukan perencanaan keuangan dan berinvestasi, proteksi diri seperti asuransi juga harus diperhatikan guna meminimalkan biaya-biaya yang tak terduga, yang berpotensi menjadi beban tambahan bagi club sandwich generation. 

Sebagai seorang club sandwich generation, alangkah baiknya jika kamu terlindungi dengan berbagai jenis asuransi berikut:

  1. Asuransi jiwa, untuk melindungi kehidupan pasangan, anak, dan orang tua yang ditinggalkan dengan alokasi uang pertanggungan (UP) yang porsinya lebih besar dibanding polis asuransi lainnya.
  2. Asuransi pendidikan, untuk menjamin pendidikan anak sampai jenjang yang diharapkan. Tambahkan juga manfaat pembebasan 100% pembayaran premi dasar berkala guna berjaga-jaga jika pemegang polis meninggal dunia atau mengalami cacat total dan tetap.
  3. Asuransi kesehatan dan penyakit kritis, untuk melindungi aset supaya tidak tergerus biaya kesehatan apabila harus menjalani perawatan kesehatan
  4. Asuransi cacat total dan tetap, untuk melindungi seluruh keluarga karena pendapatan yang hilang akibat si pencari nafkah utama menderita kecacatan total & tetap.
  5. Asuransi kecelakaan dapat menjadi alternatif untuk menambahkan UP, mengingat besarnya beban tanggungan dari seorang club sandwich generation.

Menjalani hidup sebagai club sandwich generation memang tidak mudah. Meski demikian, bukan berarti kamu tidak akan bisa menjalani hidup dengan tenang. Apabila kamu merasa bahwa dirimu merupakan bagian dari sandwich generation, maka tak ada salahnya untuk memastikan tipe generasi sandwich apakah kamu melalui tautan ini. 

Untuk kamu yang ingin mencari tahu lebih lanjut soal proteksi kesehatan dan jiwa, silakan kunjungi situs astralife.co.id. Atau, jika kamu tertarik dengan produk Flexi lainnya, kamu dapat langsung mengunjungi laman ilovelife.co.id. Follow juga Instagram @AstraLifeID untuk mendapatkan tip-tip bermanfaat lainnya. Urusan Sehat No Worries, #iGotYourBack.

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!