Merasa Boros setelah Gajian? Ini 7 Tips Atasi Impulsive Buying!

Impulsive buying atau pembelian impulsif adalah kecenderungan untuk membeli barang tanpa perencanaan terlebih dahulu. Bagaimana cara mengatasinya?

tips atasi impulsive buying

Merasa Boros setelah Gajian? Ini 7 Tips Atasi Impulsive Buying!

Ini adalah rangkuman artikel versi Mobile. Buatlah sekitar 1-2 kalimat untuk rangkuman artikel untuk membimbing pembaca mengerti isi artikel.

Tanggal muda, saatnya kembali menata keuangan untuk satu bulan ke depan, nih! Pasti rasanya senang banget, kan, pas cek ATM saldonya sudah naik karena gaji yang baru masuk, bawaannya mau langsung belanja, deh. Nah, siapa yang suka ngerasa boros setelah gajian? Kalau iya, mungkin kamu sedang melakukan yang namanya impulsive buying, lho.

Apa itu impulsive buying? 

Impulsive buying atau pembelian impulsif adalah kecenderungan untuk membeli barang tanpa perencanaan terlebih dahulu. Biasanya, kondisi mengambil keputusan untuk membeli sesuatu tersebut ada secara mendadak dipicu oleh emosi dan perasaan.

Loudon, D. L., dan Della Bitta, A. J. menuliskan dalam buku mereka Consumer Behaviour (1979), bahwa ada beberapa hal yang membedakan perilaku impulsif dengan pembelian yang terencana, seperti:

– Kamu mempunyai keinginan untuk membeli secara tiba-tiba

– Keinginan yang tiba-tiba tersebut membuat kamu kehilangan kontrol diri untuk sementara waktu

– Kamu kurang melakukan riset terhadap suatu produk

– Kamu seringkali membeli barang secara spontan tanpa memikirkan konsekuensi kedepannya

Lantas, bagaimana cara mengatasi impulsive buying supaya tidak dilakukan terus-menerus? Inilah 7 tips untuk mengatasi impulsive buying yang bisa kamu ikuti agar uang gajian bisa aman sampai akhir bulan.

7 Tips Mengatasi Impulsive Buying Agar Tidak Boros

1. Berikan waktu untuk berpikir sebelum membeli sesuatu

Sebelum membeli sesuatu, usahakan untuk memikirkannya lebih dulu. Misal, apakah barang tersebut benar-benar kamu butuhkan? Seperti apa nilai ekonomis barang tersebut setelah kamu membelinya nanti? Jika kamu tidak membelinya, apakah produktivitas kamu menjadi menurun?

Hal-hal seperti ini mungkin cukup terlihat sepele, tetapi sebenarnya justru sangat penting untuk mencegah impulsive buying. Cobalah untuk memberikan waktu kepada diri sendiri minimal 24 jam setelah kamu punya keinginan untuk membeli barang, dan lihat apakah keinginan tersebut tetap apa setelah 24 jam berikutnya.

Selain memberikan waktu berpikir, kamu bisa membandingkan barang tersebut dengan kebutuhan lain yang lebih penting untuk kehidupanmu. Jika kamu masih menginginkan barang tersebut setelah memikirkannya selama sehari dua hari, mungkin keinginan tersebut bukanlah keinginan sesaat, tetapi memang kebutuhan.

Meskipun keinginan kamu tetap ada walaupun sudah berhari-hari, jangan lupakan anggaran yang kamu punya, ya! Pasalnya, membeli barang tak hanya dilakukan berdasarkan keinginan saja, tetapi juga dari kesesuaian barang tersebut dengan anggaran yang kamu punya.

2. Buat catatan keuangan pribadi

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, anggaran itu penting. Kenapa? Supaya kamu bisa mengalokasikan gaji sesuai dengan taraf hidup dan kebutuhanmu. Biasanya, seseorang yang impulsive buying jarang atau cenderung tidak memikirkan anggaran yang ia punya. Ibaratnya, selama masih ada uang, kenapa harus berhenti?

Untuk menghindari hal tersebut, ini saatnya kamu mulai mencatat flow masuk dan keluar gaji yang telah diterima. Alokasikan gaji tersebut untuk ke beberapa bagian. Caranya, kamu bisa menerapkan metode 50/30/20 yang dipopulerkan oleh Elizabeth Warren dan putrinya dalam buku All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan (2005).

Metode 50/30/20 bertujuan untuk mengalokasikan pendapatan kamu sebesar 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk memenuhi keinginan pribadi (lifestyle/self-reward), dan 20% untuk tujuan keuangan lainnya (tabungan/investasi).

Dengan mengalokasikan gaji sesuai kebutuhanmu, ini akan meminimalisir perilaku impulsif yang mungkin kamu lakukan ketika keuanganmu masih belum memiliki tujuan yang jelas.

3. Lebih banyak gunakan uang cash dibandingkan debit

Menggunakan cash dibanding debit dan kartu kredit juga bisa menahanmu untuk impulsive buying, lho. Pasalnya, dengan teknologi yang semakin canggih, orang-orang semakin sering belanja online di aplikasi seperti e-commerce karena mudah dan praktis.

Bahkan, menurut data iPrice pada kuartal I 2022, rata-rata pengunjung bulanan aplikasi belanja online seperti Tokopedia dan Shopee bisa mencapai lebih dari 100 juta kunjungan. Angka tersebut pun naik sebanyak kurang lebih 5% jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari data tersebut, bisa terlihat bagaimana antusiasme orang untuk belanja online yang sistem pembayarannya sangat mudah. Maka itu, untuk meminimalisir keinginan check out barang sehabis scrolling gadget, ini saatnya kamu menekan pengeluaran debit dan kartu kredit, ya!

4. Hindari belanja untuk meluapkan emosi

Mungkin memang lebih mudah jika membeli barang yang kita suka ketika sedang sedih, stres, atau marah. Sebenarnya, tak apa jika membeli sesuatu bisa membantu kamu melupakan emosi yang sedang dirasakan. Namun, kalau kondisi ini sering terjadi dan selalu dituruti, maka tidak menutup kemungkinan keuanganmu bakalan jadi berantakan, lho.

Alih-alih meluapkan emosi dengan impulsive buying, kamu bisa coba untuk mencari distraksi dengan cara lain. Misalnya seperti berolahraga, jalan-jalan santai, mendengarkan musik, bertemu teman-teman, atau bahkan menonton film dan serial televisi kesukaan kamu. Cobalah perlahan mencari distraksi tanpa menghabiskan uangmu untuk sesuatu yang tidak perlu, ya.

5. Beli barang sesuai dengan kebutuhan

Impulsive buying biasanya terjadi ketika seseorang tertarik untuk membeli suatu barang, tanpa memikirkan nilai ekonomis barang tersebut ketika sudah dibeli. Bagian ini juga masih berkaitan dengan bagian buat catatan keuangan pribadi dan hindari belanja untuk meluapkan emosi supaya barang yang kamu beli memang barang yang kamu butuhkan.

Selain membuat catatan keuangan, kamu bisa mencatat barang apa saja yang ingin kamu beli setelah gajian. Ingat, ya, hal itu bisa berupa barang yang benar-benar kamu butuhkan, bisa juga barang yang memang ingin kamu beli sebagai self-reward untuk bulan ini. Intinya, cobalah untuk membatasi diri dengan membeli barang yang bisa menutupi kebutuhan bulanan kamu.

6. Self-reward itu penting, tapi ada batasannya!

Hayo, siapa yang suka nungguin tanggal kembar setiap bulan seperti Shopee 9.9 yang hadir di bulan ini buat beli barang berkedok apresiasi diri ? Nah, self-reward itu boleh banget, kok!

Asalkan ada batasnya, ya. Apalagi kalau belanja di tanggal kembar, kamu bakal melihat banyak diskon yang mungkin tanpa sadar bisa bikin kamu membeli banyak barang, termasuk yang tidak dibutuhkan. Maka itu, dalam membuat daftar barang atau kegiatan yang mau dilakukan sebagai self-reward, sebaiknya kamu mencocokkannya dengan kondisi keuangan kamu setelah gajian dan jangan memaksakan.

Meskipun self-reward juga penting sebagai hadiah usai bekerja selama satu bulan, tetapi kebutuhan bulanan kamu juga jangan sampai dilupakan. Alih-alih memaksakan anggaran untuk self-reward, kamu bisa mulai menabung 20%-30% gaji untuk kemudian digunakan sebagai self-reward. Dengan begitu, kamu tak akan impulsive buying karena sudah punya anggaran untuk memberikan treatment kepada diri sendiri.

7. Salurkan gaji untuk hal lain yang lebih bermanfaat

Untuk meminimalisir pembelian impulsif, cobalah menyalurkan gaji yang didapatkan untuk hal yang lebih bermanfaat. Misalnya untuk tabungan jangka panjang dan asuransi, seperti asuransi kesehatan. Pasalnya, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di hidup kita kedepannya. Maka dari itu, penting bagi kamu memberikan proteksi dini untuk diri sendiri dan keluarga.

Memberikan proteksi dini berupa asuransi kesehatan merupakan bentuk cinta nyata untuk diri sendiri dan keluarga. Karena itu, kami menyebutnya cinta, Insurance is Love.

Asuransi kesehatan bermanfaat untuk melindungi kamu dari biaya pengobatan yang tinggi dan tidak terduga, seperti Flexi HS (Hospital and Surgical) dari Astra Life. Flexi HS dari Astra Life memberikan manfaat berupa fasilitas rawat inap sebanyak Rp2 juta per hari yang bisa diklaim tanpa perlu cek medis, fasilitas medical check up tiap 2 tahun sekali, hingga klaim asuransi lebih mudah dan praktis karena bisa dilakukan 100% secara online.

Tak hanya itu, Flexi HS juga memberikan perlindungan menyeluruh mulai dari rawat inap hingga pasca rawat inap, sehingga bisa memberikan rasa aman untuk kamu dan juga orang-orang terdekat. Kemudahan lainnya kamu bisa mencari tahu informasi mengenai asuransi Astra lebih lengkap dengan mengunjungi website ilovelife.co.id, ya!

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!