Masalah kesehatan mental semakin menjadi perhatian saat ini. Pasalnya, di Indonesia sendiri, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta orang dengan usia di atas 15 tahun, memiliki gangguan mental emosional. Sementara itu, lebih dari 12 juta orang lainnya mengalami depresi. Hal ini mendorong banyak orang untuk mengecek kesehatan mentalnya, salah satunya dengan menggunakan kalkulator kesehatan mental.
Betapa tidak, Kalkulator kesehatan mental sempat ramai diperbincangkan di TikTok, di mana banyak pengguna yang mengunggah hasil tes mental health mereka menggunakan link kalkulator kesehatan mental. Lantas, salah satu link yang banyak digunakan untuk mengecek kesehatan mental secara online yaitu laluibersama.com.
Karena kemudahan yang ditawarkan, banyak orang tertarik untuk mengecek kondisi mental mereka dengan menjawab beberapa pertanyaan pada di link tersebut. Setelah menjawab 21 pertanyaan yang tersedia, hasil dari test kalkulator kesehatan mental kamu akan langsung ditampilkan.
Meski terlihat mudah digunakan karena hanya membutuhkan gadget dan jaringan internet, kalkulator kesehatan online sebaiknya tidak dijadikan acuan untuk menilai kondisi kesehatan kamu, karena dapat merujuk ke self diagnose atau mendiagnosis diri sendiri. Tanpa adanya bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog, hasil yang diterima melalui tes online tersebut mungkin tidak seakurat hasil yang diberikan oleh tenaga medis.
Selaras dengan itu, terlalu sering melakukan self diagnose juga tidak baik untuk kesehatan mental kamu, lho. Untuk itu, ada alasan mengapa self diagnose tidak dianjurkan dan berbahaya untuk diri kita. Seperti apa kira-kira bahaya terlalu sering melakukan self diagnose?