Dampak Kesehatan Mental Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Komnas Perempuan menyebut kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih menempati urutan pertama kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan. Apa faktor penyebab dan bagaimana pengaruhnya ke mental korban?

Dampak Kesehatan Mental Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga

Akhir-akhir ini, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kian marak terjadi. Pasalnya, di Indonesia sendiri, Komnas Perempuan menyebut kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih menempati urutan pertama kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan. Betapa tidak, pada 2021 kemarin, kasusnya pun mencapai angka 2 ribu kasus. Sekitar 70% kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dilakukan oleh suami terhadap istri. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki juga bisa menjadi korban dari kasus KDRT yang terjadi.

Melansir United Nations, pengertian kekerasan dalam rumah tangga didefinisikan sebagai pola perilaku dalam hubungan yang digunakan untuk memegang kendali yang lebih besar atas pasangan intimnya. Kekerasan yang dilakukan meliputi tindakan fisik, seksual, emosional, psikologis, ekonomi, dan ancaman yang bisa memengaruhi orang lain.

Mengutip dari laman Komnas Perempuan, kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah personal. Maksudnya ranah personal di sini yaitu pelaku ialah orang yang dikenal baik oleh si korban, contohnya seperti kekerasan yang dilakukan dari suami ke istri atau orang tua ke anak.

Sedangkan pengertian KDRT sebagaimana tertulis di dalam Pasal 1 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU-PKDRT), yaitu “…perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.”

Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada sejumlah faktor berbeda yang berkontribusi terhadap prevalensi KDRT yang dapat menimbulkan dampak kesehatan mental. Faktor-faktor yang paling sering menyebabkan KDRT sebagaimana dilansir dari laman Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yaitu:

1. Faktor individu

Perempuan yang menikah secara siri, kontrak, dan lainnya memiliki potensi 1,42 kali lebih besar mengalami kekerasan dalam rumah tangga dibandingkan dengan perempuan yang menikah secara resmi diakui negara dan tercatat di pengadilan agama. Selain itu, faktor individu masing-masing pasangan juga berpengaruh, di mana pasangan yang sering bertengkar memiliki risiko mengalami KDRT.

2. Faktor pasangan

Ketika KDRT terjadi, pasti akan ada pihak yang menjadi pelaku dan korban. Data dari Kemenpppa menunjukkan perempuan yang menikah dengan laki-laki yang memiliki pasangan lain berpotensi mengalami kekerasan fisik atau seksual. Tak hanya itu, perempuan yang menikah dengan laki-laki yang menganggur juga berisiko 1,36 kali lebih besar mengalami KDRT dibandingkan perempuan dengan suami yang memiliki pekerjaan.

3. Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya menjadi salah satu penyebab KDRT di mana dalam kehidupan rumah tangga timbul rasa khawatir akan bahaya yang mengancam. Istri menjadi pihak yang lebih sering mengalami kekhawatiran ini dan berisiko 1,68 kali lebih besar menjadi korban KDRT. Bahkan, datanya juga menunjukkan bahwa perempuan yang tinggal di kota memiliki risiko 1,2 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik atau seksual dibandingkan perempuan yang tinggal di desa.

4. Faktor ekonomi

Kurangnya sumber daya ekonomi atau kesulitan finansial yang dimiliki setelah menjalani hubungan rumah tangga seringkali dikaitkan dengan terjadinya kasus KDRT. Pasalnya, perempuan yang tinggal di lingkungan rumah tangga dengan kondisi ekonomi rendah cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekerasan. Bahkan, aspek ekonomi seringkali menjadi aspek yang lebih dominan dengan terjadinya KDRT terhadap perempuan dibandingkan dengan aspek pendidikan.

5. Faktor lainnya

Faktor lain yang bisa menjadi penyebab KDRT yaitu pengaruh dari penggunaan zat yang berlebihan seperti alkohol dan narkotika. Pasalnya, hal tersebut dapat menyebabkan seseorang kehilangan kendali atas dirinya sendiri dan mulai menganiaya korbannya. Data dari Kemenpppa menyebutkan 45,1% perempuan yang memiliki suami pengguna narkotika tercatat mengalami kekerasan fisik, 35,6% di antaranya mengalami kekerasan seksual, dan 61,3% mengalami kekerasan mental.

Dampak Kesehatan Mental pada Korban KDRT

Lantas, seperti apa dampak mental health yang umumnya dirasakan oleh korban KDRT?

Melansir dari Bridges Domestic Violence Center, efek dari KDRT bisa sangat luas dan memengaruhi banyak aspek kehidupan orang-orang yang terlibat. Mulai dari bagaimana cara pasangan melihat dirinya sendiri dan ketika mereka berinteraksi dengan orang lain. Dampak terburuk yang bisa dirasakan yaitu memicu masalah kesehatan mental yang akan semakin memburuk jika kondisi ini tak segera ditangani.

Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang pernah mengalami KDRT memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan kesehatan mental dibandingkan mereka tanpa riwayat KDRT.

Bahkan, sebuah studi yang didanai National Institute for Health Research di Inggris dan dilakukan selama lima tahun untuk meneliti korban kekerasan dalam rumah tangga menemukan bahwa korban cenderung lebih berisiko mengalami gangguan depresi, gangguan kecemasan, dan post-traumatic stress disorder (PTSD). Penelitian tersebut juga menemukan bahwa:

– Perempuan dengan gangguan depresi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar menjadi korban.

– Perempuan dengan gangguan kecemasan memiliki kemungkinan tiga kali lebih tinggi mengalami KDRT.

– Perempuan dengan gangguan stres pasca trauma (PTSD), kemungkinan mengalami kekerasan dalam rumah tangga tujuh kali lebih tinggi daripada perempuan tanpa masalah kesehatan mental.

Pasalnya, tak hanya perempuan, pola tersebut juga ditemukan pada laki-laki yang mengalami KDRT. Baik perempuan maupun laki-laki yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga juga dapat ditemukan memiliki gangguan masalah mental seperti gangguan makan, obsessive-compulsive disorder (OCD), schizophrenia, hingga gangguan bipolar.

Cara Mencegah Terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga

Agar kasus KDRT tidak semakin banyak, ada beberapa cara yang bisa dilakukan para pasangan yang sedang atau ingin menjalani kehidupan rumah tangga untuk mencegahnya. Melansir dari Marriage, inilah lima cara yang bisa kamu dan pasangan lakukan:

1. Pendidikan yang baik

Literasi yang rendah diidentifikasi sebagai faktor yang berdampak negatif terhadap upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan orang yang berpendidikan rendah cenderung kurang produktif secara ekonomi dan tak jarang dianggap memiliki peran yang lebih rendah dalam keluarga. Dengan demikian, pendidikan yang berkualitas dapat jadi salah satu cara paling efisien untuk menghentikan kekerasan terhadap gender apa pun.

2. Toleransi dan consent

Untuk menghindari terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, cobalah untuk menjaga hubungan agar tetap berjalan baik. Salah satu caranya dengan saling memberikan toleransi dan perhatikan consent atau persetujuan satu sama lain sebelum melakukan tindakan tertentu, termasuk ketika ingin berhubungan intim. Meskipun kedua pasangan harus selalu siap untuk satu sama lain, menanyakan consent tetap menjadi hal yang penting agar pasangan tidak merasa adanya paksaan terhadap dirinya.

3. Saling produktif

Menjadi produktif juga bisa mencegah terjadinya KDRT, karena ketika seseorang berada di rumah sepanjang hari, hal tersebut bisa memicu rasa frustasi yang kemudian dilampiaskan melalui emosi ke pasangannya. Mencari pekerjaan dapat membantu menghilangkan frustrasi, membuat kamu tetap fokus, dan yang paling penting, memberikan penghasilan untuk mengurus diri sendiri dan keluarga.

4. Berkonsultasi ke tenaga profesional

Jika kamu pernah mengalami atau melakukan tindak kekerasan terhadap pasangan dan merasa membutuhkan bantuan dari orang lain, cobalah untuk berkonsultasi ke tenaga profesional seperti psikolog. Apalagi sekarang ada psikolog yang khusus untuk bimbingan konseling keluarga, sehingga kamu bisa lebih mudah lagi menceritakan permasalahan keluarga yang kamu rasakan. Selain baik untuk kesehatan fisik dan mental, berkonsultasi ke tenaga profesional bisa membantu kamu lebih mudah terbuka ketika menghadapi kasus kekerasan dan tidak takut untuk melaporkannya ke pihak yang berwajib.

Apalagi hukum kekerasan dalam rumah tangga sekarang sudah lebih tertata sebagaimana yang ditulis dalam Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU-PKDRT) No. 23 Tahun 2004, sehingga korban KDRT bisa mendapatkan perlindungan yang lebih baik kedepannya.

Rasa aman sangat penting untuk menjaga hubungan rumah tangga agar tetap harmonis. Apalagi rasa aman melihat pasangan, anak-anak, hingga orang tua hidup dengan bahagia. Rasa aman dalam rumah tangga tak hanya dengan memiliki pasangan yang penyayang saja, tetapi juga memiliki kondisi finansial yang stabil dan juga kesehatan yang baik.

Untuk menjaga keluarga memiliki hidup yang aman, nyaman, dan bahagia, kamu bisa memberikan proteksi dini berupa asuransi jiwa dan kesehatan. Salah satunya seperti Flexi Health dari Astra Life, program asuransi yang mengkombinasikan produk AVA Life Protection dan asuransi tambahan AVA Health Protection dengan manfaat berupa perlindungan jiwa, santunan rawat inap, serta 4 (empat) manfaat perlindungan kesehatan lainnya yang bisa kamu atur sendiri sesuai kebutuhan kamu.

Flexi Health memiliki manfaat perlindungan rawat inap hingga Rp1 juta per hari. Prosesnya juga mudah tanpa perlu cek medis dan bisa dilakukan 100% secara online. Masa Pertanggungan adalah 1 tahun dengan perpanjangan otomatis, jadi kamu tidak perlu takut komitmen panjang dan otomatis diperpanjang setiap tahun, tidak perlu repot untuk mendaftar ulang. Terlebih lagi, asuransi bisa kamu double claim dengan produk asuransi lain yang kamu miliki. Kemudahan lainnya kamu bisa mencari tahu informasi lengkap mengenai asuransi Astra ini dengan mengunjungi website ilovelife.co.id, ya!

Artikel Lainnya

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!

Tentang –

Kami menghadirkan cerita dan kisah hidup yang inspiratif serta tips terbaik untuk menyadarkan kita agar terus mencintai hidup.

Terus Dapatkan Inspirasi, Subscribe Sekarang!